Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

“ASKARIASIS”

Pembimbing :
dr.Ade Amelia,Sp.A

Disusun Oleh :
TUTUT FITRIANI
030.13.194 07/28/2020 1
1
LATAR BELAKANG
 Infeksi parasit dapat mengenai seseorang dalam kelompok usia berapapun dan
infeksi parasit telah dihubungkan dengan berbagai faktor yang mempengaruhi
seperti faktor sosioekonomi, lingkungan dan kondisi kebersihan sehari-hari.
 Ascaris lumbricoides merupakan salah satu nematoda parasit yang paling sering
ditemukan di dunia.
 Infeksi dari Ascaris lumbricoides dapat memiliki gejala klinis yang bervariasi mulai
dari gejala seperti muntah, malnutrisi, pneumonitis, gangguan pertumbuhan dan
nyeri abdomen.
 Jika tidak dilakukan penatalaksanaan dengan baik dan pasien jatuh dalam keadaan
infeksi berat, keadaan yang ditemukan dapat menjadi lebih berat seperti kolangitis,
pankreatitis, appendisitis atau bahkan dapat ditemukan obstruksi usus halus yang
diakibatkan massa dari parasit, bahkan sampai menyebabkan terjadinya perforasi.
 Askariasis merupakan salah satu penyakit infeksi cacing dengan prevalensi lebih
tinggi dibandingkan jenis cacing lainnya seperti Trichuris dan Oxyuris. Seperti yang
telah diketahui bahwa cacing ini dapat berkembang dengan baik pada daerah yang
memiliki karakteristik iklim tertentu seperti suhu yang tropis. Survei yang dilakukan
di Indonesia menunjukan bahwa prevalensi A.lumricoides masih cuup tinggi sekitar
07/28/2020 2
60-90%.
DEFINISI

Askariasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh


Ascaris lumbricoides, dimana Ascaris lumbricoides
merupakan salah satu nematoda terbesar, dengan
ukuran Ascaris lumbricoides berjenis kelamin
perumpuan sebesar 30 cm x 0.5 cm.

07/28/2020 3
EPIDEMIOLOGI
 Askariasis merupakan salah satu penyakit infeksi cacing dengan prevalensi lebih tinggi
dibandingkan jenis cacing lainnya seperti Trichuris dan Oxyuris. Seperti yang telah
diketahui bahwa cacing ini dapat berkembang dengan baik pada daerah yang memiliki
karakteristik iklim tertentu seperti suhu yang tropis.
 Ciri-ciri ini dapat kita temukan pada negara-negara berkembang di Asia Tenggara
sehingga menjadikan angka kejadian askariasis terbanyak di dunia. Afrika dan Amerika
Selatan menduduki urutan selanjutnya dalam jumlah kejadian infeksi askariasis.
 Survei yang dilakukan di Indonesia menunjukan bahwa prevalensi A.lumricoides masih
cuup tinggi sekitar 60-90%.
 Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan sekitar 250 juta orang
terinfeksi oleh askariasis di seluruh dunia, dengan anak yang masuk kedalam kelompok
usia sekolah merupakan kelompok usia yang berisiko tinggi terinfeksi penyakit ini.
 Terdapat penelitian di Indonesia, dimana yang dilakukan di Kabupaten Keerom yang
merupakan salah satu wilayah di Provinsi Papua di Indonesia, dengan lingkungan tropis
dengan curah hujan yang tinggi, kelembaban yang tinggi sehingga dengan kondisi
geografi dan lingkungan tersebut sangat mendukung untuk penyebaran dari infeksi soil
transmited disease (STH). Setelah dilakukan penelitian di salah satu sekolah dasar di
Kabupaten Keerom didapatkan 224 responden anak-anak dengan prevalensi kejadian
07/28/2020 4

askariasis sebesar 23.2%.


MORFOLOGI

07/28/2020 5
DAUR HIDUP

07/28/2020 6
Tabel 1. Karakteristik

Ukuran cacing dewasa Jantan Panjang 20 – 35cm


lebar 0.3 – 0.6cm

Ukuran cacing dewasa Betina panjang 20 – 35cm


lebar 0.3 – 0.6cm

Umur cacing dewasa 1 – 2 tahun

Lokasi cacing dewasa Usus halus

Ukuran telur panjang 60 - 70µm, lebar 40 - 50µm

Jumlah telur/cacing betina/hari ± 200.000 telur

07/28/2020 7
FAKTOR RESIKO
 usia muda yang didapatkan pada anak-anak usia sekolah,
 imunitas rendah,
 kemiskinan,
 kepadatan penduduk,
 penggunaan feses sebagai pupuk,
 edukasi kesehatan yang buruk
 kondisi tempat tinggal yang buruk (contoh tinggal dengan ternak),
 kebersihan yang buruk dan
 praktik memasak yang tidak baik (cth: memakan-makanan mentah atau
meminum air yang tidak diolah)

07/28/2020 8
PATOLOGI & GEJALA KLINIS
 Migrasi larva Askaris
Pada proses migrasi larva, dapat ditemukan beberapa kondisi
seperti Löffler syndrome, atau pneumonitis eosinofilik yang
dimana kedua kondisi diatas merupakan reaksi hipersensitivitas
tipe I yang terjadi akibat proses migrasi larva yang menembus
jaringan paru dan biasanya terjadi pada infeksi primer ataupun
yang telah berulang. Setelah terjadi periode inkubasi yang
bervariasi antara 4 sampai 16 hari, pasien dapat datang
dengan gejala demam, batuk dan dispnoe. Temuan lainnya
juga bervariasi mulai dari urtikaria, suara napas yang abnormal
pada saat auskultasi dan hepatomegali. Sindroma yang tadi
telah dijelaskan dapat berlangsung sampai 3 minggu lamanya
dan bahkan dapat berakibat fatal.9
07/28/2020 9
 Cacing Ascaris dewasa
Gangguan yang disebabkan pada cacing dewasa biasanya ringan,
kadang-kadang penderita mengalami gangguan usus ringan seperti
mual, nafsu makan berkurang, diare, atau konstipasi. Pada infeksi
berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga
memperberat keadaan malnutrisi dan penurunan status kognitif
pada anak sekolah dasar, perhari dapat menyerap 2,8 gram
karbohidrat dan 0,7 gram protein, sehingga pada anak- Efek yang
serius ika cacing menggumpal dalam usus (ileus). Pada keadaan
tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendiks,
atau ke bronkus dan menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga
kadang-kadang perlu tindakan operatif.
07/28/2020 10
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan Laboratorium
Dalam pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan
mikroskopik untuk menemukan telur di dalam feses untuk
melakukan diagnosa pasti. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
pemeriksaan langsung (feses yang dicampur dengan larutan
normal saline) atau setelah memekatkan feses.

Telur Ascaris lumbricoides yang ditemukan


dalam sampel feses dengan pembesaran
400x10

07/28/2020 11
 Radiologi Thorax
Gambaran yang ditemukan di radiologi thorax biasanya muncul
dalam 3 hari pertama infeksi dan dapat menghilang setelah 10
– 12 hari.

(a) Radiologi thorax menunjukan


area dengan ground glass
opacity pada area tengah dan
inferior. (b) CT Scan thorax high
resolution dengan potongan
aksial menunjukan area dengan
ground-glass attenuation yang
menunjang temuan pada gambar
(a)

07/28/2020 12
 Ultrasonografi Abdomen
Pada pemeriksaan ultrasonografi, merupakan salah satu
metode pemeriksaan yang dipilih untuk menemukan caring
Ascaris dalam traktus bilier.

ultrasonografi menunjukkan struktur


ekogenik yang panjang dengan
tabung ekogenik longitudinal sentral
(menggambarkan kanal di tubuh
Ascaris), tanpa accouctic shadow
yang terlihat di dalam common bile
duct.

07/28/2020 13
 Pemeriksaan CT Abdomen
Ketika di dalam traktus bilier, cacing biasanya lebih mudah
dilihat dengan pemeriksaan yang unenhanced. Selain itu,
pemeriksaan CT abdomen double contrast merupakan
pemeriksaan yang sangat baik untuk evaluasi dari pasien yang
datang dengan gejala akut abodmen dengan kecenderungan
obstruksi usus atau kegawat daruratan bedah lainnya.

CT Abdomen menunjukan
sekumpulan Ascaris yang terletak
di dalam usus halus (panah putih)
pada pasien anak. Ascaris terlihat
sebagai filling defect nodular
(panah hitam)

07/28/2020 14
TATALAKSANA
 Dosis tunggal pirantel pamoat 10 mg/kgBB menghasilkan angka penyembuhan
85-100%. Efek samping dapat berupamual, muntah, diare, dan sakit kepala,
namun jarang terjadi.

 Albendazol diberikan dalam dosis tunggal (400 mg) dan menghasilkan angka
penyembuhan lebih dari 95%, namun tidak boleh diberikan kepada ibu
hamil. Pada infeksi berat, dosis tunggal perlu diberikan selama 2 – 3 hari.

07/28/2020 15
 Mebendazol diberikan sebanyak 100 mg, 2 kali sehari selama 3hari. Pada infeksi
ringan, mebendazol dapat diberikan dalam dosis tunggal (200 mg).

 Piperazin merupakan obat antihelmintik yang bersifat fast – acting . Dosis


piperazin adalah 75 mg/kgBB (maksimum 3,5 gram) selama 2 hari, sebelum atau
sesudahm makan pagi. Efek samping yang kadang ditemukan adalah gejala
gastrointestinal dan sakit kepala. Gejala sistem saraf pusat juga bisa
ditemukan,tetapi jarang. Piperazin tidak boleh diberikan pada penderitadengan
insufisiensi hati dan ginjal, kejang atau penyakit saraf menahun.

07/28/2020 16
PENCEGAHAN
 Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.
 Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci
terlebih dahulu dengan menggunkan sabun dan air mengalir.
 Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah
dicuci bersih dengan air mengalir.
 Mengadakan terapi massal setiap 6 bulan sekali didaerah endemik ataupun
daerah yang rawan terhadap penyakit askariasis.
 Memberi penyuluhan tentang sanitasi lingkungan.
 Melakukan usaha aktif dan preventif untuk dapat mematahkan siklus hidup
cacing misalnya memakai jamban/WC.
 Makan makanan yang dimasak saja.
 Menghindari sayuran mentah (hijau) dan selada di daerah yang menggunakan
tinja sebagai pupuk. Karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah
selama bertahun- tahun, pencegahan dan pemberantasan di daerah endemik
adalah sulit. 07/28/2020 17
KOMPLIKASI
 Alergi
 Traumatik action
 Errantic action
 Irritative action
 Masuk ke otak sehingga timbul abses-abses kecil
 Nefritis
 ke hati menyebabkan abses-abses kecil dan hepatitis

07/28/2020 18
 Komplikasi serius akibat migrasi cacing dewasa ke
pencernaan lebih atas akan menyebabkan muntah (cacing
keluar lewat mulut atau hidung) atau keluar lewat
rectum.
 obstruksi intestinal secara parsial atau komplet
 kolik biliare dan kolangitis
 pankreatitis.
 Apendisitis
 kekurangan gizi
 perforasi ulkus diusus

07/28/2020 19
PROGNOSIS
 Prognosis : baik, terutama jika tidak terdapat komplikasi dan
cepat diberikan pengobatan
 Pada umumnya askariasis mempunyai prognosis baik. Tanpa
pengobatan,penyakit dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5
tahun. Dengan pengobatan ,angka kesembuhan 70-90%.
 Prognosis sangat baik untuk pengobatan ascariasis tanpa gejala.
Dalam beberapa kasus, pengobatan kedua mungkin perlu untuk
sepenuhnya menghapus cacing.

07/28/2020 20
TERIMA KASIH

07/28/2020 21

Anda mungkin juga menyukai