Anda di halaman 1dari 42

Case Report

By
Ananta Yandini
Rina Febriati
Yunita Sri Rahayu

PPOK (Penyakit Paru Obstruksi


Kronik)
Ilustrasi Kasus

Identitas pasien
Nama Pasien : Tn. A
Umur : 74 tahun
Alamat : Desa Tumang, Siak
Pekerjaan : petani
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk : 27 Juni 2018
Agama : Islam

Anamnesis : Autoanamnesis dan alloanamnesis


Keluhan utama
Sesak nafas sejak 1 minggu SMRS 
 Sesak nafas sejak 1 minggu SMRS, sesak nafas mulai dirasakan sejak lama. namun memberat
dalam 1 minggu ini, sesak nafas dirasakan hilang timbul, dan memberat saat beraktivitas, saat
sesak pasien sulit untuk berbicara dan sulit melakukan aktivitas sehari-hari, pasien terbangun
dari tidur saat sesak datang mendadak, sesak tidak berhubungan dengan cuaca dingin, debu,
ataupun makanan tertentu

 Batuk berdahak sejak 1 tahun, dirasakan memberat 1 minggu SMRS, batuk terus menerus,
dahak kental berwarna putih, saat batuk dahaknya sekitar 1cc. Batuk berdarah disangkal

 Sering sakit kepala, hilang timbul, sakitnya berdenyut-denyut, sakit berkurang jika istirahat.

Demam hilang timbul, sejak 4 hari SMRS


Badan lemas sejak 3 hari yang lalu
Nafsu makan menurun
Mual muntah ada
Berat badan menurun deratis
Keringat malam tidak ada
Nyeri menelan tidak ada
Buang air kecil normal
Buang air besar normal
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
 Riwayat hipertensi sejak muda, tidak terkontrol, paling tinggi
180/100
 Pasien sudah pernah dirawat 06/10/17 di RSUD Siak dengan
Dipsneu ec PPOK dg Susp TB
 Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak ada
 Riwayat penyakit jantung tidak ada
 Riwayat penyakit asma tidak ada
 Riwayat penyakit batuk lama ada, Sejak 1 tahun yll

E.RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


 Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak ada
 Riwayat hipertensi tidak ada
 Riwayat penyakit jantung tidak ada
 Riwayat penyakit TB paru tidak ada
 Riwayat penyakit asma tidak ada
 Riwayat penyakit maag tidak ada

F. RIWAYAT KEBIASAAN
 Pasien seorang perokok aktif sejak SMP
 Dalam sehari mampu mengkonsumsi rokok sebanyak 3 bungkus
1. Status generalisata
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 170/80 mmHg
Nadi : 112 kali/menit
Suhu : 36,50C
Pernafasan : 30 kali/menit

2. Kepala dan leher


Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sclera ikterik (-), Pupil bulat isokor
Hidung : Tidak ada deviasi septum nasi
Mulut : Mulut tidak sianosis dan bibir tidak kering
Telinga : Tidak ada nyeri tekan
Leher : Tidak ada nyeri,Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, Tidak

ada spasme otot, JVP (5-2 cm H2O)


• Thorax
• Paru
Anterior dan posterior
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kanan dan kiri
simetris, tampak penggunaan otot bantu nafas,
Palpasi : Fremitus lemah, tidak ada benjolan.
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru.
Auskultasi : Rhonkhi (+/+), Wheezing (-/-)
Sela Iga lebih lebar

Diafragma lebih mendatar


• Diagnosa kerja
PPOK Eks Akut

• Penatalaksanaan
• Farmakologi
O2 3-4 L
IVFD RL 20 tpm
Inj Cefotaxim 1 g 2x1
Metilprednisolon 62,5 g/12 jam
Asetil sistein 3x1
Combivent nebu 3x1
S O A P
TD:120/80mmHg
27/06/18 PPOK - IVFD RL 20tpm
HR: 102 x/menit
Sesak nafas (+) RR: 25 x/menit - Asetil Sistein 3x1
T : 36,4°C
Batuk (+) - Combiven 3x1
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Leher: P. KBG (-/-), peningkatan JVP (-/-) - Inj Metilprednisolon
Thorak: Bj 1 (+), Bj 2 (+), vesikuler (-/-),
2 x62,5 mg
rhonki (+/+),
wheezing (-/-) - Cefotaxim 2x1 
Abdomen: shifting dullnes (-), BU (+)
 
Ekstremitas: akral hangat,
CRT <2 detik, pitting edem (lengan: -/-,
tungkai: -/-)
 Laboratorium darah rutin
- Hb : 13,5 gr %
- Leukosit : 11,2 K/uL
- Trombosit: 413K/uL
- Hematokrit: 39,1%
 Laboratorium kimia darah
- Glukosa : 126 mg/dl
 Test Fungsi Ginjal
- Ureum: 43 mg/dl
- Kreatinin: 0,7 mg/dl
28/06/18 TD:120/80mmHg - PPOK eks akut - IVFD RL 20tpm
HR: 80x/menit
Sesak nafas (+) -Susp TB - Asetil Sistein 3x1
RR: 22x/menit
Batuk (+) T : 36,2°C - Combiven 3x1
Mata : CA (-/-), SI (-/-) - Inj Metil Prednisolon 2
Leher: P. KBG (-/-), peningkatan JVP (-/-)
x6,5
Thorak: Bj 1 (+), Bj 2 (+), vesikuler (-/-), rhonki
(-/-), - Cefotaxim 2x1 
wheezing (+/+)
Abdomen: shifting dullnes (-), BU (+)
Ekstremitas: akral hangat,
CRT <2 detik, pitting edem (lengan: -/-, tungkai:
-/-)

29/06/18 TD:120/80mmHg -PPOK Eks Akut - IVFD RL 20tpm


HR: 80x/menit
Sesak nafas (+) RR: 24x/menit -Susp TB - Asetil Sistein 3x1
Batuk (+) T : 36,5C - Combiven 3x1
Mata : CA (-/-), SI (-/-) - Oral Metil Prednisolon
Leher: P. KBG (-/-), peningkatan JVP (-/-)
2 x4 g
Thorak: Bj 1 (+), Bj 2 (+), vesikuler (+/+),
rhonki (-/-), - Cefotaxim 2x1 
wheezing (-/-)  
Abdomen: shifting dullnes (-), BU (+)
Ekstremitas: akral hangat,
CRT <2 detik, pitting edem (lengan: -/-,
tungkai: -/-)
TCM : MTB Not Detected
30/06/18 TD:120/80mmHg -PPOK Eks akut - IVFD RL 20tpm
HR: 80x/menit
Sesak nafas (+) berkurang -Susp TB - Asetil Sistein 3x1
RR: 25x/menit
Batuk (+) T : 36,5°C - Combiven 3x1
Mata : CA (-/-), SI (-/-) - Metil Prednisolon 2 x 4g
Leher: P. KBG (-/-), peningkatan JVP (-/-)
- Cefotaxim 2x1 
Thorak: Bj 1 (+), Bj 2 (+), vesikuler (++), rhonki
(-/-),  
wheezing (+/+)
Abdomen: shifting dullnes (-), BU (+)
Ekstremitas: akral hangat,
CRT <2 detik, pitting edem (lengan: -/-, tungkai:
-/-)
TCM : MTB Not Detected

01/07/18 TD:110/80mmHg -PPOK Eks Akut IVFD RL 20tpm


HR: 82x/menit
Sesak nafas (+) berkurang RR: 23x/menit -Susp TB - Asetil Sistein 3x1
Batuk (+) T : 36,5C - Combiven 3x1
Mata : CA (-/-), SI (-/-) - Metil Prednisolon 2 x 4g
Leher: P. KBG (-/-), peningkatan JVP (-/-)
- Cefotaxim 2x1 
Thorak: Bj 1 (+), Bj 2 (+), vesikuler (+/+), rhonki
(-/-),  
wheezing (+/+)
Abdomen: shifting dullnes (-), BU (+)
Ekstremitas: akral hangat,
CRT <2 detik, pitting edem (lengan: -/-, tungkai: -/-)
TCM : MTB Not Detected
02/07/18 TD:120/70mmHg -PPOK Eks - PBJ
HR: 76x/menit
Sesak nafas (+) RR: 24x/menit Akut - Berotec inhaler
berkurang T : 36,7C -Susp TB - Nebulizer Asetil
Batuk (+) Mata : CA (-/-), SI (-/-) Sistein 3x1
Leher: P. KBG (-/-), peningkatan JVP - Metil Prednisolon
(-/-)
2x4 g
Thorak: Bj 1 (+), Bj 2 (+), vesikuler (+/
+), rhonki (-/-), - Cefadroxil 2x500
wheezing (+/+)  
Abdomen: shifting dullnes (-), BU (+)
Ekstremitas: akral hangat,
CRT <2 detik, pitting edem (lengan:
-/-, tungkai: -/-)

TCM : MTB Not Detected

PBJ
Pendahuluan

PPOK merupakan penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran
udara yang bersifat persisten dan progresif, serta berhubungan dengan respon
inflamasi kronis pada saluran nafas dan paru akibat pajanan partikel dan gas
yang beracun

PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik) merupakan penyebab kematian


keempat di dunia → Diperkirakan akan menjadi urutan ketiga pada tahun
2020

Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 115.000 kematian pada tahun 2000

Global Initiative For Chronic Obstructive Lung Disease,(GOLD) Pocket Guide To COPD Diagnosis,
management, and Prevention. 2018
Menjadi salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%),


diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%)

Di Indonesia, proporsi PPOK pada usia 40-65 tahun sebesar 8,8% (1633
orang yang diperiksa).

Prevalensi PPOK di Indonesia yang berdasarkan wawancara pada masyarakat


usia 30 tahun ke atas sebesar 3,7%, tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara
Timur (10%) dan terendah di Provinsi Lampung (1,4%)

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2014.
Tinjauan pustaka

Definisi

PPOK merupakan penyakit umum, dapat dicegah, dan dapat ditangani, yang
memiliki karakteristik gejala pernapasan yang menetap dan keterbatasan aliran
udara, dikarenakan abnormalitas saluran napas dan/atau alveolus yang biasanya
disebabkan oleh pajanan gas atau partikel berbahaya.

Pasien PPOK biasanya memperlihatka gejala dari bronkitis kronik dan emfisema
atau gabungan keduanya.

Global Initiative For Chronic Obstructive Lung Disease,(GOLD) Pocket Guide To COPD Diagnosis,
management, and Prevention. 2018 & MedScape 2018, Chronic Obstructive Pulmonary Disease
Etiologi

Infeksi (virus,bakteri), pajanan dengan


polutan, penghentian pengobatan,
bronkospasme, dan perubahan diet.

Pseudomonas, Chlamidia
pneumonia,
dan Mycoplasma pnemoniae

Global Initiative For Chronic Obstructive Lung Disease,(GOLD) Pocket Guide To COPD
Diagnosis, management, and Prevention. 2018
Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia. Edisi 2016

Faktor Risiko

Pajanan di
Asap Polusi udara Genetik
tempat kerja

Asma atau hiper


Usia dan Jenis Infeksi paru Tumbuh
reaktivitas
kelamin berulang kembang paru
bronkus

Sosioekonomi Bronkitis kronik


Klasifikasi

• Klasifikasi PPOK berdasarkan hasil pengukuran FEV1 dan FVC dengan spirometri setelah
pemberian bronkodilator dibagi menjadi GOLD 1, 2, 3, dan 4.
• Pengukuran spirometri harus memenuhi :
 kapasitas udara yang dikeluarkan secara paksa dari titik inspirasi maksimal (Forced Vital
Capacity (FVC)),
 kapasitas udara yang dikeluarkan pada detik pertama (Forced Expiratory Volume in one
second (FEV1 )),
 dan rasio kedua pengukuran tersebut (FEV1/FVC).
Klasifikasi PPOK menurut GOLD 2016
Populasi C
Populasi D
Risiko tinggi, gejala
sedikit. Risiko tinggi, gejala
banyak.
eksaserbasi pertahunnya >
2 kali, skor mMRC 0-1 dan eksaserbasi pertahunnya >
skor CAT < 10 2 kali, skor mMRC ≥ 2 dan
skor CAT > 10

Populasi B
Populasi A
Risiko rendah, gejala
Risiko rendah, gejala
banyak.
sedikit
eksaserbasi pertahunnya 0-
eksaserbasi 0-1 kali, skor
1 kali, skor mMRC ≥ 2 dan
mMRC 0-1, skor CAT <10
skor CAT > 10
Diagnosis

 Faktor risiko

Anamnesis  Sesak yang prgresif


 Batuk kronik
 Batuk kronik berdahak
 RPK (+)

Pemeriksaa 


Inspeksi
Palpasi
Perkusi

n fisik  Auskultasi

Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruksi Kronik.


Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Edisi 2016
Pemeriksaan
penunjang

• Emfisema
• Hiperinflasi
• Hiperlusen Spirometri
• Sela iga melebar • Darah rutin
• Dafragma mendatar
• Jantung mengantung • Parameter yang dipakai
• AGDA
• Bronkitis Kronik untuk menilai beratnya • Mikrobiologi
• Normal PPOK • EKG
• Corakan Bronkovaskuler • Obstruksi ditentukan
meningkat oleh nilai VEP 1/KVP
(%) Pemeriksaan
Radiologi Lainya

Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Perhimpunan Dokter


Paru Indonesia. Edisi 2016
Bronkitis

Emfisema
Diagnosis PPOK dengan
spirometri, jika didapati :
• FEV1/FVC (forced
expiratoryratio) < 70%,
• Penurunan FEV1,
• obstruksi yang menetap dan
proprogresif
• serta sebagian besar irreversibel
(hanya < 12% yang bisa pulih
dengan bronkhodilatator)

