Anda di halaman 1dari 27

ATRESIA ESOFAGUS

Dharma Yogara
SEJARAH
 Pertama kali diketahui, secara tertulis, tahun
1670 oleh Durston
 Thomas Holmes, 1869, pertama kali yang
mengusulkan terapi bedah
 Richter, 1913, mengusulkan ligasi fistel dan
end-to-end anastomosis
 Waterston, 1951, mortalitas 57%
 1980, mortalitas 15% dan kesuksesan 90%
Epidemiologi
 Atresia esofagus adalah malformasi bawaan
yang umum terjadi.
 dengan angka kejadian berkisar pada 1 dari
2500-3000 kelahiran hidup
 Terjadi 2-3 kali lebih banyak pada kehamilan
kembar
 50 % diantara nya dengan multiple kongenital
anomali
Embriologi
 ”respiratory primordium” muncul sebagai
tonjolan ke arah ventral pada dasar dari
postpharyngeal foregut pada awal minggu
keempat kehamilan
 trakea yang terletak di ventral menjadi terpisah
dengan esofagus yang terletak di dorsal.
 pemisahan epitel foregut ditandai dengan
peningkatan jumlah sel yang mengalami
apoptosis
Embriologi
 Perubahan ventral-ke-dorsal pada ekspresi Shh
foregut adalah kearah kranial
 Kebanyakan studi menyebutkan bahwa, defek
primer adalah adanya foregut tak-terpisah yang
persisten, sebagai hasil dari kegagalan
pertumbuhan trakea atau kegagalan trakea
yang sudah terbentuk saat memisahkan diri
dari esofagus
Embriologi
Diagnosis
 Diagnosis atresia esofagus bisa diketahui pada
masa prenatal dengan pemeriksaan USG janin
setelah minggu ke-18 kehamilan
 dicurigai bila ditemukan adanya gelembung
lambung janin yang berukuran kecil atau tidak
ada sama sekali
Diagnosis
 Bayi dengan atresia esofagus tidak bisa
menelan saliva, sehingga terlihat adanya saliva
yang berlebihan
 Pada bayi baru lahir, dari ibu dengan
polihidramnion, harus dilakukan pemasangan
pipa Nasogastrik segera setelah lahir
Diagnosis
 Pada bayi dengan atresia
esofagus, NGT tidak
akan bisa masuk sejauh
9 cm-10 cm
Diagnosis
 Adanya malformasi pada organ-organ yang
lain bisa memberikan petunjuk sebagai
kemungkinan penyebab terjadinya atresia
esofagus
 VACTERL, yang terdiri dari Vertebral,
Anorectal, Cardiac, Tracheoesophageal, Renal
dan Limb.
Klasifikasi
 Klasifikasi paling tua ditemukan oleh Vogt
pada tahun 1929
 Kemudian Ladd ( 1944 ) dan Gross (1953)
memodifikasi klasifikasi tersebut
Klasifikasi
Kategorisasi resiko
1962, David Waterston
 Group A :

berat lahir > 2,4 kg dan kondisi baik.


 Group B :

1. berat lahir 1,8-2,4 kg dan kondisi baik


2. berat lahir > 2,4 kg, pneumonia sedang
dan ada kelainan kongenital.
 Group C :

1. berat lahir < 1,8 kg.


2. berat lahir > 1,8 kg, pneumonia berat dan
kelainan kongenital berat.
Tata laksana : referal
 Setelah diagnosis tegak, rujuk ke instansi
spesialisasi bedah anak
 Bayi harus dimasukkan pada inkubator portabel
dan tanda –tanda vital selalu dimonitor
 Kateter hisap ukuran 10 F dipasang pada
kantung atas esofagus
 Bayi preterm dengan distres pernafasan
membutuhkan pemasangan pipa endotracheal
dan ventilasi mekanik
Tata laksana : emergensi
 Semua bayi dengan atresia esofagus harus
diperiksa Echocardiogram
 Sejak 1964, anjuran ligasi TEF transpleural
emergensi menjadi prosedur pilihan
 gastrostomi emergensi untuk mencegah over
distensi dan ruptur lambung
 Jejenostomi feeding untuk akses nutrisi enteral,
bersamaan dengan gastrostomi
Tata laksana : definitif
 Bayi diletakkan miring
pada sisi letak lengkung
aortanya, dengan lengan
extensi diatas kepala,
terbaring pada telinga
Tata laksana : definitif
 Insisi 1 cm dibawah
scapula melengkung
sepanjang 5-6 cm
 Pendekatan Extrapleura
Tata laksana : definitif
 Pemaparan segmen
esofagus
 v.azygos adalah struktur
pertama yang nampak
pada mediastinum.
 Esofagus distal terlihat
mengembang saat
inspirasi
Tata laksana : definitif
 Esofagus distal
dipisahkan, sling karet
lembut dimasukkan
Tata laksana : definitif
 Jahitan penanda
dilakukan pada sisi
lateral esofagus distal
 Esofagus distal
dipisahkan sampai level
TEF, sisi atas dan bawah
fistel ditandai dengan
jahitan traksi
Tata laksana : definitif
 Kantung esofagus atas
diidentifikasi dengan
memberi tekanan pada
pipa nasoesofageal1.
 Kantung proksimal
dimobilisasi untuk
mencapai anastomose
bebas ketegangan
Tata laksana : definitif
 Anastomose antara
esofagus proximal dan
distal dikerjakan dengan
teknik ujung-dengan-
ujung, dengan jahitan
terputus, ketebalan
penuh, benang halus
ukuran 5.0
Tata laksana : post operatif
 Bila anastomosis tegang, bantu dengan muscle
relaxant
 Feeding via NGT trans-anastomosis mulai hari
kedua
 Evaluasi integritas anastomosis dilakukan
dengan kontras larut-air
Komplikasi : Dini
 Kebocoran
angka kejadian 20%, bisa terjadi tension
pneumothorax
 Striktur anastomosis
angka kejadian 30%, dilakukan dilatasi dengan
endoskopi atau dilatasi balon
 Fistel rekurens
angka kejadian 10%, ditutup dengan jahit
primer atau flap dari pericard atau pleura
Komplikasi : Lanjut
 Gastroesofageal reflux
angka kejadia 40 %, terapi dengan
medikamentosa atau bedah
 Trakeomalacia
angka kejadian 10%, terapi dengan aortopexy
 Dismotilitas esofagus
angka kejadian 60%, terjadi karena
abnormalitas inervasi intrinsik, terapi dengan
pola makan berkala
Words to say
William Potss, 1950…

To anastomose the ends of an infants’s


esophagus, the surgeon must be as delicate and
precise as a skilled watchmaker.
No other operation offers a greater opportunity
for technical artistry
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai