Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN HAEMOROID

KELOMPOK IV :
DENI HERDANI PRIATNA
IKA HARI
NUR MAEMUNAH
YUANA SARI
PENGERTIAN

• Hemorrhoid adalah suatu perubahan pada bantalan pembuluh-


pembuluh darah di dubur ( corpus carvenosa recti ) berupa
pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah dan jaringan
sekitarnya.
• Hemorrhoid adalah pembengkakan jaringan yang mengandung
pembuluh balik ( vena ) dan terletak didinding rectum dan anus.
• Hemorrhoid adalah pelebaran vena didalam pleksus vena
hemoroidalis. ( Syamsuhidayat, 1998 )
• Hemorrhoid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. (
Suddart & Brunner, 2001 )
• Hemorrhoid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-
vena hemoroidalis. ( Mansjoer, A, 2000 )
• Hemorrhoid adalah timbul akibat pelebaran pembuluh darah vena
disekitar anus sehingga timbul benjolan pada anus.
ETIOLOGI
• Faktor keturunan
• Sikap tubuh manusia dalam berjalan
dengan kaki sehingga tekanan kebawah
lebih besar.
• Kehamilan
• Perubahan hormonal (waktu hamil)
• Jenis pekerjaan.
ANATOMI PATOLOGI
Secara histologi hemorid tadi pembuluh vena yang melebar dan
tipis yang menonjol dibawah mukosa anus dan rektum dalam
keadaan yang tidak terlindung itu mudah terkena trauma.dan
mungkin mengalami trombosis. Ini mungkin benar terjadi pada
hemorroid interna yang mungkin prolap, waktu defekasi dan
menjadi terjebak sementara dalam lingkaran yang kompresif
dari sepingter ani atau stangulasi terjepit sebagai tambahan
yang sering dialami ( nyeri dan gatal ) kelaianan ini merupakan
penyebab yang sering dari perdarahan rektum akan tertutupi
perdarahan rektum hampir selalu dihubungkan dengan
hemorrhoid tanpa melakukan pengesampingan yang teliti
terhadap penyebab lain yang serius seperti karsinoma rektum.
Empat tingkatan hemorrhoid :
• Tingkat I
Vansa 1 atau lebih untuk hemorrhoidalis interna dengan gejala
perdarahan ( warna merah segar )
• Tingkat II
Vansa 1 atau lebih untuk hemorrhodalis interna yang keluar dari
dubur pada saat defekasi.
• Tingkat III
Seperti tingkat 2 tapi tidak dapat masuk spontan harus didorong
kembali.
• Tingkat IV
Telah terjadi inkonserasi ( harus segera dioperasi )

( Robbin dan Kumar,1998; Syamsuhidayat,1997 )


FATOFLOW DIAGRAM
HAEMOROID
Tumor, Obesitas, Sering mengejan, Berjalan, Faktor
Tidak ada katub di Berdiri duduk lama, Prostat Kongenital
sistem portal, membesar, Saluran Kencing
menyempit, Batuk Lama
Penyakit hati kronik, Dinding
Hipertensi portal, Pembuluh darah
Diare Konstipasi, yang lemah
Kongesti Pelvis

Menyumbat Kongesti Vena Haemoroidalis


Pembuluh Darah

Gangguan Aliran Balik


Merangsang Ujung
saraf Kecil
Pembengkakan Vena Haemoroidalis

NYERI
HAEMOROID
HAEMOROID

Prolaps saat
Suplai cairan Tindakan Operasi Ruptur Pembuluh
defekasi
dan elektrolit Darah
menurun
Mucus dan
Feces keluar Perdarahan Suplai O2
Kerusakan Jaringan Kulit
Penurunan Menurun
Anal
Peristaltik
Inkontinensia Anemia
Anal Metabolisme
Port de Entre Menurun
Feces Keras
Kelembapan Resti
meningkat Kekurangan
Resti Infeksi Volume Cairan Energi
Konstipasi Menurun
Pruritus

Kelemahan
Gangguan Pola
Eliminasi Gangguan Integritas
Kulit
Intoleransi
Aktivitas
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
2. Sirkulasi
3. Eleminasi
4. Makanan/cairan
5. Hygiene
6. Nyeri/kenyamanan
7. Sirkulasi
2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d gangguan pada jaringan kulit
2. Resti tinggi infeksi b.d kerentanan bakteri sekunder terhadap luka
3. Intoleransi aktivitas b.d kekurangan suplay O2 dgn kebut
4. Resti kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui
hemoragik
5. Gangguan pola eleminasi b.d penurunan peristaltik usus
6. Gangguan integritas kulit b.d pruritus
INTERVENSI DAN RASIONALISASI
Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan kulit .
Kriteria Hasil :
• Keluhan nyeri berkurang
• Pasien dapat beristirahat tidur.
• Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan
Intervensi dan Rasionalisasi
• Intervensi :
Mengkaji nyeri, karakteristik, intensitas dengan skala 1-10
• Rasionalisasi :
Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan, mengurangi ansietas.
• Intervensi :
Mengkaji TTV dan KU pasien
• Rasionalisasi :
Menurunkan ansietas dapat meningkatkan relaksasi.
• Intervensi :
Membantu melakukan rentang gerak dan dorong ambulasi dini.
• Rasionalisasi :
Menurunkan kekakuan otot, ambulasi mengembalikan ke posisi normal.
• Intervensi:
Mengkaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
• Rasionalisasi:
Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
• Intervensi :
Berikan rendam duduk dengan tepat
• Rasionalisasi :
Meningkatkan kebersihan dan kenyamanan adanya iritasi fiseral peri anal.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerentanan bakteri sekunder terhadap luka
Kriteria Hasil :
• Pasien menunjukkan penyembuhan luka utuh
• Jaringan tampak bergranulasi
• Bebas tanda-tanda infeksi.
Intervensi dan Rasionalisasi
• Intervensi
Memantau TTV dan perhatikan peningkatan suhu
• Rasionalisasi :
Suhu meningkat pada malam harii memuncak dan kembali ke normal pada pagi hari adalah
karakteristik infeksi
• Intervensi
Observasi adanya inflamasi.
• Rasionalisasi:
Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
• Intervensi
Observasi adanya gejala peritonitis.
• Rasionalisasi :
Peritonitis dapat terjadi bila usus terganggu.
• Intervensi
Memberikan obat sesuai dengan indikasi (antibiotic)
• Rasionalisasi:
Diberikan secara prolaktik dan untuk mengatasi infeksi.
• Intervensi
Melakukan irigasi luka sesuai dengan kebutuhan.
• Rasionalisasi:
Mengatasi infeksi bila ada.

Anda mungkin juga menyukai