Anda di halaman 1dari 23

PSDKU Universitas Airlangga

di Banyuwangi

LEPTOSPIROSIS
Kelompok Leptospirosis
Nama Anggota Kelompok :

1. Kurnia Indah Sari (101711535001) 12. Yuda Mustakim (101711535021)


2. Yudha Nur Iriyanti (101711535003) 13. Rista Novianti (101711535025)
3. Mirah Alamiyyah (101711535005) 14. Nadya Reza Palupi (101711535026)
4. Ristiana (101711535006) 15. Pramudya Santoso Aji (101711535027)
5. Oktavia Ika Nur (101711535010) 16. Putri Retno Asih (101711535030)
6. Selviani Setyaning (101711535011) 17. Nadiyah Rahmasari (101711535031)
7. I’anatul Ulya Dewi (101711535013) 18. Tiara Sandi (101711535032)
8. Xindy Imey Pratiwi (101711535015) 19. Dewi Firdanis (101711535033)
9. Meirna Mega Rizky (101711535016) 20. Offa Afrilla (101711535040)
10. Ajeng Febrianti (101711535018) 21. Eqia Arum (101711535042)
11. Fiko Ainun Nur (101711535019) 22. Adi Zayd (101711535043)
Outline
01 Definisi
02 Besaran Masalah dalam Epidemiologi
03 Etiologi

04 Pola Penyakit

05 Riwayat Alamiah Penyakit (RAP)


06 Cara Penularan

07 Gejala Klinis
08 Faktor Risiko
09 Pencegahan
10 Determinan Faktor
Definisi Leptospirosis

Your Text Here


Leptospirosis adalah
penyakitThiszoonosis
PowerPoint yang
disebabkan
Template oleh infeksi
has clean
and neutral design
bakteri
that yang berbentuk
can be adapted to
spiral darianygenus leptospira
content and
meets various market
sedangkan,segments.
zoonosis adalah
penyakit yang secara alami
dapat dipindahkan dari
hewan vertebrata ke
manusia atau sebaliknya.
(Depkes RI,2013).
Besaran Masalah

1. Leptospirosis terjadi di seluruh dunia, baik di desa, kota, di daerah tropis maupun 


subtropis.
2. Di Indonesia Leptospirosis tersebar antara lain di Propinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, D.I. Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera
Barat, Sumatera Utara, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan
Timur dan Kalimantan Barat. (DepKes., 2005).
3. Angka kematian Leptospira termasuk tinggi, bisa mencapai 2,5 – 16,45 % (rata-
rata 7,1 %). Pada usia lebih 50 tahun bisa mencapai 56%.(DepKes, 2002).
4. Penyakit ini merupakan re-emerging disease, sehingga sewaktu-waktu dapat
muncul secara sporadis (Dep.Kes, 2004).
Etiologi
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri
a. genus : Leptospira [Genus Leptospira terdiri dari dua
spesies yaitu L. interrogans (bersifat patogen) dan L.
biflexa (bersifat saprofit/non-patogen)]
b. Famili : Leptospiracea
c. ordo : Spirochaetales
Morfologi
d. Pewarnaan : gram negatif.
e. Aerobik, tumbuh baik pada di suhu 28°C-30°C
f. Bersifat motil atau dapat bergerak
g. Bentuk : berkerut-kerut serta terpilin dengan ketat.
h. Ukuran : panjangnya 6 – 20 µm dan diameter 0, 1 – 0, 2
µm.
i. Pada tubulus ginjal hewan tertentu. ditemukan di
lingkungan basah atau lembab mulai dari air permukaan,
tanah lembab, serta air keran.
Spesies L. interrogans dibagi dalam beberapa serogrup yang ter
bagi lagi menjadi lebih 250 serovar berdasarkan komposisi antig
ennya. Beberapa serovar L. interrogans yang pathogen pada m
anusia antara lain L icterohaemorrhagiae, L. canicola, L. pomon
a, L. grippothyphosa, L. javanica, L. celledoni, L. ballum, L. pyro
genes, L. bataviae, dan L. hardjo.
Berbagai spesies hewan, terutama mamalia, dapat bertindak se
bagai sumber infeksi manusia, diantaranya ialah:
1. Spesies mamalia kecil, seperti tikus liar (termasuk men
cit), bajing, landak
2. Hewan domestic (sapi, babi, anjing, domba, kambing, k
uda, kerbau)
3. Hewan penghasil bulu (rubah perak) di penangkaran
4. Reptil dan amfibi mungkin juga membawa leptospira
Pola Penyakit Leptospirosis
leptospirosis dapat menyerang semua
Menurut Orang kelompok umur.

wilayah penyebaran leptospirosis


adalah pada daerah yang beriklim
Menurut Tempat
sedang atau beriklim tropis. Bisa juga
di perdesaan maupun perkotaan, dan
di daerah endemis.

Leptospirosis banyak terjadi pada saat


Menurut Waktu musim hujan, karena dapat
menimbulkan genangan air atau
mengakibatkan banjir
Riwayat Alamiah Penyakit
1. Tahap Prepatogenesis
Bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir.
2. Tahap Patogenesis
A. Masa inkubasi leptospirosis berkisar 2-26 hari, dengan rata-rata 10 hari. Leptospirosis mempunyai
dua fase penyakit yang khas yaitu, fase leptospiremia dan fase imun.
fase leptospiremia
Demam mendadak tinggi sampai menggigil disertai sakit kepala, nyeri otot, hiperaestesia pada kulit,
mual muntah, diare, bradikardi relatif, ikterus, injeksi silier mata. Fase ini berlangsung 4-9 hari dan be-
rakhir dengan menghilangnya gejala klinis untuk sementara.
fase imun
Berlangsung 4-30 hari, ditandai dengan peningkatan titer antibodi, demam hingga 40°C disertai me-
ngigil dan kelemahan umum. Pada leher, perut, dan otot kaki dijumpai rasa nyeri.Perdarahan paling je-
las saat fase ikterik dimana dapat ditemukan purpura, petekie, epistaksis, dan perdarahan gusi. Conju
ntival injection dan conjungtival suffusion dengan ikterus merupakan tanda patognomonik untuk leptos
pirosis. Meningitis, gangguan hati dan ginjal akan mencapai puncaknya pada fase ini. Pada fase ini ju
ga terjadi leptospiuria yang dapat berlangsung 1 minggu sampai 1 bulan.
B. Masa laten dan Periode infeksi
Masa tunas berkisar antara 2-26 hari(kebanyakan 7-13 hari) rata-rata 10 hari. Pada
leptospira ini ditemukan perjalanan klinis bifasik :
Leptopiremia (berlangsung 4-9 hari) Timbul demam mendadak, diserta sakit kepala
(frontal, oksipital atau bitemporal). Pada otot akan timbul keluhan mialgia dan nyeri te-
kan (otot gastronemius, paha pinggang,) dan diikuti heperestesia kulit. Gejala menggigil
dan demam tinggi, mual, muntah, diare, batuk, sakit dada, hemoptisis, penurunan kesa-
daran, dan injeksi konjunctiva. Injeksi faringeal, kulit dengan ruam berbentuk makular/
makolupapular/urtikaria yang tersebar pada badan, splenomegali, dan hepatomegali.
Fase imun (1-3 hari) Fase imun yang berkaitan dengan munculnya antibodi IgM
sementara konsentrasi C­3, tetap normal. Meningismus, demam jarang melebihi 39oC.
Gejala lain yang muncul adalah iridosiklitis, neuritis optik, mielitis, ensefalitis, serta neuri
pati perifer.
Fase penyembuhan (minggu ke-2 sampai minggu ke-4) Dapat ditemukan adanya
demam atau nyeri otot yang kemudian berangsur-angsur hilang
Cara Penularan Leptospirosis
1. Dapat ditularkan melalui air (water borne diseases)
2. Urin (air kencing) dari individu yang terinfeksi merupakan sumber utama penularan
3. Hujan deras dapat membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir
4. Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus (air kencing) pada kondisi
banjir 
5. Timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang
biak 
6. Tikus merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis.
7. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui
permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung.
8. Beberapa hewan lain seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat terse-
rang Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia tidak sebesar tikus 
9. Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi 
10. Penularan langsung terjadi melalui kontak dengan selaput lendir (mukosa) mata (kon-
jungtiva), kontak luka di kulit, mulut, cairan urin, kontak seksual dan cairan abortus
(gugur kandungan).
Gejala Klinis
Masa inkubasi leptospirosis berkisar 2-26 hari, dengan rata-rata 10 hari.
Leptospirosis mempunyai dua fase penyakit yang khas yaitu :
1. Fase leptospiremia
Leptospira dapat dijumpai dalam darah. Gejala ditandai dengan nyeri kepala daerah
frontal, nyeri otot betis, paha, pinggang terutama saat ditekan.

2. Fase imun
Berlangsung 4-30 hari, ditandai dengan peningkatan titer antibodi, demam hingga
40°C disertai mengigil dan kelemahan umum. Pada leher, perut, dan otot kaki
dijumpai rasa nyeri.
Faktor Risiko Leptospirosis
Faktor Risiko Leptospirosis
1. Orang yang sering menyentuh binatang atau air, lumpur,
tanah, dan tanaman yang telah dicemari air kencing bina
tang yang terkontaminasi leptospirosis.
2. Beberapa pekerjaan yang berisiko seperti petani sawah,
pekerja pejagalan, peternak, pekerja tambang, industri p
erikanan, serta petani tebu dan pisang.
3. Dokter hewan maupun staf laboratorium yang kontak de
ngan kultur leptospirosis juga memiliki risiko terpapar lep
tospirosis.
4. Beberapa kegemaran yang bersentuhan dengan air atau
tanah yang tercemar juga bisa menularkan leptospirosis,
seperti berkemah, berkebun, berkelana di hutan, berakit
di air berjeram, dan olahraga air lainnya.
Pencegahan Leptospirosis

Promotif

Specific protection

Early diagnosis & prompt treatment


Pencegahan Leptospirosis
Promotif

Pemberian informasi tentang penyakit


leptospirosis (penyebab, pencegahan, cara
penularan, dsb)
Pencegahan Leptospirosis
Specific protection

1. Vaksinasi terhadap hewan maupun yang berisiko tinggi


terinfeksi
2. Pencegahan hubungan dengan air atau tanah yang
terkontaminasi
3. Melindungi sanitasi air minum
4. Pengendalian hospes perantara leptospira
(penggunaan racun tikus, pemasangan jebakan,
penggunaan rodentisida, penggunaan predator rodent)
5. Mewaspadai pencemaran urine dari dari semua hewan
6. Perilaku hidup sehat dan bersih
7. Menggunakan antiseptik untuk membersihkan diri
setelah kontak dengan hewan, kandang maupun
linkungan dimana hewan berada
8. Para peternak dihimbau untuk menempatkan ternaknya
jauh dari sumber air
9. Limbah ternak harus diarahkan ke suatu tempat khusus
agar tidak mencemari lingkungan
Pencegahan Leptospirosis
Early diagnosis & prompt treatment

1. Hewan yang terifeksi parah perlu diberikan perawatan


intensif
2. Pengobatan leptospirosis ringan dapat menggunakan
Doxycycline atau amoxicillin, dsb
3. Pengobatan leptospirosis berat dapat menggunakan
injeksi penicillin atau ceftrioxine.
4. Pemeriksaan dan pengobatan oleh tenaga kesehatan
Determinan Faktor (1)
Menurut penelitian Mari Okatink, dkk. Hubungan Faktor Lingkungan dan Karakteristik Individu
Terhadap kejadian penyakit leptopspirosis di Jakarta 2003-2005, data yang di peroleh sebagai
berikut:
1. Pendidikan
Pendidikan rendah OR= 2,41
Pendidikan tinggi OR= 1,333
Kasus leptopsiros berisIko terjadi pada responden yang berpendidikan rendah sebesar 2,41 kali
dibandingkan responden yang berpendidikan tinggi
2. Pengetahuan Masyarakat
Pengetahuan Rendah OR= 17.63
Pengetahuan tinggi OR= 6.573
Responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah mempunyai resiko sebesar 17,63 kali
lebih besar dari responden yang berpengetahuan tinggi.
Determinan Faktor (2)
3. Sarana air bersih
Memenuhi syarat Saranan air bersih dengan OR = 1.111
Tidak memenuhi syarat sarana air bersih OR= 1.98
Pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan resiko pajanan
sebesar 2 Kali dibandingkan dengan pembuangan limbah yang memenuhi syarat terhadap
leptospirosis
4. Komponen dan penataan rumah
Tidak memenuhi dengan OR= 3.96
Yang memenuhi dengan OR = 1.511
Responden yang mempunyai keadaan dan penataan rumah yang tidak memenuhi syarat
mempunyai resiko sebesar 4 Kali untuk menderita lepstoppirosis
PEMBAGIAN JOB DISK TUGAS

 Definisi + Pengepul + Pembuat PPT :


Eqia Arum Azzahro dan Mirah Alamiyyah
 Besaran Masalah :
Nadya Reza Palupi, Oktaviani dan Xindy Imey Pratiwi
 Etiologi :
Rista Novianti dan Ajeng Febrianti
 Pola Penyakit :
Kurnia Indah Sari dan Dewi Firdanis
 Riwayat Alamiyah Penyakit :
Nadiyah Rahmasari dan Fiko Nur Aisyiyah
 Cara Penularan :
I’anatul Ulya dan Adi Zayd Bintang
 Gejala Klinis :
Selviani dan Ristiana
 Faktor Resiko :
Pramudya Santoso Aji, Sandi Aminullah dan Mierna Mega
 Pencegahan :
Tiara Sandi dan Offa Afrilla
 Determinan :
Yudha Nur dan Putri Retno Asih
-Thank you-

Anda mungkin juga menyukai