Anda di halaman 1dari 20

SKENARIO 4 PERTEMUAN

KE 2
BLOK 236
By : Tutor Hebat Mediclub
Kelainan di Telinga Tengah
• Otitis Media
• Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius,
antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis
media non supuratif (otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis
media efusi/OME). Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis
media supuratif akut (OMA/otitis media akut) dan otitis media supuratif kronik (OMSK/OMP),
otitis media serosa akut (barotrauma/aerotitis) dan otitis media serosa kronik.
Kelainan di Telinga Tengah
1. Otitis Media Akut
Patologi
• Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri piogenik, seperti Streptokokus hemolitikus,
Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang juga ditemukan Hemofilus influenza
(sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun), Escherchia colli, Streptokokus
anhemolitikus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aurugenosa.
Stadium OMA
• (1) Stadium Oklusi Tuba Eustachius. Tanda adanya oklusi tuba eustachius adalah gambaran retraksi
membrane timpani akibat terjadinya tekanan negative di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara.
Kadang-kadang membrane timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah
terjadi tetapi tidak dapat dideteksi.
• (2) Stadium Hiperemis (Stadium pre supurasi). Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang
melebar di MT atau seluruh MT tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin
masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
Kelainan di Telinga Tengah
• (3) Stadium Supurasi. Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial serta terbentuknya eksudat yang purulent di kavum timpani menyebabkan membrane
timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat
kesakitan, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga semakin bertambah hebat. Bila tidak
dilakukan insisi membrane timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar MT
akan rupture dan nanah akan keluar ke liang telinga luar, dengan melakukan miringotomi, luka insisi
akan menutup kembali sedangkan apabila terjadi rupture maka lubang tempat rupture tidak mudah
menutup kembali.
• (4) Stadium Perforasi. Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian AB atau virulensi
kuman yang tinggi, maka akan terjadi rupture MT dan nanah keluar mengalir ke liang telinga luar.
Anak yang tadinya gelisah menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak.
• (5) Stadium Resolusi. Bila MT tetap utuh, maka keadaan MT perlahan-lahan akan normal kembali.
Bila sudah terjadi perforasi, maka secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh
baik atau virulensi rendah, resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK
bila perforasi menetap dengan secret yang keluar terus menerus atau hilang timbul.
Kelainan di Telinga Tengah
Gejala Klinik OMA
• Gejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat
berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi,
biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa
selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang
dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39.5 oC (pada
stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan
anak memegang telinga yang sakit.
Terapi
• Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.
• (1) Stadium Oklusi, pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga
tekanan negative di telinga tengah hilang. Untuk itu, diberikan obat tetes hidung, HCL efedrin 0.5%
dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCL efeldin 1% dalam larutan fisiologik untuk anak yang
berumur > 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain itu sumber infeksi harus diobati, AB diberikan
apabila penyebab penyakit adalah bakteri.
Kelainan di Telinga Tengah
• (2) Stadium presupurasi. Terapi yang diberikan adalah AB, obat tets hidung dan analgetika. AB
yang dianjurkan adalah golongan penisilin atau ampisilin. AB diberikan minimal selama 7 hari.
Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis 50 – 100 mg/kgBB per hari dibagi dalam 4 dosis atau
amoksisilin 40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari.
• (3) Stadium supurasi. Selain diberikan AB, idealnya harus disertai dengan miringotomi bila MT
masih utuh. Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa MT agar terjadi drainase secret dari
telinga tengah ke liang telinga luar.
• (4) Stadium perforasi. Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3 – 5
hari serta AB yang adekuat. Biasanya secret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali
dalam waktu 7 – 10 hari.
• (5) Stadium resolusi. Bila terjadi resolusi biasanya tampak secret mengalir di liang telinga luar
melalui perforasi MT. pada keadaan demikian AB dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila OMA
berlanjut dengan keluarnya secret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu, maka keadaan ini
disebut otitis media supuratif subakut.
Kelainan di Telinga Tengah

2. Otitis Media Supuratif Kronis


• OMSK adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi MT dan secret yang keluar dari
telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kentang, bening atau
berupa nanah. OMA dengan perforasi MT menjadi OMSK bila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan.
Faktor yang dapat menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan,
terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang)
atau hygiene buruk.
• Letak perforasi di MT penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK. Perforasi MT dapat ditemukan
di daerah sentral, marginal atau atik. Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa,
sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa MT. pada perforasi marginal sebagian tepi
perforasi langsung berhubungan dengan annulus atau sulkus timpanikum. Pada perforasi atik
adalah perforasi yang terletak di pars flaksida.
Kelainan di Telinga Tengah
Jenis OMSK
• OMSK dapat dibagi atas 2 jenis yaitu (1) OMSK tipe aman (tipe mukosa, tipe benigna) dan (2) OMSK tipe
bahaya (tipe tulang, tipe maligna).
• Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang.
Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Pada OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatoma.
• OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu kista
epoterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin) yang terbentuk terus lalu menumpuk. Perforasi pada
OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal
timbul pada OMSK tipe bahaya.
Tanda Klinik OMSK tipe bahaya
• Tanda dini yang dapat dilihat pertama kali adalah perforasi pada marginal atau pada atik. Pada kasus lebih
lanjut dapat ditemukan abses atau fistel retroaurikular, polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar
yang berasal dari dalam telinga tengah, terlihat kolesteatoma pada telinga tengah, secret berbentuk nanah
dan bebau khas (aroma kolesteatoma).
Kelainan di Telinga Tengah
Terapi OMSK
• Tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak cepat
kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini disebabkan oleh karena (1) peforasi MT yang permanen
sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar, (2) terdapat sumber infeksi di faring,
nasofaring, hidung dan sinus paranasal, (3) sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam
rongga mastoid, dan (4) gizi dan hygiene yang buruk.
• Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila secret yang keluar
terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H 2O2 3% selama 3 – 5 hari.
Setelah secret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang
mengandung AB dan kortikosteroid. Bila secret telah kering tetapi perforasi masih ada setelah di
observasi selama 2 bulan maka dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.
• Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yatiu mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan teapi sementara
sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses
sebaiknya dilakukan sebelum mastoidektomi.
Kelainan di Telinga Tengah
Komplikasi OMSK
1. Komplikasi OMSK menurut Adams
• Komplikasi di telinga tengah : (1) perforasi MT persisten, (2) erosi tulang pendengaran, (3) paralisis nervus
fasialis.
• Komplikasi di telinga dalam : (1) fistula labirin, (2) labirinitis supuratif, (3) tuli saraf (sensorineural).
• Komplikasi ekstradural : (1) abses ekstradural, (2) thrombosis sinus lateralis, (3) petrositis.
• Komplikasi ke SSP : (1) meningitis, (2) abses otak, (3) hidrosefalus otitis.
2. Komplikasi OMSK menurut Souza
• Komplikasi Intratemporal : (1) komplikasi di telinga tengah : paresis N.VII, kerusakan tulang pendengaran,
perforasi MT, (2) komplikasi ke ruang mastoid : petrositis, mastoiditis, (3) komplikasi ke telinga dalam :
labirinitis, tuli sensorineural.
• Komplukasi ekstratemporal : (1) komplikasi intracranial : abses ekstradural, abses subdural, abses otak,
meningitis, (2) komplikasi ekstrakranial : abses Bezold’s, abses zigomatikus.
Kelainan Telinga Dalam

1. Labirinitis
Infeksi pada telinga dalam, sering disebabkan oleh komplikasi intra temporal dari telinga tengah.
Ada 4 stadium labirintis bakteri
a. Labirintis akut / toksik terjadi akibat perubahan kimia di dlm ruang perilimf yg di sebabkan oleh
proses toksik atau proses supuratif yg menembus membrane barrier labirin spt melalui
membrane rotundum tanpa invasi bakteri (Streptokokus pneumoni)
b. Labirintis akut supuratif  invasi bakteri dalam ruang perilimf disertai adanya respon tubuh
dgn adanya sel2 radang. Kerusakan pendengaran dan keseimbangan irreversible
c. Labirintis kronik supuratif. Terlibatnya labirin oleh bakteri dgn respon inflamasi jaringan sudah
dalam waktu lama. Biasanya akibat komplikasi penyakit telinga tengah kronis dan mastoid
(campuran bakteri basil gram negative, pseudomonas, e. coli)
d. Labirintis fibroseus yaitu suatu respon fibroseus di mana terkontrolnya proses inflamasi pada
labirin dengan terbentuknya jaringan fibrous sampai obliterasi dari ruangan labirin dengan
terbentuknya kalsifikasi dan osteogenesis
Kelainan Telinga Dalam
Labirinitis viral (virus mumps, influenza, CMV, campak, herpes)
a. Labirintis lokalisata (sirkumskripta, serosa) merupakan komplikasi otitis media dan muncul
ketika mediator toksik otitis media mencapai labirin bagian membrane tanpa adanya bakteri
pada telinga dalam
b. Labirintis difusa (purulenta, supuratif) keadaan infeksi pada labirin yg lebih berat dan
melibatkan akses langsung mikroorganisme ke labirin tulang dan membrane
Gejala dan Tanda
Labirintis lokalisata : gangguan fungsi vestibular dan koklea terjadinya vertigo dan penurunan
pendengaran, gejala dapat membaik dengan sendirinya dan kerusakan biasanya bersifat reversible
Labirintis difusa (supuratif) gejala yg timbul sama spt gejala lokalisata tetapi perjalanan penyakitnya
berlangsung dgn cepat dan hebat, didapati gg. Vestibular, vertigo yg hebat, mual dan muntah dgn
disertai nistagmus. Gg. Pendengaran sensorineural menetap, jarang ada demam dan nyeri telinga.
Pasien berbaring dgn telinga sakit mengarah keatas, dan menjaga kepala tidak bergerak. Pada pf
tampak MT perforasi
Labirintis viral : didahului infeksi virus (influenza, mumps) timbul vertigo, nistagmus, setelah 3-5 hari
keluhan berkurang dan berangsur normal kembali. Biasanya telinga yg terkena unilateral.
Kelainan Telinga Dalam

Penatalaksanaan Labirinitis
• Prinsip tatalaksana pada labirintis adalah
• Mencegah terjadinya progresifitas penyakit dan kerusakan vestibulokoklea yg lebih lanjut
• Penyembuhan penyakit telinga yang mendasarinya
• Harus terus diawasi, untuk mencegah terjadinya perluasan ke intracranial, dilakukan tindakan
drainase dari labirin
• Antibiotik diberikan utk mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
• Jika rangsang meningeal (+) harus dilakukan pungsi lumbal segera
Gangguan Keseimbangan

1. Vertigo
• Vertigo adalah perasaan berputar, pusing sangat membingungkan, pusing tujuh keliling, pening
berputar. Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam yaitu vertigo spontan, vertigo posisi
dan vertigo kalori.
• Vertigo spontan bila vertigo timbul tanpa diberi rangsangan. Rangsangan timbul dari penyakitnya
sendiri, misalnya pada penyakit Meniere disebabkan oleh tekanan endolimfe yang meninggi.
• Vertigo posisi, bila vertigo timbul disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena
perangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris atau pada kelainan servikal. Debris
adalah kotoran yang menempel pada kupula kanalis semi-sirkularis.
• Vertigo kalori dapat timbul keika pasien dilakukan pemeriksaan kalori. Vertigo kalori ini penting
ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya pasien dapat membandingkan perasaan
vertigo dengan serangan yang pernah dialaminya.
Gangguan Keseimbangan
2. Vertigo Posisi Paroksismal Jinak (BPPV)
• BPPV adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo
yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala. Biasanya vertigo dirasakan sangat berat, berlangsung
singkat hanya beberapa detik saja. Keluhan dapat disertai mual, sehingga penderita merasa khawatir akan
timbul serangan lagi, hal ini menyebabkan penderita berhati-hati dalam posisi tidurnya. BPPV sering
berulang dan kadang sembuh dengan sendirinya.
• BPPV merupakan penyakit degenerative yang idiopatik yang sering terjadi pada usia dewasa muda dan
usia lanjut. Diagnosis BPPV dapat dilakukan dengan melakukan tindakan provokasi dan menilai timbulnya
nistagmus pada posisi tersebut. Dikenal tiga jenis perasat untuk memprovokasi timbulnya nistagmus, yaitu
Perasat Dix Halpike, perasat side lying dan perasat roll. Perasat dix Halpike merupakan perasat yang paling
sering digunakan, side lying digunakan untuk menilai BPPV pada kanal posterior dan anterior, sedangkan
perasat roll untuk menilai vertigo yang melibatkan kanal horizontal.
Penatalaksanaan
• Tiga macam perasat dilakukan untuk menanggulangi BPPV yaitu CRT (Canalith Repositioning Treatment),
perasat Liberatory dan latihan Brandt-Daroff.
Gangguan Keseimbangan
3. Penyakit Meniere
Patofisiologi
• Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada koklea dan
vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan oleh (1)
meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, (2) berkurangnya tekanan osmotic di dalam
kapiler, (3) meningkatnya tekanan osmotic ruang ekstrakapiler, (4) jalan keluar sakus endolimfatikus
tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan endolimfa.
Etiologi
• Penyebab pasti penyakit Meniere belum diketahui. Penambahan volume endolimfa diperkirakan oleh
adanya gangguan biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada membrane labirin.
Gejala Klinis
• Terdapat trias atau sindrom Meniere yaitu bertigo, tinnitus dan tuli sensorineural terutama nada
rendah. Serangan pertama sangat berat, yaitu vertigo disertai muntah, setiap kali berusaha berdiri
pasien merasa berputar, mual kemudian muntah. Gejala lain yang menyertai adalah tinnitus.
Gangguan Keseimbangan

Diagnosis
• Diagnosis dipermudah dengan dibakukannya kriteria diagnosis, yaitu (1) vertigo hilang timbul, (2)
fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf, (3) menyingkirkan kemungkinan penyebab dari
sentral, misalnya tumor N. VV. Bila gejala-gejala khas dapat ditemukan pada anamnesis, maka
diagnosis Meniere dapat ditegakkan. Pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk menguatkan
diagnosis penyakit ini.
Penatalaksanaan
• Pada saat datang biasanya diberikan obat-obat simptomatik, seperti sedative dan bila diperlukan
dapat diberikan anti muntah. Diberikan obat-obat vasodilator perifer untuk mengurangi tekanan
endolimfa, atau di operasi dengan membuat shunt.
• Rehabilitasi penting diberikan dengan latihan yang teratur dan baik untuk mengurangi gejala
vertigo, sehingga tidak lagi mengganggu pekerjaannya.
NIHL (NOISE INDUCED HEARING LOSS)

Gangguan pendengaran akibat bising, sering dijumpai pada pekerja industri, dan orang yg sering
memakai headset dalam jangka waktu yg lama.
Pengaruh bising terhadap pendengaran:
1. Trauma akustik
Pada trauma akustik terjadi kerusakan organic telinga akibat adanya energy suara yg sangat besar.
Cedera cochlea terjadi akibat rangsangan fisik berlebihan berupa getaran yg sangat besar sehingga
merusak sel2 rambut. Pajanan berulang bisa mengakibatkan perubahan secara fisik dan kimiawi
berupa rangsangan metabolic yg secara berlebihan merangsang sel2 rambut sehingga terjadi
disfungsi sel2 tsb.  gangguan ambang pendengaran sementara atau permanen.
NIHL (NOISE INDUCED HEARING LOSS)

2. Noise induced temporary threshold shift (sementara)


Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara, yg secara perlahan akan kembali seperti semula.
Keadaan ini berlangsung dalam beberapa menit, jam, sampai beberapa minggu setelah paparan.
Makin tinggi intensitas dan lama waktu pemaparan makin besar pula perubahan nilai ambang
pendengarannya.

3. Noise induced permanent threshold shift


Kenaikan terjadi bila seseorang terpapar kebisingan terutama pada frekuensi 4000 Hz. Gangguan ini
paling banyak ditemukan dan bersifat permanen. Kenaikan ambang pendengaran yg menetap dapat
terjadi setelah 3-20 tahun terjadi paparan.
Paparan lama  robek sel2 rambut organ corti  destruksi total organ corti  kehilangan
pendengaran permanen (prosesnya lama)
Presbiakusis
• Tuli sensorineural pada usia lanjut akibat proses degenerasi organ pendengaran, simetris yg
terjadi secara progresif lambat
• Etiologi : degenerasi atrofi epitel dan saraf organ corti  lambat laun degenerasi ganglion spiral
 degenerasi sel2 pada jaras saraf pusat  gg. Pemahaman bicara.
• Faktor resiko : metabolism, aterosklerosis, bising
• Diagnosis : penurunan tajam pendengaran, sensorineural, bilateral, progresif. Kadang disertai
tinnitus

Anda mungkin juga menyukai