Anda di halaman 1dari 9

UU NO.

44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DAN


PERMENKES NO. 72 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR
PELAYANAN DI RUMAH SAKIT

KELOMPOK V
MUHAMMAD JABAL NUR ( D1A120083 )
MUH. WANDY PRASETYO ( D1A120089 )
FRATIWI LP. HARUNA ( D1A120107 )
GRESILYA EVA BIANG ( D1A120117 )
SUMIATI DAHLAN ( D1A120121 )
UU NO. 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH
SAKIT

 Rumah Sakit adalah institusi


Pelayanan
pelayanan kesehatan yang Kesehatan Paripurna
menyelenggarakan pelayanan adalah pelayanan
kesehatan perorangan secara kesehatan yang
paripurna yang menyediakan meliputi promotif,
pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat
preventif, kuratif,
dan rehabilitatif.
Pengaturan penyelenggaraan
Rumah Sakit bertujuan
 Memberikan perlindungan terhadap
keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan
rumah sakit dan sumber dayamanusia di
rumah sakit
 Mempermudah akses masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan
 Meningkatkan mutu dan mempertahankan
standar pelayanan rumah sakit; dand
 Memberikan kepastian hukum kepada pasien,
masyarakat, sumber daya manusia rumah
sakit, danRumah Sakit.
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit dinyatakan bahwa rumah
sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, sumber daya manusia,
kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan
kefarmasian harus menjamin ketersediaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang bermutu, bermanfaat,
aman, dan terjangkau. Selanjutnya dinyatakan
bahwa pelayanan sediaan farmasi di rumah
sakit harus mengikuti standar pelayanan
kefarmasian yang selanjutnya diamanahkan
untuk diatur dengan peraturan menteri
kesehatan.
Beberapa jenis pelayanan di
Rumah Sakit

A. Pelayanan gawat darurat


B. Pelayanan rawat inap
C. Pelayanan rawat jalan;
- Poliklinik penyakit dalam
- Poliklinik bedah
- Poliklinik kebidanan dan
kandungan
- Poliklinik anak
- Poliklinik bedah saraf
- Poliklinik orthopedi
PERMENKES NO. 72 TAHUN 2016
TENTANG STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

Standar Pelayanan Pelayanan Kefarmasian


Kefarmasian adalah adalah suatu pelayanan
tolok ukur yang langsung dan bertanggung
dipergunakan sebagai jawab kepada pasien yang
pedoman bagi tenaga berkaitan dengan sediaan
kefarmasian dalam farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti
menyelenggarakan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kehidupan pasien.
kefarmasian.
Menurut Permenkes 72 tahun 2016 pelaksanaan
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang dilaksanakan secara multi disiplin
dan menggunakan proses yang efektif bertujuan untuk
menjamin kendali mutu dan kendali biaya, sedangkan
pelayanan farmasi klinik pelayanan langsung yang
diberikan oleh apoteker kepada pasien dalam rangka
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko
terjadinya efek samping obat, untuk tujuan keselamatan
pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien
(quality of life) terjamin
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
 Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan
terapi
 Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang telah ditetapkan
 Pola penyakit
 Efektifitas dan keamanan
 Pengobatan berbasis bukti
 Mutu
 Harga
 Ketersediaan di pasaran
Contoh kasus 1

Pasien atas nama nyonya Debora adalah salah satu pasien BPJS, Beliau di
rawat di salah satu Rumah Sakit, dan selanjutnya keluarga Nyonya Debora
tersebut di berikan Resep oleh dokter untuk mengambil obat di apotik di
resep tersebut terdapat dua macam obat yang masuk fornas. Pegawai apotik
menyampaikan kepada keluarga pasien bahwa salah satu obat tersebut
kosong jadi sebaiknya kita membeli di apotik luar. Keluarga pasien tersebut
lalu melakukan protes dan bertanya kepada petugas apotik, kenapa musti di
beli sedangkan pasien ini adalah pasien BPJS.

Contoh kasus 2
Pasien atas nama Ibu Aswa & Ibu Asmia dua pasien ini adalah pasien
BPJS mengeluh tidak mendapatkan tindakan di Rumah Sakit di mana
Ibu Aswana di katakan bila di operasi akan buta jadi harus menunggu
dokter ahli dari Jakarta sedangkan pasien tersebut dokter telah
menyampaikan bahwa peralatan medis di Rumah Sakit di sini tidak
lengkap jadi dokter tidak mampu melakukan tindakan operasi
terhadap pasien tersebut

Anda mungkin juga menyukai