Anda di halaman 1dari 40

IMUNISASI

Oleh
Ina Zulhana Wangsaputri WD, S.Ked

Pembimbing
dr. Jeni Arni Harli Tombili

Kepanitraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran keluarga
Puskesmas Poasia
Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo
2019
pendahuluan

Imunisasi adalah suatu upaya untuk


menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga apabila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.
MANFAAT
1. Imunisasi dapat menyelamatkan kehidupan anak.
Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan kematian pada
anak telah dapat dihilangkan oleh adanya vaksin yang aman
dan efektif.
2. Imunisasi dapat menghemat waktu dan menghemat
uang. Vaksin dapat mencegah beberapa penyakit yang
dapat menyita waktu untuk bekerja dan bertambahnya biaya
medis atau perawatan
3. Imunisasi dapat melindungi generasi berikutnya.
Vaksin telah menurunkan angka kesakitan yang dapat
mengakibatkan kecacatan dan kematian
PD3I
PD3I
PD3I
PD3I
PD3I
PD3I
Hepatitis B
• Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada hati.
Penyebabnya bermacam-macam, salah satunya adalah
virus hepatitis B. Vaksin hepatitis mengandung 30-40
mikrogram protein HbsAg (antigen virus hepatitis)

• Pemberian dan dosis: 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, IM,


sebaiknya di anterolateral paha

• KIPI: Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan


pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi
yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2
hari. Kadang-kadang dapat timbul demam ringan untuk
1-2 hari
Polio
• Poliomielitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
polio menyerang susunan saraf pusat kelumpuhan

• Vaksin  saluran pencernaan  darah  memicu pembentukan


antibodi sirkulasi maupun antibodi lokal di epitel usus

• Pemberian dan dosis: IM atau subkutan, 0,5 ml.

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi:


• Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan,
indurasi, dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah
penyuntikan dan bisa bertahan selama satu atau dua hari.5 Efek
samping yang ditakutkan ialah vaccine associated polio
paralytic (VAPP).
BCG (Bacille Calmette-Guerin)
• BCG adalah vaksin galur Mycobacterium bovis yang
dilemahkan, sehingga didapat basil yang tidak virulen
tetapi masih mempunyai imunogenitas.
• pemberian dan dosis: 0,05 ml,1 kali. Intrakutan, lengan
kanan atas (insertio musculus deltoideus)
• KIPI: 2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas
suntikan timbul bisul kecil (papula) yang semakin
membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2–4
bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan
menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2–10
mm
Vaksin DTP (Difteri, Tetanus, Pertussis)
Vaksin DTP
• DTwP (Difteri Tetanus whole cell Pertusis) mengandung
suspensi kuman B. pertusis yang telah mati

• DtaP (Difteri Tetanus acellular Pertusis) tidak


mengandung seluruh komponen kuman B. pertusis,
beberapa komponen yang berguna dalam patogenesis
dan memicu pembentukan antibodi.

• Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi DTP : reaksi lokal


kemerahan, bengkak, nyeri pada tempat injeksi ataupun
demam. Serius  ensefalopati akut atau reaksi
anafilaksis
Vaksin Campak
• Penyakit ini menular lewat udara melalui sistem
pernapasan dan biasanya virus tersebut akan
berkembang biak pada sel-sel di bagian belakang
kerongkongan maupun pada sel di paru-paru

• Cara pemberian dan dosis: 0,5 ml disuntikkan


secara subkutan pada lengan kiri atas atau
anterolateral paha, pada usia 9–11 bulan

• KIPI: Hingga 15% pasien dapat mengalami demam


ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat
terjadi 8–12 hari setelah vaksinasi.
Haemophylus Influenza B (HiB)
Dua tipe vaksin HiB
• Polyribisyritol phosphate (PRP) yang merupakan bagian dari kapsul
bakteri H. Influenzae tipe B dan dikonjugasikan  protein memberan
Neisseia meningitidis (PRP-OMP) /protein tetanus (PRP-T)
• Vaksin HiB diberikan untuk mencegah meningitis dan pneumonia
yang disebabkan oleh H. Influenza tipe B.
• Cara pemberian : IM, 2 suntikan dengan interval 2 bulan
• Kontraindikasi : reaksi anafilaksis pada vaksin, reaksi anafilaksis pada
konstituen vaksin, sakit sedang atau berat, dengan atau tanpa demam.
• KIPI : rasa sakit, kemerahan, dan pembengkakan pada tempat
suntikan • kadang-kadang, benjolan pada tempat suntikan (bintil)
yang berlangsung beberapa minggu-perawatan tidak diperlukan •
suhu-badan derajat rendah (demam) • kehilangan nafsu makan •
gelisah, mengantuk,
Pneumokokus
Dua tipe vaksin HiB
• Polyribisyritol phosphate (PRP) yang merupakan bagian dari kapsul
bakteri H. Influenzae tipe B dan dikonjugasikan  protein memberan
Neisseia meningitidis (PRP-OMP) /protein tetanus (PRP-T)
• Vaksin HiB diberikan untuk mencegah meningitis dan pneumonia
yang disebabkan oleh H. Influenza tipe B.
• Cara pemberian : IM, 2 suntikan dengan interval 2 bulan
• Kontraindikasi : reaksi anafilaksis pada vaksin, reaksi anafilaksis pada
konstituen vaksin, sakit sedang atau berat, dengan atau tanpa demam.
• KIPI : rasa sakit, kemerahan, dan pembengkakan pada tempat
suntikan • kadang-kadang, benjolan pada tempat suntikan (bintil)
yang berlangsung beberapa minggu-perawatan tidak diperlukan •
suhu-badan derajat rendah (demam) • kehilangan nafsu makan •
gelisah, mengantuk,
Rotavirus
• Rotavirus merupakan virus penyebab gastroenteritis
dengan manifestasi klinis berupa diare, demam ringan, dan
muntah-muntah

• Tiga jenis vaksin tersedia yakni : Vaksin monovalen, Vaksin


tetravalen, Vaksin pentavalen.

• Diperlukan perhatian khusus pada bayi-bayi yang


hipersensitif terhadap vaksin, imunodefisiensi, dan yang
mendapat terapi aspirin. KIPI berupa demam, feses
berdarah, muntah, diare, nyeri perut, gastroenteritis, atau
dehidrasi. Intususepsi terjadi pada 0,5-4,3 kasus/1000
kelahiran
Influenza
• Adanya fenomena antigenic drift dan antigenic
shift menyebabkan WHO secara rutin melakukan
pengkajian terhadap strain virus yang akan
bersirkulasi di musim yang akan datang
• Cara pemberian : IM atau subkutan.
• Kontraindikasi : reaksi anafilaksis pada vaksin
sebelumnya, alergi telur, sedang menderita
demam akut berat, memiliki riwayat sindrom
guillain barre.
• KIPI : nyeri, bengkak, demam, dan eritema, nyeri
otot, nyeri sendi.
Varisella
• Penyakit ini ditularkan melalui droplet. Komplikasi
dapat terjadi seperti infeksi sekunder (streptokokus)
serebelitis, meningitis aseptik, trombositopenia, dan
penumonia. Vaksin yang digunakan adalah vaksin
varicella –zooster hidup

• Cara pemberian : subkutan,


• Dosis : 0,5 ml
• Kontraindikasi : demam tinggi, limfosit <1200
sel/mcl, defisiensi imun selualar, penerima
kortikosteroid dosis tinggi, alergi neomisin.
• KIPI : demam, ruam vesikopapular ringan
MMR (Measles, Mumps, Rubella)
• Gondongan merupakan penyakit yang diakibatkan oleh virus dari family
paramyxovirus.Virus ini terutama menyerang kelenjar getah bening dan
jaringan saraf. Rubella merupakan infeksi akut ringan yang disebabkan oleh
virus rubella yang termasuk ke dalam famili Togavirus.Penyebaran rubella
melalui udara dan droplet.

• Cara pemberian: subkutan


• Dosis: 0,5 mL

• Kontraindikasi: keganasan atau ggn imunitas, mendapatkan terapi


imunosupresi, alergi berat terhadap gelatin atau neomisisn, dalam terapi
steroid dosis tinggi (2mg/kgBB), mendapatkan vaksin hidup lainnya dalam 4
minggu, dalam waktu 3 bulan pasca pemberian imunoglobulin atau transfusi
darah (whole blood) , HIV.

• KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): malaise, demam, ruam, kejang


demam, ensefalitis, meningioensefalitis, trombositopenia
Tifoid
• Vaksin oral dibuat dari galur Salmonella typhii non-patogen yang telah
dilemahkan.Vaksin parenteral dibuat dari polisakarida dan kuman
salmonella typhii, sementara bahan lainnya termasuk fenol dan larutan
bufer yang mengandung natrium klorida, disodium fosfat, monosodium
fosfat dan pelarut

Cara pemberian:
• Parenteral: 0,5 mL, suntikan intramuskuler atau subkutan pada daerah
deltoid atau paha.

• Kontraindikasi: alergi terhadap bahan vaksin, demam, penyakit akut atau


kronis progresif.

• KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): demam, nyeri kepala, pusing,


nyeri sendi, nyeri otot, nausea, nyeri perut jarang dijumpai. Sangat jarang
bisa terjadi reaksi alergi berupa pruritus, ruam kulit dan urtikaria.
Hepatitis A
• Vaksin hepatits A mengandung virus yang tidak aktif
(mati). Imunisasi aktif dengan vaksin mati memberikan
imunitas yang sangat baik

• Cara Pemberian : Intramuskular


• Dosis : 720U diberikan dua kali dengan interval 6 bulan,
intramuskular di daerah deltoid

KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): bengkak,


kemerahan, atau radang di lokasi suntikan, nyeri kepala,
penurunan nafsu makan, rasa lelah dapat berlangsung 1-
2 hari, reaksi alergi berat dapat berlangsung beberapa
menit sampai beberapa jam setelah suntikan
HPV
• Human Papillomavirus (HPV) adalah infeksi yang sangat umum dan
ditularkan melalui kontak seksual. Vaksin HPV paling efektif apabila diberikan
pada perempuan sebelum mereka mulai aktivitas seksual dan risiko eksposur
terhadap HPV. Maka disarankan kepada pasangan yang akan menikah untuk
melakukan serangkaian imunisasi HPV untuk mencegah kanker serviks.
Selanjutnya imunisasi ini diberikan pada saat trimester pertama kehamilan
• Cara pemberian : Intramuskular

• Dosis : 0,5 mL diberikan secara intramuskular pada daerah deltoid.


KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) :
• Efek samping lokal vaksin HPV bivalen dan kuadrivalen adalah nyeri, reaksi
kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan.
• Efek samping sistemik vaksin HPV bivalen dan kuadrivalen adalah demam,
nyeri kepaladan mual
Dengue
• Vaksin Dengue (Dengvaxia) diberikan kepada anak dan
remaja berumur 9 sampai 16 tahun yang tinggal di daerah
endemis. Dengvaxia mengandung virus dengue serotipe
1,2,3, dan 4 yang telah dilemahkan

• Cara pemberian: injeksi subkutan, Dosis : 0,5 ml


• Kontraindikasi: anak usia di bawah 9 tahun, alergi
terhadap bahan vaksin, demam ringan sampai tinggi,
infeksi HIV, mendapat pengobatan kortikosteroid dosis
tinggi atau kemoterapi

• KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): reaksi alergi,


merah dan bengkak pada bekas suntikan, sakit kepala,
demam, myalgia, malaise
JAPANESE ENSEPHALITIS
• Japanese encephalitis merupakan penyakit akut yang ditularkan
melalui nyamuk terinfeksi. Virus Japanese encephalitis termasuk
family Flavivirus. Penyakit ini pertama dikenal pada tahun 1871 di
Jepang; diketahui menginfeksi sekitar 6000 orang pada tahun
1924, kemudian terjadi KLB besar pada tahun 1935; hampir setiap
tahun terjadi KLB dari tahun 1946-1950.
• Cara pemberian: injeksi subkutan
• Dosis: 0,5 ml, 1 ml.
• Kontraindikasi: sedang mengalami demam tinggi, reaksi alergi
yang cukup parah
• KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi): rasa sakit, kemerahan
atau bengkak didekat tempat suntikan, demam, sakit kepala, nyeri
otot.
Setiap tahun lebih dari 1,4 jt
anak di dunia meninggal karena
berbagai penyakit yang
sebenernya bisa di cegah dengan
imunisasi

Program imunisasi dasar lengkap


menurut PERMENKES No. 42 tahun
2013 wajib di berikan pada bayi
sebelum berusia 1 th yg terdiri dari
BCG, DPT-HB-HIB, polio dan campak
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan
imunisasi

IBU

• Usia ibu, tingkat pengetahuan ibu


• status pekerjaan ibu

Petugas

• sikap petugas, lokasi imunisasi, kehadiran petugas

Keluarga

• tingkat pendapatan keluarga perbulan, kepercayaan terhadap


dampak buruk pemberian imunisasi, tradisi keluarga, tingkat
pengetahuan keluarga, dukungan keluarga
Data Cakupan Imunisasi 2017
Indonesia
Profil kesehatan indonesia 2017

Data dalam profil


91,1% kesehatan indonesia
cakupan imunisasi
dasar lengkap itu
berjumlah 91,1%

Sulawesi Tenggara
Profil kesehatan SULTRA 2017

Data cakupan Imunisasi


Sulawesi Tenggara
81,1%
belum mencapai target
rencana strategis
(Renstra) sebesar 92%

Kendari Puskesmas Poasia


Profil Kesehatan SULTRA 21017 PWS Imunisasi PKM Poasia 2018
kota kendari telah
mencapai target, namun 95%
98,6 angka ini belum merata di
Target cakupan Imunisasi
& tahun 2015-2019
% semua kabupaten atau 93% • Hb0, BCG, Polio1, DPT-
kota. Fakta di lapangan
Hb-Hib1 & polio : 95%
menunjukan bahwa masih
• Polio, DPT-Hb-Hib3,
ada kelompok di masyarak
Polio4 dan Campak : 93%
yg belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan
Masalah di lapangan pada Imunisasi

Cakupan
Tingkat
Pengetahuan Ibu
Imunisasi yang
Rendah
Saran
1. ↑ pengetahuan ibu tentang imunisasi
2. Bekerja sama dengan sektor lain untuk
meningkatkan pengetahuan ibu dan ayah ttg
imunisasi
3. Melaksanakan mother class di posyandu oleh
kader
4. Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat
dan kader kesehatan
5. Melakukan pelatihan atau memberikan informasi
ttg imunisasi kepada kader kesehatan.
• Data dalam profil kesehatan indonesia cakupan
imunisasi dasar lengkap itu berjumlah 91,1%
dan sulawesi tenggara 81,8% pada tahun 2017,
belum mencapai targer rencana strategis
(Renstra ) th 2017 sbesar 92%
• Sedangkan kota kendari telah mencapai target
yaitu 98,6% , namun angka ini belum merata di
semua kabupaten atau kota. Fakta di lapangan
menunjukan bahwa masih ada kelompok di
masyarak yg belum terjangkau oleh pelayanan
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai