Anda di halaman 1dari 29

Diagnosis dan Tatalaksana Krisis Hipertensi

Oleh :
• Aderani Rahmatiana 1840312785
• Ismail bin Abdullah 1840312404
• Nurul Latifa 1840312741

Preseptor :
• dr. Roza Mulyana, Sp.PD-KGer, FINASIM
Pendahuluan
LATAR BELAKANG

Krisis hipertensi merupakan salah satu kegawatan dibidang


kardiovaskular yang sering dijumpai di instalasi gawat darurat.
Krisis hipertensi ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara
akut dan sering berhubungan dengan gejala sistemik yang merupakan
konsekuensi dari peningkatan darah tersebut.
Dua puluh persen pasien hipertensi yang datang ke UGD adalah pasien
hipertensi krisis. Dari 60 juta penduduk Amerika Serikat 30% diantaranya
menderita hipertensi dan hampir 1 – 2% akan berlanjut menjadi hipertensi
krisis disertai kerusakan organ target.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Peningkatan secara mendadak tekanan darah sistolik >180mmHg atau


tekanan darah diastolik >120mmHg dinamakan krisis hipertensi.

Hipertensi emergensi

• Disertai kerusakan organ target

Hipertensi urgensi

• Tanpa disertai kerusakan organ target


EPIDEMIOLOGI
Di Asia Tenggara sebanyak Krisis hipertensi ditemukan
36% populasi dewasa 1-2% dari populasi
mengalami hipertensi hipertensi

Frekuensi hipertensi urgensi sebesar 76% sedangkan hipertensi


emergensi sebesar 24% dari seluruh kasus krisis hipertensi
Etiologi

Hipertensi emergensi Hipertensi urgensi


• Pasien yang telah didiagnosis • Pasien yang tidak patuh minum obat
hipertensi kronis sebelumnya • Konsumsi simpatomimetik
• Pasien yang tidak patuh minum • Disfungsi tiroid
obat
• Kecemasan
• Konsumsi simpatomimetik • Pain
• Teknik & peralatan
Faktor Risiko

• jenis kelamin perempuan


• tingkat obesitas yang lebih tinggi
• adanya penyakit jantung hipertensi atau penyakit jantung koroner
• adanya gangguan somatoform
• jumlah obat antihipertensi yang lebih tinggi
• ketidakpatuhan terhadap pengobatan
Patofisiologi

• Patofisiologi krisis hipertensi hingga saat ini masih belum diketahui dengan jelas.
• Diperkirakan, krisis hipertensi diakibatkan kegagalan fungsi autoregulasi dan
peningkatan resistensi vascular sistemik yang mendadak dan cepat.
• Peningkatan tekanan darah menyebabakan stress mekanik dan jejas endotel
sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat.
• Hal tersebut juga memicu kaskade koagulasi dan deposisi fibrin, sehingga
menyebabkan iskemia serta hipoperfusi organ yang menyebabkan gangguan fungsi.
• Siklus tersebut berlangsung dalam sebuah lingkaran yang berkelanjutan sehingga
disfungsi organ target bersifat progresif (semakin berat).
Manifestasi Klinis

• nyeri dada dan sesak napas pada gangguan jantung dan diseksi aorta;
• mata kabur pada edema papila mata;
• sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan
otak;
• gagal ginjal akut pada gangguan ginjal;
• sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikkan tekanan darah pada
umumnya
Diagnosis

• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisik
• Tekanan Darah
• Funduskopi
• Pemeriksaan neurologis
• Status kardiopulmoner
• Pemeriksaan cairan tubuh
• Pemeriksaan denyut nadi perifer
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Umum untuk Hipertensi Emergensi

Funduskopi
Elektrokardiogram 12 sandapan (adanya iskemia, hipertrofi ventrikel kiri)
Hemoglobin dan hitung trombosit
Kreatinin (meningkat), ureum (azotemia, ureum ?200 mg/dL), eLFG,
elektrolit
Rasio albumin-kreatinin urin (microalbuminuria), urinalisis lengkap
(proteinuria, eritrosit pada urin)
Dipertimbangkan kemungkinan hamil pada wanita usia reproduktif
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Spesifik Berdasarkan Indikasi
Troponin, CK-MB atau NT-proBNP (bila ada kecurigaan masalah jantung, misalnya nyeri dada
akut atau gagal jantung akut)

Foto toraks (bila ada kecurigaan bendungan di paru, diseksi aorta)


Ekokardiografi (bila ada kecurigaan diseksi aorta, gagal jantung atau iskemi miokard)

CT angiografi toraks dan/atau abdomen( bila ada kecurigaan diseksi aorta akut)
CT atau MRI otak (bila ada kecurigaan masalah sistem saraf)
USG ginjal (bila ada kecurigaan gangguan ginjal atau stenosis arteri renalis)
Penapisan obat dalam urin (bila ada kecurigaan penggunaan metamfetamin atau kokain)
Penatalaksanaan Krisis Hipertensi

• Hipertensi Emergensi
memperkecil kerusakan organ target akibat tingginya tekanan darah dan
menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan
Bila diagnosis krisis hipertensi ditegakkan, langkah-langkah yang harus
dilakukan ialah :
- Rawat di ICU
- Anamnesis singkat dan pemeriksaan fisik
- Tentukan tekanan darah yang diinginkan
Obat Antihipertensi Intravena pada
Hipertensi Emergensi
Obat Antihipertensi Berdasarkan
Kerusakan Organ Target
Hipertensi Urgensi
- tujuan pengobatan ialah penurunan tekanan darah sama seperti
hipertensi emergensi, hanya saja dalam waktu 24 sampai 48 jam.
- Umumnya digunakan obat-obat oral antihipertensi dalam menanggulangi
hipertensi urgensi.
- Berikut ini ialah obat antihipertensi oral yang diberikan, antara lain :
Nifedipine, Clonidine, Captopril, Prazosin
Krisis Hipertensi Pada Keadaan
Khusus
Krisis Hipertensi Pada Gangguan Otak
• Stroke
- Infark dan Pendarahan
Nifedipin dapat mengakibatkan stroke non-hemoragic dan infark miokard
bila tekanan darah terlalu cepat diturunkan.
Candexartan cilexetil per oral pada stroke akut memberikan perbaikan
kualitas hidup dalam 1 tahun pertama dengan tidak menurunkan tekanan
darah yang berlebihan.
• Ensefalopati Hipertensi
- Obat anti hipertensi parenteral diberikan sesuai prosedur penatalaksanaan krisis
hipertensi dengan batas penurunan tekanan darah 20-25% dari MAP.
• Cedera Kepala Dan Tumor Intrakranial
- Obat anti hipertensi parenteral diberikan sesuai prosedur penatalaksanaan krisis
hipertensi dengan batas penurunan tekanan darah 20-25% dari MAP.
- Khusus untuk tumor intrakranial hipofisis perlu dilakukan pemeriksaan hormonal
dan penatalaksanaan sesuai dengan krisis hipertensi dengan gangguan endokrin.
Krisis Hipertensi Pada Penyakit Jantung

• Diseksi Aorta Akut


- B-blocker merupakan obat pilihan utama untuk mengurangi shear stress dan
mengontrol tekanan darah.
• Edema Paru
- Pemberiaan obat anti-hipertensi intravena atau sublingual
• Sindroma Koroner Akut
- Penyekat beta dan nitrogliserin merupakan anjuran utama. Bila tidak terkontrol
dapat diberikan golongan golongan kalsium antagonis parenteral, nicardipin dan
diltiazem bila tidak ada kontraindikasi.
Krisis Hipertensi Pada Penyakit Ginjal

• Penatalaksanan terbaik untuk gagal ginjal akut akibat krisis hipertensi


masih kontroversial.
• Walaupun nitroprusside sering digunakan, namun dapat menyebabkan
keracunan cyanida atau thiocyanida.
• Fenoldopam mesylate (a dopamine-1 receptor agonis) telah menunjukkan
hasil yang menjanjikan dan keamanan yang dapat dijamin.
Krisis Hipertensi Pada Gangguan
Endokrin
• Pasien dengan peningkatan katekolamin, seperti pada feokromositoma, overdosis
kokain atau amfetamin, MAO (Monoamin Oksidase) Inhibitor, atau clonidine
withdrwal syndrome dapat menyebabkan krisis hipertensi
• Pada feokromositoma, kontrol awal tekanan darah dapat diberikan sodium
nitroprusside atau phentolamine IV.
• Beta blockers dapat ditambahkan untuk meningkatkan kontrol tekanan darah tetapi
jangan diberikan sendiri sampai alfa-blokade dapat dibuktikan merupakan hipertensi
paradoksial.
• Benzodiapine dapat menjadi salah satu obat anti hipertensi yang utama untuk
intoksikasi kokain.
Krisis Hipertensi Pada Kehamilan

• Krisis hipertensi hanya dapat diakhiri dengan proses persalinan dan


penanggulangan dilakukan sesuai penanggulangan krisis hipertensi
dengan perhatian khusus pada kehamilan.
Komplikasi

Komplikasi dari krisis hipertensi adalah :


• CAD (Coronary Arteri Disease)
• CRF (Chronic Renal Failure)
• CHF (Congestif Heart Failure)
• CVA (Cerebral Vascular Accident)
Prognosis

• Sebelum ditemukannya obat anti-hipertensi yang efektif harapan hidup


penderita hipertensi maligna kurang dari 2 tahun, dengan penyebab
kematian tersering adalah strok, gagal ginjal dan gagal jantung.
• Prognosis menjadi lebih baik berkat ditemukannya obat yang efektif dan
penanggulangan yang tepat pada dekade terakhir.
Kesimpulan
• Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak sistolik
>180mmHg dan/atau tekanan darah diastolic >120mmHg, pada penderita hipertensi yang
membutuhkan penanggulangan segera.
• Semakin meningkatnya kasus hipertensi yang terjadi di dunia dapat menyebabkan
semakin seringnya terjadi komplikasi lebih lanjut yang dapat mengancam jiwa.
Diperkirakan sekitar 1% dari pasien hipertensi akan mengalami krisis hipertensi.
• Hipertensi emergensi paling sering terjadi pada pasien yang telah didiagnosis dengan
hipertensi kronis sebelumnya. Penyebab umum lainnya yaitu seperti ketidakpatuhan
meminum obat antihipertensi dan penggunaan obat simpatomimetik. Etiologi hipertensi
urgensi bervariasi. Ketidakpatuhan dengan terapi antihipertensi, penggunaan
simpatomimetik, dan disfungsi tiroid adalah di antara banyak kemungkinan penyebab
hipertensi urgensi.
Kesimpulan

• Patofisiologi krisis hipertensi hingga saat ini masih belum diketahui


dengan jelas. Diperkirakan, krisis hipertensi diakibatkan kegagalan fungsi
autoregulasi dan peningkatan resistensi vascular sistemik yang mendadak
dan cepat.
• Penegakkan diagnosis krisis hipertensi berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan penunjang
• Tujuan utama pada penanganan krisis hipertensi adalah menurunkan
tekanan darah. Krisis hipertensi pada keadaan khusus memiliki prinsip-
prinsip penatalaksanaan tersendiri dalam menangani kegawatdaruratannya
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai