Anda di halaman 1dari 44

Keperawa

tan
Gangguan
Nyeri &
Eliminasi
Urine
Dosen Pengampu: Ratna
Ningsih, S.Kep, NS, M. Kep, Sp
Mat
Metodologi
Keperawata Famela
PO.71.20.1.19.0
Fanisa Amalia S
PO.71.20.1.19.0
Farha Diba
Panerli
PO.71.20.1.19.0

n 31 32 33

Kelompok 6

Fenni Octa
Febriani Suci P Fholsen F
Labina
PO.71.20.1.19.0 PO.71.20.1.19.0 PO.71.20.1.19.0
34 35 36
asuhan keperawatan pada pasien
gangguan nyeri
Definisi

Menurut Smeltzer & Bare (2008) nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh
yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapan pun individu
mengatakannya. Asosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri (International
Association for the Study of Pain, IASP) mendefinisikan nyeri sebagai “suatu sensori
subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam
kejadiankejadian dimana terjadi kerusakan” Nyeri dapat merupakan faktor utama
yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu
penyakit (Potter & Perry, 2007)
asuhan keperawatan pada pasien
gangguan nyeri
PENGKAJIAN

• Pengkajian nyeri yang faktual dan akurat dibutuhkan untuk mendapatkan data
dasar, untuk menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, untuk menyeleksi terapi
yang cocok, dan untukmengevaluasi respon klien terhadap terapi. Walaupun
pengkajian nyeri merupakan aktifitas yang paling umum dilakukan perawat, namun
pengkajian nyeri merupakan salah satu yang sulit untuk dilakukan. Perawat harus
mengkaji pengalaman nyeri dari sudut pandang klien.
a. Identitas Pasien

• Berisi identiatas pasien dan penanggungjawab berupa nama pasien, umur, alamat, pendidikan,
pekerjaan,tanggal masik, diagnosa medis, dan nomor registrasi. Sedangkan biodata penanggung jawab
berisi nama, umur alamat, pendidikan, pekerjaan, dan hubungan dengan pasien.
a. Catatan Masuk

• Catatan yang berisi keluhan utama klien pada saat dibawa ke rumah sakit

a. Riwayat Keperawatan

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

• Merupakan riwayat kesehatan klien baik sekarang, dahulu dan riwayat kesehatan keluarga. Riwayat
kesehatan sekarang berisi keadaan sakit sekarang, keluhan pertama yang dirasakan, cara mengatasi masalah
tersebut, dan efek dari usaha yang dilakukan.
a. Riwayat kesehatan dahulu

• Riwayat kesehatan dahulu adalah status penyakit klien terdahulu, apakah pernah mengalami penyakit
yang sama seperti sekarang ini dan jika iya tindakan apa yang dilakukannya.
F.Riwayat kesehatan keluarga

• Berisi status kesehatan keluarga, apakah ada anggota keluarga yang pernak mengalahi sakit
yang sama. Adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit kronis seperti TBC, DM, dan
penyakit jantung untuk panduan membuat genogram.
F.Pemeriksaan fisik

• Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah
kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah
1. Inspeksi Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui
pengamatan. Hasilnya seperti : Mata kuning (icteric), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dll

2. PalpasiAdalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-bagian tubuh yang
mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll.

3. AuskultasiAdalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya menggunakan alat
yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising
usus.

4. PerkusiAdalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh menggunakan tangan
atau alat bantu seperti reflek hammer untuk mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga
dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik klien. Misalnya : kembung, batas-batas
jantung, batas hepar-paru (mengetahui pengembangan paru), dll.
F. Pemeriksaan Diagnostik

• Pemeriksaan diagnostik digunakan untuk menunjang data klien saat


menegakan diagnosa dan intervensi. Pemeriksaan diagnostik antara lain
hematologi, MRI, CT-Scan dan lainnya yang menunjang data klien.

Analisis dan Sintesis Data

• Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya


berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan
pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan
analisis data, diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan
data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.
RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri :
A. Nyeri akut berhubungan dengan :
a. Agens cedera fisik/trauma
b. Agens cedera kimiawi
c. Agen cedera biologis
B. Nyeri kronis berhubungan dengan
a. Cedera otot
b. Gangguan metabolik
c. Kompresi otot

  INTERVENSI.
Perencanaan keperawatan yang dibuat untuk klien nyeri diharapkan berorientasi untuk
memenuhi hal hal berikut:
• 1.      Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri.
• 2.      Klien melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman.
• 3.      Klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki.
• 4.      Klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri.
• 5.      Klien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri saat
dirumah.
 IMPLEMENTASI.
Tindakan yang dilakukan perawat untuk mengurangi rasa nyeri ada dua:
1.      Tindakan Farmakologis.
Merekomendasikan petunjuk untuk pengobatan, WHO mengombinasikan penggunaan obat-obatan
analgesik dan obat-obatan adjuvan yang efektif untuk mengontrol nyeri klien.
2.      Tindakan Non Invasif.
Tindakan pengontrolan nyeri non invasive digunakan untuk mendukung terapi farmakologis yang sudah
diberikan. Jenis tindakan non invasive antara lain:
a)      Membangun hubungan terapeutik rawat-klien.
b)      Bimbingan antisipasi.
c)      Relaksasi.
d)     Imajinasi terbimbing.
e)      Distraksi.
f)       Akupunkur.
g)      Biofeedback.
h)      Stimulasi kutaneus.
i)        Akupresur.
j)        Psikoterapi.
3.      Tindakan Invasif/Pembedahan.
Merupakan komplemen dari tindakan-tindakan lainnya dalam upaya membebaskan nyeri, seperti tindakan
perilaku-kognitif, fisik maupun terapi farmakologis. Tindakan ini dilakukan apabila dengan tindakan-tindakan
non invasif tidak dapat membebaskan nyeri. Klien perlu diberikan pengetahua tentang implikasi setelah
tindakan pembedahan untuk mengontrol nyeri. Beberapa kasus pembedahan antara lain:
a)      Cordotomy.
b)      Neurectomy.
c)      Sympatectomy.
d)     Rhizotomy.
EVALUSI
Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan
untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan tindakan yang
diberikan sehingga dapat menemukan intervensi yang akan
dilanjutkan. (Susan Martin, 1998)
asuhan keperawatan pada pasien gangguan eliminasi urine
 

Definisi
Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan penting
dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan homeostasis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme. Secara
garis besar, sisa metabolisme tersebut terbagi dalam dua jenis yaitu sampah yang
berasal dari saluran cerna yang dibuang sebagai feses serta sampah metabolisme
yang dibuang baik bersama feses ataupun melalui saluran lain sepeti urine.
Penyebab gangguan eliminasi Urine :
1. penurunan kapasitas kandung kemih
2. iritasi kandung kemih
3. penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung kemih
4. efek tindakan medis dan diagnostik ( mis. operasi ginjal, operasi saluran kemih,
anestasi, dan obat-obatan)
5. kelemahan otot pelvis
6. ketidakmampuan mengakses toilet ( mis, imobilisasi)
7. hambatan lingkungan
8. ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. outlet kandung kemih tidak lengkap ( mis. anomali saluran kemih kongenital)
10. imaturitas ( pada anak usia < 3 tahun)
asuhan keperawatan pada pasien gangguan eliminasi urine
 
1. Pengkajian
Adapun data-data yang akan di kumpulkan dikaji pada asuhan keperawatan klien dengan
diagnosa medis inkontinensia urine :
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama/kepercayaan, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa medis
2. Keluhan utama
Pada kelayan inkontinensia urine keluhan-keluhan yang ada adalah nokturia, urgence,
disuria, poliuria, oliguri, dan strategi
3. Riwayat penyakit sekarang
Memuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan, usaha yang telah
dilakukan untuk mengatasi keluhan
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan ISK ( infeksi saluran kemih ) yang berulang,
penyakit kronis yang pernah di derita
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit
inkontinensia urine, adakah anggota keluarga yang menderita DM, hipertensi
6. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang digunakan adalah B1-B6 : B1 (breathing), B2 (blood), B4 (bladder),
B5 (bowel), B6 (bone)
•  
asuhan keperawatan pada pasien gangguan eliminasi urine
 

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk berkemih
dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kantung kemih.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dalam waktu yang lama.
c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras oleh urine
d. Resiko kekurangan volume tubuh berhubungan dengan intake yang adekuat

3. Intervensi Keperawatan
e. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk berkemih
dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih.
• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan bisa
melaporkan suatu pengurangan / penghilangan inkontinesia.
• Kriteria Hasil :
• Klien dapat menjelaskan penyebab inkontinesia dan rasional penatalaksaan.
• Intervensi :
4. Implementasi
• Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan radiasi daripada
rencana tindakan keperawatan yang telah diterapkan. Meliputi
tindakan independent, dependent, dan interpendent. Pada
pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencana
keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan memberikan
asuhan keperawatan dan pengumpulan data. (Susan Martin, 1998).
•  
5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan
untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan tindakan yang diberikan
sehingga dapat menemukan intervensi yang akan dilanjutkan. (Susan
Martin, 1998)
 
 
Kasus Askep Nyeri
PAPARAN KASUS
Tanggal Pengkajian: 1 Maret 2020 Ruang/RS: Cempaka / RSUD
Jam : 13.00 WIB Kota Palembang

A. BIODATA
1. Biodata Pasien
a. Nama : Tn. S
b. Umur : 35 th
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Krasaksari 4/7 Koripan Kecamatan Susukan
Semarang
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Karyawan swasta
g. Tanggal masuk:15 juli 2019
h. Diagnosa medis :Hemoroid G III
i. Nomor register : 18-19-397185
1. Biodata Penanggungg jawab
a. Nama : Tn. J
b. Umur : 52 th
c. Alamat : dusun krasakan RT 04/ RW 07
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Swasta
f. Hubungan dengan klien : Ayah
A. KELUHAN UTAMA

• Terasa nyeri dan panas pada daerah post operasi Hemoroidektomi


• P : terdapat luka post operasi hemoroidektomi di daerah anus dan terdapat tampon kasa
di daerah post operasi
• Q : nyeri hilang timbul terasa tajam dan menusuk dengan durasi sekitar 5 menit.

• R : nyeri tidak menyebar hanya di daerah post operasi hemoroidektomi

•S : skala nyeri 5

•T : ketika digunakan untuk duduk


A. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

• Pasien masuk RSUD Kota palembang pada tanggal 15 juli 2019 pukul 14.00 WIB dan masuk ke
IGD dengan keluhan nyeri pada anus, BAB berdarah, keluar benjolan pada anusnya. Dengan skala nyeri
7. Klien mengatakan dirinya sudah mengetahui penyakit hemoroid yang dialaminya sejak 2 tahun yang
lalu. Pada saat hemoroidnya mulai terasa nyeri klien mengatasi nyeri tersebut dengan berendam di air
hangat. Pada saat benjolan hemoroidnya keluar Tn. S masih bisa memasukan benjolan tersbut dengan
jarinya. Namun pada tanggal 15 juli 2018 Tn. S BAB disertai dengan pendarahan dianus, terasa nyeri
yang hebat dengan skala 7 dan benjolan hemoroid keluar dan tidak dapat dimasukan dengan jarinya.
Sehingga Tn. S dilarikan ke IGD RSUD Kota Salatiga. Di IGD RSUD Kota Salatiga Tn. S diberikan obat
ketorolac 20 g dan ceftriaxone 10 g untuk mengatasi nyeri yang dirasakan Tn. S. Klien Tn. S dijadwalkan
operasi hemoroidektomi pada tanggal 16 juli 2018.
1. Riwayat Kesehatan Dahulu

•Keluarga dan Tn. A mengatakan bahwa Tn. A sebelumnya belum pernah mengalami sakit
seperti sekarang ini dan tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan atau benda lainnya yang
dapat membahayakan kesehatan Tn. A

1. Riwayat Kesehatan Keluarga

•Pasien tidak memiliki penyakit keturunan seperti Diabetes, Hipertensi, Jantung, dan
pasien juga tidak memiliki penyakit menular seperti Hepatitis, HIV, TB Paru.
A. PENGKAJIAN MENGACU POLA FUNGSIONAL GORDON

1. Pola persepsi kesehatan

•Klien mengatakan bahwa kesehatan sangat penting, maka anggota keluarga yang mengalami sakit
selalu di bawa kepelayanan kesehatan yaitu dibawa rumah sakit terdekat. Selain itu Tn. S dan keluarga
mengikuti program jaminan kesehatan yang disediakan pemerintah yaitu BPJS kesehatan untuk
mengcover semua biaya kesehatan keluarga.

1. Pola nutrisi & metabolisme

• Sebelum dirawat, pasien mengatakan bahwa frekuensi makan 3x sehari dengan nafsu makan baik
dan menghabiskan 1 porsi makanan setiap makan, jenis makanan nasi, sayuran, lauk pauk, tidak memiliki
alergi/pantangan, frekuensi minum 4-6 gelas/hari dengan volume 1500 cc , jenis minuman air putih dan
kopi. Saat dirawat di rumah sakit, pasien mangatakan bahwa frekuensi makan 3x sehari dengan nafsu
makan baik dan menghabiskan 1/2 porsi makanan setiap makan, jenis makanan sesuai program diet rumah
sakit, tidak memiliki alergi makanan tertentu, frekuensi minum 3-5 gelas/hari dengan volume 1250 cc,
jenis minuman air putih.
1. Pola eleminasi

• Sebelum dirawat, pasien mengatakan BAK 4-7x sehari dengan jumlah 1500 cc warna kuning jernih dan urine
berbau khas. BAB 1x sehari dengan konsistensi keras, warna dan bau khas, dan keluar darah saat BAB dan keluar
benjolan pada anus karena mengejan. Hal itu menyebabkan anus terasa panas dan nyeri setelah BAB.
• Setelah sakit Tn S dengan post operasi hemoroidektomi mengatakanbelum BAB dan luka post operasi terasa
nyeri dan panas dan masih terpasang kasa tampon pada anusnya. BAK 3-5x sehari dengan volume 1250 cc warna
kuning jernih, dan urine berbau khas

1. Pola istirahat &tidur

• Sebelum dirawat, pasien mengatakan terbiasa tidur pukul 22.00-05.00 WIB setiap malam kurang lebih 6-7 jam
perhari. Terbiasa istirahat dirumah setelah pulang dari bekerja menonton tv sambil minum kopi. Kebutuhan istirahat
tidur Tn.S sudah terpenuhi dan pola tidurnya baik.

• Setelah dirawat di rumah sakit pola istirahat tidur dan kualitas tidur Tn.S terganggu, pasien mengatakan
mengalami gangguan tidur karena merasakan nyeri pada daerah anus dengan skala 5 dan terasa tiba tiba, frekuensi
sering, danklien tampak meringis menahan nyeri. Klien hanya tidur 4-5 jam perharinya. Dan lingkungan baru rumah
sakit yang ramai juga membuatnya susah tidur.

•  
1. Pola aktifitas dan latihan

• Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapat data bahwa sebelum sakit Tn. S melakukan ADL secara mandiri. Klien
mampu melakukan semua aktivitasnya tanpa bantuan siapapun baik itu aktivitas bekerjanya, pemenuham kebutuhan makan,
eliminasi, maupun kebutuhan lainnya. Namun setelah beberapa bulan terakhir ini Tn. S merasakan sakit jika duduk terlalu lama.
Hal tersebut dirasakan karena hemoroid Tn. S mulai membesar, hal itu sangat mengganggu aktivitas bekerja Tn. S.
• Setelah sakit post oprasi hemoroidektomi aktivitas Tn. S terhambat. Sudah beberapa hari ini Tn. S tidak berangkat bekerja
karena harus dirawat di ruang cempaka RSUD Kota Salatiga. Pemenuhan kebutuhan ADL Tn. S hanya terbatas dapat dilakukan
ditempat tidur dan dibantu oleh angota keluarga atau perawat yang bertugas. Tn. S terpasang infus sehingga pergerakannya
terbatas.
•  

1. Pola peran & hubungan


• Sebelum dirawat klien adalah sebagai kepala keluarga yang harus menafkahi anggota keluarganya. Klien juga
mengatakan termasuk orang yang terbuka apabila memiliki masalah, dibuktikan saat pengkajian pasien tampak kooperatif
dalam menjawab pertanyaan meskipun menahan nyeri.

• Selama sakit dan dirawat di rumah sakit hubungan sosial pasien dengan keluarga terlihat harmonis terlihat dari anggota
keluarga yang setia menemaninya di ruangan. Namun klien belum bisa menjalankan perannya sebagai kepala keluarga selama
klien di rawat di rumah sakit.

•  
1. Pola presepsi sensori

• Sebelum dirawat, pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pada panca indra. Sebelum dilakukan operasi
hemoroidektomi pasien percaya bahwa setelah dilakukan tindakan operasi maka rasa nyeri yang dialaminya selama
beberapa tahun ini akan hilang karena penanganan yang sesuai.

• Setelah sakit dan dirawat, pasien mengeluh mengalami gangguan sensori nyeri pada daerah anus post operasi
hemoroidektomi dengan skala 5 dengan frekuensi sering, nyeri hilang timbul terasa tajam dan menusuk, pasien tampak
meringis menahan nyeri.

1. Pola persespsi diri /Konsep diri

• Sebelum sakit pasien merasa dirinya adalah seorang kepala keluarga yang harus memenuhi tanggung jawab
menafkahi keluarganya. Saat sakit, pasien mengatakan puas dengan bentuk diri dan bangga terhadap dirinya. Pasien juga
mengatakan tidak merasa rendah diri meski sedang sakit seperti saat ini.

a. Gambaran diri : pasien mengatakan optimis dengan tubuhnya

b. Identitas diri : pasien memiliki prsepsi diri yang baik banyak

c. Harga diri :pasien memiliki percaya diri yang positif

d. Ideal diri : pasien menerima kondisi saat ini dengan baik

•  
1. Pola Seksual & reproduksi

• Tn. S berstatus sudah menikah dan sudah dikaruniai anak.

1. Pola mekanisme koping

• Sebelum dirawat, pasien mengatakan jika ada masalah yang dihadapi, pasien terbiasa
dan cenderung bercerita kepada keluarga ataupun teman dekat untuk mendapatkan
solusi yang tepat atas permasalahan yang sedang dihadapi.

• Setelah sakit dan dirawat di rumah sakit pasien tampak masih menerapkan
koping tersebut dalam menyelesaikan masakah terlihat dari keluarga yang setia
menemaninya di rumah sakit
1. Pola nilai & Kepercayaan

Pasien mengatakan dirinya dan keluarga menganut agama islam, sebelum dirawat
pasien melaksanakan ibadah tepat waktu setelah mendengar suara azan.
Setelah sakit dan dirawat di rumah sakit, pasien mengeluh kurang dapat beribadah
seperti sebelum sakit, karena selama sakit pasien beribadah diatas tempat tidur.
A. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Baik

• Kesadaran : Composmentis dan skor GCS : E4 M6 V5 : 15 kondisi Tn.

S yang sadar sepenuhnya, terhadap dirinya maupun terhadap lingkungan


sekitarnya. Dan Tn. S dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan pada
saat dilakukan pemeriksaan dengan baik

1. Tanda-tanda vital

a. TD : 120/80 mmHg

b. HR : 79x / menit

c. RR : 20x / menit

d. Suhu : 36,30C
1. Head to toe

a. Kepala : bentuk kepala mesocephal, rambut kepala tampak kotor,

• kusam, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak tampak


hidrocypalus.

a. Mata : isokor, reflek pupil positif terhadap cahaya, konjungtiva non

• anemis, sklera tidak ikterik, dan kordinasi gerak mata terbatas.

a. Hidung : lubang hidung kanan dan kiri simetris, bersih, tidak terdapat

• polip, tidak terdapat sinusitis, tidak terdapat pernapasan cuping


hidung.
a. Telinga : telinga kanan dan kiri simetris, bersih, tidak ada tanda radang

• telinga, warna daun telinga normal sesuai warna kulit, reflek terhadap suara baik.

a. Mulut : bibir tidak sianosis, tonsil tidak membesar, tidak ada

• stomatitis, gigi bersih, susunan gigi teratur, dasar mulut tidak terjadi pembengkakan.

a. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran

• kelenjar limfe.

a. Thorax :

1. Paru

1) Inspeksi : paru kanan dan paru kiri simetris.

2) Palpasi : gerak dada kanan dan dada kiri simetris, tidak ada

• nyeri tekan, tidak ada massa yang abnormal, tactil fremitus kanan kiri jelas terasa dan apek
paru.

1) Perkusi : terdengar suara sonor pada lapang paru.

2) Auskultasi : suara napas vesikuler.


1. Jantung :

1) Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak

2) Palpasi : Ictus cordis teraba pada mid klavikula intercosta 4-5

3) Perkusi : pekak

4) Auskultasi : irama jantung s1 dan s2 reguler (IUB-DUB)

1. Abdomen :

1) Inspeksi : tidak terdapat asites

2) Auskultasi : bising usus normal 12-15x/menit

3) Palpasi : tidak ada nyeri tekan

4) Perkusi : timpani

a. Genetalia

• Klien mengatakan tidak ada keluhan

a. Rektum

• Terdapat luka post operasi hemoroidektomi, berwarna kemerahan dan terpasang kasa
a. Ekstremitas :

1) Superior : mengalami gangguan, ekstremitas superior dekstra

• pergerakan terbatas karena terpasang infus, ROM aktif sedangkan


ekstremitas superior sinistra dapat bergerak normal

• Kekuatan otot : kekuatan otot kanan dan kiri 5/5 normal semua dapat

• digerakan dengan baik

1) Inferior : tidak mengalami ganggguan ektremitas inferior

• sinistra dan dekstra dalam batas normal, ROM aktif, pergerakan bebas

• Kekuatan otot : kekuatan otot kanan dan kiri 5/5 normal semua dapat

• digerakan dengan baik


a. Kulit

• Bersih, warna sawo matang, tugor kulit elastis tidak ada tanda sianosis, tidak ada
hipo/hiperpigmentasi.
A. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Laboratorium

• Nama : Tn. S

• Umur : 35 tahun/ L

• No. RM : 1819397185

• No Lab : 1807150029

• Tanggal terima : 15-07-2018 (16:12:25 PM)

• Tanggal selesai : 15-07-2018 (16:53:59 PM)

• Ruang : Cempaka

• Kelas : II
ANALISIS DATA
No Tanggal/ Data Fokus
Jam
1 16/07/2018 Data Subjektif:
13.00 WIB Pasien mengatakan merasa panas dan nyeri pada daerah
post operasi
P : terdapat luka post operasi hemoroidektomi di
daerah anus dan terdapat kassa

Q : nyeri hilang timbul terasa tajam dan menusuk


dengan durasi sekitar 5 menit.

R : nyeri tidak menyebar

S : skala nyeri 5

T : ketika digunakan untuk duduk

Data Objektif:
1. Terdapat luka post operasi hemoroidektomi pada
anus
2. Nyeri dengan skala 5
3. Tekanan darah 120/80 mmHg
4. HR 79x / menit
5. RR 20x / menit
6. Suhu 36,30C
7. Tingkat kesadaran klien yaitu compos mentis dan
skor GCS : E4 M6 V5 : 15 kondisi Tn.S yang
sadar sepenuhnya, terhadap dirinya maupun
terhadap lingkungan sekitarnya. Dan Tn. S dapat
menjawab semua pertanyaan yang diajukan pada
saat dilakukan pemeriksaan dengan baik
8. Keadaan umun Tn. S baik dan dapat menjawab
semua pertanyaan pada saat pengkajian
A. RUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Data Fokus Masalah Keperawatan


Data Subjektif Nyeri akut b.d agen cedera
fisik
Klien mengeluh panas dan nyeri pada daerah post
operasi

Data Objektif

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 79 kali/menit

Suhu : 36,3 derajat celcius

Skala nyeri 5 terdapat luka operasi di daerah anus


Data Subjektif Deprivasi tidur b.d
peningkatan sensitivitas
klien mengeluh susah tidur karena nyeri yang dirasakan
terhadap nyeri
hilang dan timbul dengan skala 5 dan lingkungan baru
yang dirasakan kualitas tidurnya

Data Objektif

1. Klien sering menguap

2. Klien terlihat lemas, dan terdapat kantung mata

3. Tekanan darah 100/70 mmHg

4. Nadi 60 kali/menit

5. Suhu tubuh 36,7 derajat celcius


Data Subjektif konstipasi b.d hemoroid

Klien mengatakan belum BAB setelah dilakukan


operasi

Data Objektif

1. Terdapat luka operasi hemoroidektomi pada daerah


anus

2. Sudah 2 hari belum BAB

3. Klien takut untuk BAB

 
A. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nyeri akut b.d agen cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan


fisik selama 3x24 jam diharapkan gangguan
rasa nyaman yang dialami Pasien akan
teratasi dengan Kriteria hasil:
- Skala nyeri berkurang dari 5 menjadi 2
- Mampu mengontrol nyeri
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
- Kualitas tidur meningkat
Deprivasi tidur b.d peningkatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
sensitivitas terhadap nyeri 3x24 jam diharapkan gangguan istirahat tidur
teratasi dengan kriteria hasil :
- Kualitas tidur meningkat
- Klien tidak tampak lemas dan menguap
lagi
- Kantung mata tidak ada
konstipasi b.d hemoroid Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam diharapkankonstipasi tidak terjadi lagi
dengan kriteria hasil
- Klien tidak takut lagi BAB
- Nyeri saat BAB hilang
EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Evaluasi


Nyeri akut b.d agens cedera S : Pasien mengatakan bahwa rasa nyeri pada luka post operasi
fisik ditandai dengan keluhan hemoroidektomi berkurang
tentang intensitas O : Kesadaran normal
menggunakan standar skala TD : 130/90 mmHg
nyeri HR : 80x / menit
RR : 20x / menit
Suhu : 36,40C
- Ekspresi pada wajah pasien tenang
- Skala nyeri 2
A : Masalah teratasi
 
P : Intervensi dihentikan dan pasien menunggu dipulang
 
Kasus Askep Eliminasi Urine
PAPARAN KASUS
pengkajian
• Identitas Diri
• Nama : Ny. M
• Tempat/tanggal Lahir : Ngabang, 17 Juli 1956
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Status perkawinan : Menikah
• Agama : Islam
• Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
• Pendidikan Terakhir : Sekolah Rakyat
• Diagnosa Medik : Inkontinensia Urine
• Alamat : Jln. Merdeka No.5

•   Pola kebiasaan sehari-hari


• Nutrisi
• Frekuensi makan : 3 kali sehari
• Nafsu makan : ada
• Jenis makanan : nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk
• Kebiasaan sebelum makan: berdoa terlebih dahulu
• Maknan yang tidak disukai: ada, masakan yang berbau laut
• Alergi terhadap makanan : tidak ada
• Pantang makan : tidak ada
• Keluhan yang berhubungan : tidak ada
• dengan makan
Kasus Askep Eliminasi Urine
• Eliminasi
• BAK
• Frekuensi dan waktu : 15-18x sehari
• Kebiasaan BAK dalam : ya, ada
• malam hari
• Keluhan yag berhubungan : tidak bisa menahan keluarnya urine jika terasa dengan
BAK ingin BAK
• BAB
• Frekuensi dan waktu : 2x sehari
• Konsistensi : lembek, berwarna kuning
• Keluhan yang berhubu- : tidak ada
• ngan dengan BAB
• Pengalaman memakai : tidak pernah
• Laxantif/Pencahar
• Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama selama 1 tahun terakhir
• Ny.M mengatakan 1 tahun terakhir sering mengeluh nyeri saat berkemih, kalau bersin
atau batuk kencing keluar secara tiba-tiba, nokturia.
b. Gejala yang dirasakan
• Kencing dalam sehari 1-18x/hari
•  
•  
Kasus Askep Eliminasi Urine
 Diagnosa keperawatan
 Gangguan Eliminasi Urine b.d kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi
kandung kemih ditandai oleh :
DS: keluarga mengatakan NY.M seing kencing tanpa disadari (ngompol). Sebelumnya
Ny.M ada riwayat hipertensi 2 tahun lalu dan mengonsumsi obat diuretik. Klien juga
mengatakan saat dia bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit kencing.
DO : Hasil observasi : TD 180/140 mmHg, Nadi 80x/menit, repirasi 18x/menit dan suhu
36,5oC

Intervensi Keperawatan
 
1. Kaji kebiasaan pola berkemih dan gunakan catatatn berkemih sehari
2. Ajarkan unutk membatasi masukan cairan pada malam hari
3. Ajarkan teknik unutk mencetuskan refleks berkemih (ransangan pacantus dengan
penepukan supra pubik)
4. Berikan penjelasan tentang penitngnya hidrasi optimal, sedikitnya 2000cc/hari bila
tidak ada kontra indikasi 
5. Bila masih terjadi inkontinensia kurangi waktu antara berkemih yang telah
direncaakan 
6. Kolaborasi dengan dokter dalam mengkaji efek medikasi dan tentukan kemungkinan
perubahan obat, dosis/jadwal pemberian obat
Kasus Askep Eliminasi Urine
implementasi
1. Mengkaji TTV : TD : 120/70 mmHg, Suhu 35,4 oC, pernapasan 18x/menit, nadi 88x/menit
2. Mengkaji kebiasaan pola berkemih : pasien mengatakan sudah 3 kali buang air besar dari jam 4 sampai dengan
sekarang, warna urine putih kekuningan, jumlah + 200 ml, keluarnya seperti air mancur, biasanya keluar sebelum
klien samapi ke wc.
3. Menanyakan hari, tanggal dan waktu. Klien mengatakan hari ini adalah hari rabu, tanggal 12 september, sekarang
jam 08.05
4. Mengingatkan kembali hari, tanggal dan waktu. Hari ini hari selasa 11 oktober 2016
5. Mengingatkan pasien unutk mencoret kalender. Klien mengatakan iya akan mencoretkalender agar ingat kembali
tentang tangggal.
6. Melatih klien untuk menuliskan angka 1-20 di kertas, pasien belum dapat menulis angka dengan urutan yang
benar.
Evaluasi
S:
Klien mengatakan hari ini adalah hari rabu, tanggal 12 september, sekarang jam 08.05
1. Klien mengatakan iya akan mencoret kalender agar ingat kembali tentang tangggal.
2. Klien mengatakan hanya 5 jam tidur tadi malam, sering terbangun untuk kencing
3. pasien mengatakan minum sebelum tidur sebanyak ½ gelas
4. Pasien mengatakan tadi pagi bangun, sholat, membereskan tempat tidur, berkebun, kemudian mandi dan
berkumpul dengan teman-teman.
5. pasien mengatakan lampu - kamar saya cukup terang, kalau tidur saya lebih senang lampunya dihidupkan, di wc
lampunya kurang terang, lantainya agak licin
6. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
7. Pasien mengatakan sudah 6 kali kencing bolak-balik WC, tadi hampir jatuh d wc karena lantai licin.
O:
1. warna urine putih kekuningan, jumlah + 200ml, keluarnya seperti air mancur, biasanya keluar sebelum klien samapi
ke wc.
2. wc karena lantai licin.
3. pasien belum dapat menulis angka dengan urutan yang benar.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai