By
Ananta Yandini
Rina Febriati
Yunita Sri Rahayu
Identitas pasien
Nama Pasien : Tn. A
Umur : 74 tahun
Alamat : Desa Tumang, Siak
Pekerjaan : petani
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk : 27 Juni 2018
Agama : Islam
Batuk berdahak sejak 1 tahun, dirasakan memberat 1 minggu SMRS, batuk terus menerus,
dahak kental berwarna putih, saat batuk dahaknya sekitar 1cc. Batuk berdarah disangkal
Sering sakit kepala, hilang timbul, sakitnya berdenyut-denyut, sakit berkurang jika istirahat.
F. RIWAYAT KEBIASAAN
Pasien seorang perokok aktif sejak SMP
Dalam sehari mampu mengkonsumsi rokok sebanyak 3 bungkus
1. Status generalisata
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 170/80 mmHg
Nadi : 112 kali/menit
Suhu : 36,50C
Pernafasan : 30 kali/menit
• Penatalaksanaan
• Farmakologi
O2 3-4 L
IVFD RL 20 tpm
Inj Cefotaxim 1 g 2x1
Metilprednisolon 62,5 g/12 jam
Asetil sistein 3x1
Combivent nebu 3x1
S O A P
TD:120/80mmHg
27/06/18 PPOK - IVFD RL 20tpm
HR: 102 x/menit
Sesak nafas (+) RR: 25 x/menit - Asetil Sistein 3x1
T : 36,4°C
Batuk (+) - Combiven 3x1
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Leher: P. KBG (-/-), peningkatan JVP (-/-) - Inj Metilprednisolon
Thorak: Bj 1 (+), Bj 2 (+), vesikuler (-/-),
2 x62,5 mg
rhonki (+/+),
wheezing (-/-) - Cefotaxim 2x1
Abdomen: shifting dullnes (-), BU (+)
Ekstremitas: akral hangat,
CRT <2 detik, pitting edem (lengan: -/-,
tungkai: -/-)
Laboratorium darah rutin
- Hb : 13,5 gr %
- Leukosit : 11,2 K/uL
- Trombosit: 413K/uL
- Hematokrit: 39,1%
Laboratorium kimia darah
- Glukosa : 126 mg/dl
Test Fungsi Ginjal
- Ureum: 43 mg/dl
- Kreatinin: 0,7 mg/dl
28/06/18 TD:120/80mmHg - PPOK eks akut - IVFD RL 20tpm
HR: 80x/menit
Sesak nafas (+) -Susp TB - Asetil Sistein 3x1
RR: 22x/menit
Batuk (+) T : 36,2°C - Combiven 3x1
Mata : CA (-/-), SI (-/-) - Inj Metil Prednisolon 2
Leher: P. KBG (-/-), peningkatan JVP (-/-)
x6,5
Thorak: Bj 1 (+), Bj 2 (+), vesikuler (-/-), rhonki
(-/-), - Cefotaxim 2x1
wheezing (+/+)
Abdomen: shifting dullnes (-), BU (+)
Ekstremitas: akral hangat,
CRT <2 detik, pitting edem (lengan: -/-, tungkai:
-/-)
PBJ
Pendahuluan
PPOK merupakan penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran
udara yang bersifat persisten dan progresif, serta berhubungan dengan respon
inflamasi kronis pada saluran nafas dan paru akibat pajanan partikel dan gas
yang beracun
Global Initiative For Chronic Obstructive Lung Disease,(GOLD) Pocket Guide To COPD Diagnosis,
management, and Prevention. 2018
Menjadi salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
Di Indonesia, proporsi PPOK pada usia 40-65 tahun sebesar 8,8% (1633
orang yang diperiksa).
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2014.
Tinjauan pustaka
Definisi
PPOK merupakan penyakit umum, dapat dicegah, dan dapat ditangani, yang
memiliki karakteristik gejala pernapasan yang menetap dan keterbatasan aliran
udara, dikarenakan abnormalitas saluran napas dan/atau alveolus yang biasanya
disebabkan oleh pajanan gas atau partikel berbahaya.
Pasien PPOK biasanya memperlihatka gejala dari bronkitis kronik dan emfisema
atau gabungan keduanya.
Global Initiative For Chronic Obstructive Lung Disease,(GOLD) Pocket Guide To COPD Diagnosis,
management, and Prevention. 2018 & MedScape 2018, Chronic Obstructive Pulmonary Disease
Etiologi
Pseudomonas, Chlamidia
pneumonia,
dan Mycoplasma pnemoniae
Global Initiative For Chronic Obstructive Lung Disease,(GOLD) Pocket Guide To COPD
Diagnosis, management, and Prevention. 2018
Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia. Edisi 2016
Faktor Risiko
Pajanan di
Asap Polusi udara Genetik
tempat kerja
• Klasifikasi PPOK berdasarkan hasil pengukuran FEV1 dan FVC dengan spirometri setelah
pemberian bronkodilator dibagi menjadi GOLD 1, 2, 3, dan 4.
• Pengukuran spirometri harus memenuhi :
kapasitas udara yang dikeluarkan secara paksa dari titik inspirasi maksimal (Forced Vital
Capacity (FVC)),
kapasitas udara yang dikeluarkan pada detik pertama (Forced Expiratory Volume in one
second (FEV1 )),
dan rasio kedua pengukuran tersebut (FEV1/FVC).
Klasifikasi PPOK menurut GOLD 2016
Populasi C
Populasi D
Risiko tinggi, gejala
sedikit. Risiko tinggi, gejala
banyak.
eksaserbasi pertahunnya >
2 kali, skor mMRC 0-1 dan eksaserbasi pertahunnya >
skor CAT < 10 2 kali, skor mMRC ≥ 2 dan
skor CAT > 10
Populasi B
Populasi A
Risiko rendah, gejala
Risiko rendah, gejala
banyak.
sedikit
eksaserbasi pertahunnya 0-
eksaserbasi 0-1 kali, skor
1 kali, skor mMRC ≥ 2 dan
mMRC 0-1, skor CAT <10
skor CAT > 10
Diagnosis
Faktor risiko
Pemeriksaa
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
n fisik Auskultasi
• Emfisema
• Hiperinflasi
• Hiperlusen Spirometri
• Sela iga melebar • Darah rutin
• Dafragma mendatar
• Jantung mengantung • Parameter yang dipakai
• AGDA
• Bronkitis Kronik untuk menilai beratnya • Mikrobiologi
• Normal PPOK • EKG
• Corakan Bronkovaskuler • Obstruksi ditentukan
meningkat oleh nilai VEP 1/KVP
(%) Pemeriksaan
Radiologi Lainya
Emfisema
Diagnosis PPOK dengan
spirometri, jika didapati :
• FEV1/FVC (forced
expiratoryratio) < 70%,
• Penurunan FEV1,
• obstruksi yang menetap dan
proprogresif
• serta sebagian besar irreversibel
(hanya < 12% yang bisa pulih
dengan bronkhodilatator)
Pemeriksaan spirometri adalah pengukuran volume paru statik dan dinamik menggunakan
spirometer. Pemeriksaan dilakukan dengan:
- penderita berdiri tegak atau duduk,
- kemudian menghisap udara semaksimal mungkin dan meniupkannya melalui
mouthpiece yang rapat dimasukkan ke dalam mulut sekuat-kuatnya dan
secepatcepatnya sampai semua udara keluar sebanyak-banyaknya
Terapi Tujuan
Mengurangi risiko
Mengurangi gejala
Menghilangkan gejala
Memperbaiki toleransi latihan
Memperbaiki kualitas hidup
Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia. Edisi 2016
β2Agonist - Relaksasi otot polos jalan napas
Bronkodilator (short- - Memperbaiki FEV1 dan gejala
acting dan - Formoterol dan salmeterol (LABA)
pengobatan yang berguna untuk long-acting) memperbaiki FEV1 dan volume paru, sesak
meningkatkan FEV1 atau napas, health related quality of life dan
frekuensi eksaserbasi secara signifikan
mengubah variable spirometri - tapi tidak mempunyai efek dalam penurunan
dengan cara mempengaruhi tonus mortalitas dan fungsi paru
otot polos pada jalan napas dan - ES: takikardia saat istirahat, potensi untuk
mencetuskan aritmia. Tremor somatic pada
perbaikan aliran ekspirasi pasien lansia
Diberikan secara tunggal atau
kombinasi sesuai dengan Antikolinerg - menghambat efek bronchoconstrictor
klasifikasi derajat berat penyakit. ik acetylcholine yang diekspresikan pada otot
polos saluran napas
Pemillihanbentuk obat diutamakan - Antimuscarinics short-acting (SAMA), yaitu
dalam bentuk inhalasi. ipratropium dan oxitropium
- antagonis antimuskarinik lama (LAMAs),
Terapi kombinasi lebih efektif seperti tiotropium, aclidinium, glycopyrronium
dalam memperbaiki FEV1 dan bromide dan umeclidinium
gejala. - Efek samping yang bisa timbul akibat
penggunaan antikolinergik adalah mulut kering
Diagnosis Gejala
PPOK Onset pada usia pertengahan.
Gejala progresif lambat.
Riwayat merokok yang lama.
Sesak saat aktivitas
Sebaggian besar hambatan aliran darah bersifat ireversibel
Asma Terdapat pada semua umur, lebih sering pada usia anak.
Gejala bervariasi dari hari ke hari.
Gejala pada mala/ menjelang pagi.
Dapat disertai dengan alergi. Rhinitis atau eksim.
Mempunyai riwayat keluarga dengan asma.
Sebagian besar keterbatasan aliran udara berssifat reversible.
Gagal Jantung Auskultasi, terdengar rhonki halus di bagian basal.
Kongestif Foto thoraks tampak jantung membesar, edema paru.
Uji fungsi paru menunjukkan restriksi bukan obstruksi.
Bronkiektasis Sputum produktif dan purulent.
Umumnya terkait dengan infeksi bakteri.
Auskultasi terdengar rhonki kasar.
Foto thoraks/CT-scan toraks menunjukkan pelebaran dan penebalan bronkus.
Tuberculosis Onset segala usia.
Foto toraks menunjukkan infiltrate di paru.
Konfirmasi mikrobiologi
PEMBAHASAN
Sesak nafas sejak 1 minggu SMRS, sesak nafas mulai dirasakan sejak lama. namun
memberat dalam 1 minggu ini, sesak nafas hilang timbul, saat sesak pasien sulit
untuk berbicara dan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, pasien terbangun
dari tidur saat sesak datang mendadak, sesak tidak berhubungan dengan cuaca
dingin, debu, ataupun makanan tertentu.
Batuk berdahak sejak 1 tahun, dirasakan memberat 1 SMRS, batuk terus menerus,
dahak kental berwarna putih, saat batuk dahaknya sekitar 1cc. Batuk berdarah
disangkal
Sering sakit kepala, hilang timbul, sakitnya berdenyut-denyut, sakit berkurang jika
istirahat.
Demam hilang timbul, sejak 4 hari SMRS
Badan lemas sejak 3 hari yang lalu
Nafsu makan menurun
Mual muntah ada
Berat badan menurun deratis
Pembahasan
Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia. Edisi 2016
Anamnesis
Sesak
Batuk
Teori:Untuk menegakkan diagnosis PPOK
1. Riwayat merokok atau bekas perokok dengan
Demam tanpa gejala pernapasan
2. Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna
ditempat kerja
Nafsu makan menurun
3. Terdapat predisposisi pada bayi/anak: ex
BBLR, infeksi saluran nafas berulang,
Berat badan menurun lingkungan asap rokok, populasi udara
4. Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
5. Riwayat keluarga yang menderita PPOK
Memiliki riwyat merokok 6. Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
7. Riwayat perawatan sebelumnya karena penyakit
paru
Pemeriksaan fisik 8. Penyakit komorbid seperti jantung,
Inspeksi : Penggunaan otot bantu nafas osteoporosis, muskuloskeletal dan keganasan
pelebaran sela iga 9. Keterbatasan aktivitas, kondisi seperti depresi
dan ansietas serta gangguan aktivitas seksual
Palpasi : Fremitus melemah
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ronkhi
Kesimpulan