Anda di halaman 1dari 20

Kredit Pajak

Faisal Ahmad Chotib


Pasal 20 ayat (1) UU PPh
(1) Pajak yang diperkirakan akan terutang dalam suatu tahun pajak, dilunasi oleh Wajib
Pajak dalam tahun pajak berjalan melalui pemotongan dan pemungutan pajak oleh
pihak lain, serta pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri

(2) Pelunasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk setiap bulan atau
masa lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
(3) Pelunasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan angsuran pajak yang
boleh dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang
bersangkutan, kecuali untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final
Kredit Pajak

Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak
Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang
dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau
terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak,
yang dikurangkan dari pajak yang terutang.

Kredit Pajak yang dapat diperhitungkan mengurangi PPh yang masih harus dibayar oleh
Wajib Pajak
Kredit Pajak untuk PPh Orang Pribadi adalah:
1. PPh Pasal 21
2. PPh Pasal 22
3. PPh Pasal 24
5. PPh Pasal 25
Kredit Pajak

Pemotongan/Pemungutan Dibayar Sendiri


Oleh Pihak Lain

1. PPh Pasal 21: atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan oleh PPh Pasal 25
Orang Pribadi dalam negeri
2. PPh Pasal 22: pemungutan oleh: Bendahara
Pemerintah, Badan-badan Tertentu, Wajib Pajak Tertentu
3. PPh Pasal 23:
- Dividen, Bunga, Royalti, Hadiah
- Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta
- Imbalan sehubungan dengan jasa
Selain yang sudah dipotong PPh Pasal 21
4. PPh Pasal 24: Kredit Pajak Luar Negeri
Pembukuan Pencatatan

Faisal Ahmad Chotib


Pembukuan

WP Badan WP Orang Pribadi


Wajib Seluruhnya 1. Kegiatan Usaha
2. Pekerjaan Bebas
Penghasilan WP OP

1. Pemberi 2. Pekerjaan 3. Usaha/ 4. Harta dan 5. Lain-


Kerja Bebas Kegiatan Modal lain
Penghasilan WP OP

1. Pemberi 2. Pekerjaan 3. Usaha/ 4. Harta dan 5. Lain-


Kerja Bebas Kegiatan Modal lain

Pembukuan Pencatatan
Wajib Pajak orang pribadi yang Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban
melakukan kegiatan usaha atau menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib
pekerjaan bebas dan Wajib Pajak melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang
badan di Indonesia wajib pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
menyelenggarakan pembukuan pekerjaan bebas, dan WP OP Lainnya
Pembukuan dan Pencatatan
Pembukuan
proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.

Pencatatan
terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto
dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang,
termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat
final.
WP yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan, tetapi wajib
melakukan pencatatan, adalah WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan diperbolehkan menghitung penghasilan neto
dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi
yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
Norma Penghitungan
Penghasilan Neto

Faisal Ahmad Chotib


Norma Penghitungan Penghasilan Neto
Norma Penghitungan adalah pedoman untuk menentukan besarnya penghasilan neto yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dan disempurnakan terus-menerus.

Yang boleh menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto


Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah)

Syaratnya:
Memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
pertama dari tahun pajak yang bersangkutan

Pasal 14 UU PPh
Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Tahun Pajak 2016 dan seterusnya PER-17/PJ/2015

Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah) wajib menyelenggarakan pencatatan, kecuali Wajib Pajak yang
bersangkutan memilih menyelenggarakan pembukuan

Wajib Pajak orang pribadi yang wajib menyelenggarakan pencatatan dan menerima atau
memperoleh penghasilan yang tidak dikenai PPh bersifat final, menghitung penghasilan
neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)

Daftar Persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah


sebagai berikut:
a. 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak;
b. ibukota propinsi lainnya;
c. daerah lainnya
Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Tahun Pajak 2016 dan seterusnya PER-17/PJ/2015


Daftar Persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk Wajib Pajak orang pribadi
yang memilih melakukan pencatatan, tercantum dalam Lampiran I PER-17/PJ/2015

Penghitungan penghasilan neto Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha
atau pekerjaan bebas, dilakukan terhadap masing-masing jenis usaha atau pekerjaan bebas
dengan memperhatikan pengelompokan wilayah
Penghasilan neto Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha atau pekerjaan
bebas adalah penjumlahan penghasilan neto dari masing-masing jenis usaha atau pekerjaan
bebas
Penghasilan neto bagi tiap jenis usaha dihitung dengan cara mengalikan angka persentase
NPPN dengan peredaran bruto atau penghasilan bruto dari kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dalam 1 (satu) Tahun Pajak
Dalam menghitung besarnya Pajak Penghasilan yang terutang oleh Wajib Pajak orang
pribadi, sebelum dilakukan penerapan tarif umum Pajak Penghasilan, terlebih dahulu
dihitung Penghasilan Kena Pajak dengan mengurangkan PTKP dari penghasilan neto
NPPN

Contoh

Tn. Bagas Farel seorang Akuntan Publik, menikah dengan tanggungan anak sebanyak 2
orang, mempunyai kantor akutan publik. Kantor Akuntan Publik Tn. Bagas Farel berada di
kota Bandung (Kode 69200, Norma 50%), dan peredaran bruto selama tahun 2016 sebesar
Rp1.300.000.000,-
Hitunglah PPh Terutang atas Tn. Farel untuk tahun 2016!

Perhatikan:
1. Tahun Pajak untuk PTKP dan tarif NPPN
2. Lokasi usaha untuk kelompok tarif.
3. Penghasilan Kena Pajak dibulatkan dalam Ribuan rupiah penuh
NPPN

Contoh
NPPN

Contoh lanjutan

Dalam tahun 2016, Tuan Bagas Farel telah dipotong PPh Pasal 21 sebesar Rp56 juta dan
membayar PPh Pasal 25 sebesar Rp28.215.000
1. Hitunglah PPh yang kurang (lebih) dibayar oleh Tuan Bagas Farel untuk tahun 2016
2. Hitunglah PPh Pasal 25 yang harus dibayar oleh Tuan Bagas Farel untuk tahun 2017!
NPPN

Contoh lanjutan

PPh yang kurang (lebih) dibayar


NPPN

Contoh lanjutan

Angsuran PPh Pasal 25 tahun 2017


Norma Penghitungan Penghasilan Neto

Sampai dengan Tahun Pajak 2015 KEP-536/PJ./2000

Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran
bruto di bawah Rp4.800.000.000,- (dahulu Rp600.000.000) dalam 1 tahun wajib
menyelenggarakan pencatatan, kecuali Wajib Pajak yang bersangkutan memilih
menyelenggarakan Pembukuan

Wajib Pajak orang pribadi yang tidak memilih untuk menyelenggarakan pembukuan,
menghitung penghasilan neto usaha atau pekerjaan bebasnya dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)
Daftar Persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah
sebagai berikut:
a. 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak;
b. ibukota propinsi lainnya;
c. daerah lainnya
Daftar Persentase Penghasilan Neto adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
KEP-536/PJ./2000
NPPN

Contoh
Dalam Tahun 2015 Tn. Taklim berstatus kawin dan mempunyai 3 (tiga) orang anak yang menjadi
tanggungan sepenuhnya. Tn. Taklim seorang dokter bertempat tinggal di Jakarta dan mempunyai
rumah peristirahatan di Bogor.
Tn. Taklim memilih untuk menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
Tn. Taklim membuka praktik di tempat tinggalnya setiap hari senin s.d. Rabu mulai pukul 18.30
sampai dengan selesai. Selain itu Tuan Taklim juga membuka praktik di Bogor setiap hari Sabtu
mulai pukul 11.00 s.d. 13.00.
Tn. Taklim di bantu seorang suster untuk setiap tempat praktiknya. Di Jakarta, Tn. Taklim membayar
gaji suster sebesar Rp2.000.000 setiap bulannya, sedangkan di Bogor sebesar Rp800.000
Penghasilan yang diterima dari praktik dokter dalam tahun 2016 adalah:
- Praktik di Jakarta Rp800.000.000
- Praktik di Bogor Rp150.000.000
Hitunglah PPh Terutang Tn. Taklim untuk Tahun Pajak 2015!

Anda mungkin juga menyukai