Pemeriksaan spirometri adalah pengukuran volume paru statik dan dinamik menggunakan
spirometer. Pemeriksaan dilakukan dengan:
- penderita berdiri tegak atau duduk,
- kemudian menghisap udara semaksimal mungkin dan meniupkannya melalui
mouthpiece yang rapat dimasukkan ke dalam mulut sekuat-kuatnya dan
secepatcepatnya sampai semua udara keluar sebanyak-banyaknya
Terapi Tujuan

Mengurangi risiko

 Mencegah progresifitas penyakit


 Mencegah dan mengobati eksaserbasi
 Mengurangi kematian

Mengurangi gejala

 Menghilangkan gejala
 Memperbaiki toleransi latihan
 Memperbaiki kualitas hidup

Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia. Edisi 2016
β2Agonist - Relaksasi otot polos jalan napas
Bronkodilator (short- - Memperbaiki FEV1 dan gejala
acting dan - Formoterol dan salmeterol (LABA) 
pengobatan yang berguna untuk long-acting) memperbaiki FEV1 dan volume paru, sesak
meningkatkan FEV1 atau napas, health related quality of life dan
frekuensi eksaserbasi secara signifikan
mengubah variable spirometri - tapi tidak mempunyai efek dalam penurunan
dengan cara mempengaruhi tonus mortalitas dan fungsi paru
otot polos pada jalan napas dan - ES: takikardia saat istirahat, potensi untuk
mencetuskan aritmia. Tremor somatic pada
perbaikan aliran ekspirasi pasien lansia
Diberikan secara tunggal atau
kombinasi sesuai dengan Antikolinerg - menghambat efek bronchoconstrictor
klasifikasi derajat berat penyakit. ik acetylcholine yang diekspresikan pada otot
polos saluran napas
Pemillihanbentuk obat diutamakan - Antimuscarinics short-acting (SAMA), yaitu
dalam bentuk inhalasi. ipratropium dan oxitropium
- antagonis antimuskarinik lama (LAMAs),
Terapi kombinasi lebih efektif seperti tiotropium, aclidinium, glycopyrronium
dalam memperbaiki FEV1 dan bromide dan umeclidinium
gejala. - Efek samping yang bisa timbul akibat
penggunaan antikolinergik adalah mulut kering

Methylxanth - Obat ini dilaporkan berperan dalam perubahan


ine otot-otot inspiras
- EX: teofilin, aminofilin
Kortikosteroid - ICS dikombinasikan dengan LABA (salmeterol, formoterol)
inhalasi (ICS) lebih efektif dalam memperbaiki fungsi paru-paru
- ES., suara serak, kulit yang memar dan pneumonia.

Antibiotik - Penggunaan antibiotik macrolide secara teratur dapat


mengurangi tingkat eksaserbasi.
- Macrolida: azitromisin, eritromisin, claritromisin, dll.

Mucolytic - Pada pasien COPD yang tidak menerima kortikosteroid inhalasi,


perawatan rutin dengan mucolytics seperti carbocysteine ​dan N-
acetylcysteine ​dapat mengurangi eksaserbasi dan dengan
sederhana memperbaiki status kesehatan

Anti-inflamasi Bila terjadi eksaserbasi akut


Ex : metilprednisolon, prednison

PDE4I Diberikan pd kelompok C/D yang telah mendapat inhalasi


Phospodiesterase-4 kortikosteroid
inhibitor (Roflumilast)
Eksaserbasi ringan-sedang Eksaserbasi sedang-berat
Lini pertama Sefalosporin
- Doksisiklin 100mg 2x/hari - Ceftriakson 1-2 g IV/hari
- Kotrimoksasol 2x1tab/hari - Cefotaksim 1g tiap 8-12 jam
- Ceftazidime 1-2 g IV tiap 8-12 jam

Amoksisklin-klavulanat Penicilin antipseudomonal


- 125mg tab 3x sehari Piperasillin-tazobaktam 3,375 gIV/6jam
Ticarcilinclavulanat 3,1 g IV/6jam
Makrolide Fluoroquinolones
- Klarithromisin 500mg 2x/hari - Levofloksasin 500mg IV/hari
- Azitrommisin 500 mg pertama, - Gatifloksasin 400mg IV/hari
selanjutnya 250mg/hari
Fluoroquinolone Amiglosida
- Levofloksasin 500mg/hari - Tobramisin 1mg/kgbb/8-12 jam
- Gatifloksasin 400mg/hari
- Moksifloksasin 400mg/hari
Indikasi rawat inap pada
Indikasi rawat ICU :
PPOK

 Sesak berat setelah penanganan


adekuat di ruang gawat darurat
 Eksaserbasi sedang dan berat atau ruang rawat.
 Terdapat komplikasi  Kesadaran menurun, letargi, atau
 Infeksi saluran napas berat kelemahan otot-otot respirasi
 Gagal napas akut pada gagal  Setelah pemberian oksigen tetapi
napas kronik terjadi hipoksemia atau
 Gagal jantung kanan perburukan PaO2 < 50 mmHg
memerlukan ventilasi mekanik
(invasif atau non invasif)
Diagnosis Banding

Diagnosis Gejala
PPOK Onset pada usia pertengahan.
Gejala progresif lambat.
Riwayat merokok yang lama.
Sesak saat aktivitas
Sebaggian besar hambatan aliran darah bersifat ireversibel
Asma Terdapat pada semua umur, lebih sering pada usia anak.
Gejala bervariasi dari hari ke hari.
Gejala pada mala/ menjelang pagi.
Dapat disertai dengan alergi. Rhinitis atau eksim.
Mempunyai riwayat keluarga dengan asma.
Sebagian besar keterbatasan aliran udara berssifat reversible.
Gagal Jantung Auskultasi, terdengar rhonki halus di bagian basal.
Kongestif Foto thoraks tampak jantung membesar, edema paru.
Uji fungsi paru menunjukkan restriksi bukan obstruksi.
Bronkiektasis Sputum produktif dan purulent.
Umumnya terkait dengan infeksi bakteri.
Auskultasi terdengar rhonki kasar.
Foto thoraks/CT-scan toraks menunjukkan pelebaran dan penebalan bronkus.
Tuberculosis Onset segala usia.
Foto toraks menunjukkan infiltrate di paru.
Konfirmasi mikrobiologi
PEMBAHASAN

 Sesak nafas sejak 1 minggu SMRS, sesak nafas mulai dirasakan sejak lama. namun
memberat dalam 1 minggu ini, sesak nafas hilang timbul, saat sesak pasien sulit
untuk berbicara dan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, pasien terbangun
dari tidur saat sesak datang mendadak, sesak tidak berhubungan dengan cuaca
dingin, debu, ataupun makanan tertentu.
 Batuk berdahak sejak 1 tahun, dirasakan memberat 1 SMRS, batuk terus menerus,
dahak kental berwarna putih, saat batuk dahaknya sekitar 1cc. Batuk berdarah
disangkal
 Sering sakit kepala, hilang timbul, sakitnya berdenyut-denyut, sakit berkurang jika
istirahat.
 Demam hilang timbul, sejak 4 hari SMRS
 Badan lemas sejak 3 hari yang lalu
 Nafsu makan menurun
 Mual muntah ada
 Berat badan menurun deratis
Pembahasan
Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia. Edisi 2016
Anamnesis
Sesak

Batuk
Teori:Untuk menegakkan diagnosis PPOK
1. Riwayat merokok atau bekas perokok dengan
Demam tanpa gejala pernapasan
2. Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna
ditempat kerja
Nafsu makan menurun
3. Terdapat predisposisi pada bayi/anak: ex
BBLR, infeksi saluran nafas berulang,
Berat badan menurun lingkungan asap rokok, populasi udara
4. Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
5. Riwayat keluarga yang menderita PPOK
Memiliki riwyat merokok 6. Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
7. Riwayat perawatan sebelumnya karena penyakit
paru
Pemeriksaan fisik 8. Penyakit komorbid seperti jantung,
Inspeksi : Penggunaan otot bantu nafas osteoporosis, muskuloskeletal dan keganasan
pelebaran sela iga 9. Keterbatasan aktivitas, kondisi seperti depresi
dan ansietas serta gangguan aktivitas seksual
Palpasi : Fremitus melemah
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ronkhi
Kesimpulan

PPOK merupakan penyakit paru kronik yang ditandai dengan


hambatan aliran udara yang bersifat persisten dan progresif, serta
berhubungan dengan respon inflamasi kronis pada saluran nafas
dan paru akibat pajanan partikel dan gas yang beracun. Akibat dari
Asap, popuasi udara, usia dan jenis kelamin, sosial ekonomi,
infeksi paru berulang. Gejala yang timbul batuk , sesak .
Prognosis penyakit ini bervariasi. Bila pasien tidak berhenti
merokok, penurunan fungsi paru akan lebih cepat. Terapi oksigen
jangka panjang merupakan satu-satunya terapi yang terbukti
memperbaiki harapan hidup.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai