Pengkajian dimulai pada hari senin tanggal 2 Juli 2019 pukul 18.00 WIB di ruang nifas RSUD Ungaran dengan metode
wawancara kepada klien dan keluarga,observasi langsung pada klien, pemeriksaan fisik dan melihat catatan medis.
Sehingga penulis mendapatkan data sebagai berikut: pasien bernama Ny.N usia 28 tahun, berstatus menikah, agama
Kristen suku Jawa alamat desa Ngesrep. Ny.N masuk di RSUD Ungaran pada tanggal 1 Juli 2019 pukul 13.00 WIB.
Dengan diagnose KPD. Penanggungjawab Ny.N adalah Tn.H umur 30 tahun yang merupakan suami pasien yang
bekerja sebagai petani. Pasien masuk RS dengan keluhan ketuban pecah saat berada di rumah. Keluarga merasa
khawatir dengan kondisi pasien dan langsung membawa pasien ke Rumah Sakit pukul 14.00 WITA, dan diobservasi
diruangan IGD Ponek selama 30 menit, dan didapatkan hasil pemeriksaan Tekanan Darah 130/80 mmHg, Nadi
86x/menit, Respirasi 24x/menit, dan Suhu 37Oc. Pasien langsung dipindahkan di ruang bersalin pada pukul 14.30
WIB, dan setelah dokter melihat riwayat pasien dengan panggul sempit serta adanya KPD, dokter menyarankan untuk
dilakukannya operasi dengan Indikasi KPD dan panggul sempit. Dan operasi dilakukan pada tanggal 2 Juli 2019 pukul
08.00 WIB. Pada saat dilakukan pengkajian post operasi SC pada tanggal 2 Juli 2019 pukul 14.30 WB, pasien
mengatakan takut bergerak karena pasca operasi, paseien merasa nyeri dengan skala nyeri 4. Keluhan saat ini Ny.N
mengatakan badannya terasa lemas, pusing, baru pertama kali dilakukan tindakan operasi. Hasil pemeriksaan fisik
mukosa bibir kering, pasien tampak berkeringat, tekanan darah 110/60mmHg, Nadi 88 x/menit, S: 37,8oC, pernapasan
20x/menit.
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan. Bila
ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah
dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan
normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan
mengalami ketuban pecah dini (Saifuddin,
2014).
PENERAPAN MANAJEMEN PERAWATAN LUKA PADA KLIEN
POST
SECTIO CAESAREA DI RSD LIUN KENDAGE
Titi Suryani Arum Tampilang, Christien Anggreini Rambi, Ferdinand
Gansalangi
Program Studi Keperawatan Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Nusa
Utara
Analisa PICOT :
P (patient, population, problem)
Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang
dilakukan kepada tiga klien pot sectio caesarea
C (comparison, control)
Didukung pendapat Fridawaty (2013) dalam Rahman, dkk (2016) bahwa pelaksanaan prosedur perawatan luka yang tepat akan mempercepat
proses penyembuhan
luka. Diperkuat penelitian Rahman, dkk (2016) berjudul “Hubungan antara
pelaksanaan perosedur pencegahan Infeksi pada pasien post operasi dengan proses penyembuhan luka di rumah sakit islam unisman
Malang”, kepada 63 responden dalam hasil uji spearman rank diketahui nilai p-value= (0,000) < (0,005) sehingga H0
ditolak yang artinya adanya hubungan antara pelaksanaan prosedur pencegahan infeksi dengan proses penyembuhan luka.
O (outcome)
Manajemen perawatan luka yang sesuai standar dan sikap positif klien
dalam menunjang proses perawatan akan membantu proses penyembuhan luka dan
menurunkan intensitas nyeri sehingga meningkatkan kemampuan mobilitas klien.
Novie Merida,
Misrawati,
Wasisto Utomo
Analisa PICOT :
P (patient, population, problem)
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasy experimental dengan rancangan nonequivalent control-group. Ibu hamil penderita anemia
ringan/sedang yang menyatakan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini kemudian menjalani screening untuk menentukan kadar
hemoglobin awal, lalu dibagi secara acak menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sampel pada penelitian ini
adalah 30 responden ibu hamil yang menderita anemia di wilayah kerja Puskesmas Sail Pekanbaru.
C (comparison, control)
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2016) yang berjudul “Uji efektivitas jus bayam dalam
meningkatkan kadar hemoglobin darah tikus putih (Rattus norvegicus).” Jenis penelitian ini adalah eksperimen sesungguhnya (True Experimental
Design) dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Sampel yang digunakan adalah
24 ekor tikus putih betina berusia ± 2 bulan dan dengan BB ± 200gr. Berdasarkan hasil analisis dengan uji Anova satu faktor yang dilanjutkan
dengan uji Duncan’s menunjukkan bahwa terdapat efektivitas pemberian jus bayam dalam meningkatkan kadar hemoglobin darah tikus putih.
Berdasarkan hasil uji statistik pada penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi kombinasi jus bayam dan tomat efektif
meningkatkan kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia.
O (outcome)
Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan antara kadar hemoglobin sebelum dan sesudah diberi intervensi. Sedangkan hasil uji t dependent pada
kelompok kontrol didapatkan p (0,499) > α (0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan kadar hemoglobin tanpa pemberian
intervensi. Berdasarkan hasil uji statistik t independent diperoleh p (0,013) < α (0,05). Maka disimpulkan terapi kombinasi jus bayam dan tomat
efektif terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia.
C (comparison, control)
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2016) yang berjudul “Uji efektivitas jus bayam dalam
meningkatkan kadar hemoglobin darah tikus putih (Rattus norvegicus).” Jenis penelitian ini adalah eksperimen sesungguhnya (True Experimental
Design) dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Sampel yang digunakan adalah
24 ekor tikus putih betina berusia ± 2 bulan dan dengan BB ± 200gr. Berdasarkan hasil analisis dengan uji Anova satu faktor yang dilanjutkan
dengan uji Duncan’s menunjukkan bahwa terdapat efektivitas pemberian jus bayam dalam meningkatkan kadar hemoglobin darah tikus putih.
Berdasarkan hasil uji statistik pada penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi kombinasi jus bayam dan tomat efektif
meningkatkan kadar hemoglobin ibu hamil dengan anemia.
O (outcome)
Hasil penelitian involusi uterus lebih cepat pada semua ibu post partum yang dilakukan massage effleurage dan pijat oksitosin, sedangkan pada
kelompok senam nifas hampir semua responden, hal ini lebih banyak dibanding kelompok yang tidak dilakukan intervensi menunjukkan bahwa
involusi uterus lambat sebagian besar responden. Pengujian variabel dengan Mann-Whitney Test nilai p <0,05.bahwa kelompok massage
effleurage, pijat oksitosin nilai p 0,005 (≤ 0.05), dan kelompok senam nifas nilai p 0,011 (≤ 0.05), berarti ada pengaruh model massage effleurage,
pijat oksitosin dan senam nifas terhadap percepatan involusi pada ibu post.