Anda di halaman 1dari 23

Askep S.

Integumen
Penyakit Kulit akibat
Jamur

Oleh Kamsari, S.Kep.,Ns.,M.Kep


Latar Belakang
• Infeksi jamur superfisialis termasuk penyakit kulit yang peling
seringdijumpai diseluruh dunia, baik pada indivdu yang sehat maupun
dengan dayatahan tubuh menurun. Sekitar 10-20 % populasi
mengalami infeksi jamursu perfisisalis.
• Meskipun penyakit ini tidak fatal, namun sering bersifat kronisdan
kumat-kumatan, serta dapat menyebabkan gangguan kenyamanan
danmenurunkan kualitas hidup penderitanya
• Dermatofitosis merupakan infeksi jaringan yang mengandung
keratin,disebabkan oleh jamur dermatofita. Infeksi dermatofitosis
dikenal dengannama tinea, diklsifiksikan sesuai lokasi anatomik
• Salah satu masalah kulit akibat jamur
yg sering adalah Tinea pedis
Tinea Pedis
• Insidensi Tinea pedis cukup tinggi di Indonesia,
bahkan di seluruh dunia, karena menyerang
masyarakat luas. Kelainan ini dapat bersifat akut atau
menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang
berlangsung seumur hidup (Budimulja, 1999).
• Kondisi geografis Indonesia yang merupakan daerah
tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi akan
memudahkan tumbuhnya jamur, sehingga infeksi oleh
jamur di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara
sering ditemukan. Oleh karena itu, golongan penyakit
kulit karena infeksi jamur menempati urutan kedua
terbanyak dari insiden penyakit kulit.
• Sebagai tenaga kesehatan khususnya peran
perawat dalam menangani kasus penyakit kulit
yaitu memberikan pendidikan kesehatan
terhadap masyarakat tentang kebiasaan pola
hidup yang menyebabkan penyakit kulit dan
berbagai upaya untuk mengurangi dan
mencegah penyakit kulit.
•Apa itu Tinea Pedis????
Definisi
• Tinea pedis atau kaki atlet adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh
semacam jamur yang disebut fungus. Jamur yang menyebabkan tinea
pedis menyukai kulit yang lembab dan hangat di antara jari kaki dan
seringkali memburuk dalam cuaca panas.
• Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai
sela jari dan telapak kaki sedangkan yang terdapat pada bagian dorsal
pedis dianggap sebagai tinea korporis.
• Keadaan lembab dan hangat pada sela jari kaki karena bersepatu dan
berkaos kaki disertai daerah tropis yang lembab mengakibatkan
pertumbuhan jamur makin subur.
• Efek ini lebih nyata pada sela jari kaki keempat dan kelima, dan lokasi ini
paling sering terkena. Kenyataaannya, tinea pedis jarang ditemukan pada
populasi yang tidak menggunakan sepatu. Sinonim dari tinea pedis
adalah foot ringworm, athlete foot, foot mycosis.
Etiologi
Jamur penyebab tinea pedis yang paling umum ialah
Trichophyton rubrum (paling sering), T. interdigitale,
T. tonsurans (sering pada anak) dan
Epidermophyton floccosum.
T. rubrum lazimnya menyebabkan lesi yang
hiperkeratotik, kering menyerupai bentuk sepatu
sandal (mocassinlike) pada kaki; T. mentagrophyte
seringkali menimbulkan lesi yang vesikular dan lebih
meradang sedangkan E. floccosum bisa
menyebabkan salah satu diantara dua pola lesi
diatas.
Patofisiologi
• Jamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi
jaringan keratin. Jamur harus tahan terhadap efek sinar ultraviolet,
variasi suhu dan kelembaban, persaingan dengan flora normal, asam
lemak fungistatik dan sphingosines yang diproduksi oleh keratinosit.
Setelah proses adheren, spora harus tumbuh dan menembus stratum
korneum dengan kecepatan lebih cepat daripada proses proses
deskuamasi.
• Proses penetrasi ini dilakukan melalui sekresi proteinase, lipase, dan
enzim musinolitik, yang juga memberikan nutrisi. Trauma dan maserasi
juga membantu terjadinya penetrasi. Mekanisme pertahanan baru
muncul setelah lapisan epidermis yang lebih dalam telah dicapai,
termasuk kompetisi dengan zat besi oleh transferin tidak tersaturasi
dan juga penghambatan pertumbuhan jamur oleh progesteron. Di
tingkat ini, derajat peradangan sangat tergantung pada aktivasi sistem
kekebalan tubuh.
• Keadaan basah dan hangat dalam sepatu
memainkan peran penting dalam pertumbuhan
jamur. Selain itu hiperhidrosis, akrosianosis dan
maserasi sela jari merupakan faktor predisposisi
timbulnya infeksi jamur pada kulit.
• Sekitar 60-80% dari seluruh penderita dengan
gangguan sirkulasi (arteri dan vena) kronik akibat
onikomikosis dan/atau tinea pedis. Jamur
penyebab ada di mana-mana dan sporanya tetap
patogenik selama berbulan-bulan di lingkungan
sekitar manusia seperti sepatu, kolam renang,
gedung olahraga, kamar mandi dan karpet.
Manifestasi klinis
• Tinea pedis yang tersering adalah bentuk interdigitalis. Di antara jari IV danjari
V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis, dapat meluas ke bawah jari
(subdigital) dan telapak kaki. Kelainan kulit berupa kelompok vesikel. Sering
terjadi maserasi pada sela jari terutama sisi lateral berupa kulit putih dan
rapuh, berfisura dan sering disertai bau. Bila kulit yang mati dibersihkan, akan
terlihat kulit baru yang pada umumnya telah diserang jamur.
• Bentuk klinis ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan
sedikit keluhan atau tanpa keluhan. Pada suatu ketika dapat disertai infeksi
sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis dan
erisipelas, dengan gejala-gejala konstitusi. Bentuk lain ialah moccasin foot, tipe
papuloskuamosa hiperkeratotik yang menahun.
• Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit
menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada
bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang
vesikel. Sering terdapat di daerah tumit, telapak kaki, dan kaki bagian lateral,
dan biasanya bilateral.
Pemeriksaan Diagnostik
• Umumnya dermatofitosis pada kulit memberikan morfologi yang khas yaitu
bercak-bercak yang berbatas tegas disertai efloresensi-efloresensi yang lain,
sehingga memberikan kelainan-kelainan yang polimorfik, dengan bagian
tepi yang aktif serta berbatas tegas sedang bagian tengah tampak tenang.
• Gejala objektif ini selalu disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal
ini digaruk maka papula-papula atau vesikel-vesikel akan pecah sehingga
menimbulkan daerah yang erosit dan bila mengering jadi krusta dan
skuama. Kadang-kadang bentuknya menyerupai dermatitis (ekzema
marginatum), tetapi kadang-kadang hanya berupa makula yang
berpigmentasi saja (Tinea korporis) dan bila ada infeksi sekunder
menyerupai gejala-gejala pioderma (impetigenisasi).
• Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakan diagnosa terdiri atas
pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan lain misalnya
pemeriksaan histopatologik, percobaan binatang, dan imunologik tidak
diperlukan.
Penatalaksanaan medis
1. Salep anti jamur untuk dioleskan di tempat jamur tersebut.
2. Banyak tersedia berbagai salep anti jamur dan dijual secara
bebas
3. Pengolesan salep sebaiknya setelah mandi, dan dalam
kondisi kaki yang kering, sehingga salep dapat menempel
dengan baik di kulit.
Pencegahan Tinea Pedis
• Infeksi tinea pedis merupakan infeksi yang dapat menyerang kembali jika
Anda tidak menjaga kebersihan dan kesehatan kaki. Salah satu tindakan
pencegahan yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi atau terinfeksi
kembali adalah dengan menggunakan obat topikal antijamur secara rutin.
Beberapa tindakan lain yang dapat dilakukan adalah:
• - Memastikan kaki dalam keadaan kering dengan membatasi penggunaan
sepatu yang terlalu ketat dan sempit.
• - Menggunakan bedak anti jamur pada kaki yang terinfeksi untuk
mencegah infeksi tinea pedis kembali.
• - Menjaga agar kuku kaki selalu pendek atau terpotong rapi. Gunakan
gunting kuku yang berbeda dengan gunting kuku yang Anda gunakan
untuk area yang sedang terinfeksi.
• Gunakan kaos kaki yang terbuat dari bahan yang ringan
dan dapat menyerap kelembapan serta rutin mengganti
kaos kaki jika kaki mulai terasa lembap.
• - Kurangi berjalan tanpa alas kaki di fasilitas umum, seperti
kolam renang dan kamar mandi umum. Gunakan sandal
agar kaki yang lembap tidak berada di dalam kondisi
tertutup.
• - Gunakan pemutih klorin dalam larutan pembersih kaos
kaki atau larutan pembersih lantai, bak mandi, lantai
kamar mandi, dan permukaan konter untuk mencegah
penyebaran infeksi jamur.
• - Hindari menggunakan sepatu yang sama atau sepatu
bekas secara bergantian untuk mengurangi sekaligus
menghindari risiko penularan infeksi jamur dari orang
yang terinfeksi tinea pedis.
• - Jagalah selalu kebersihan kaos kaki dan sepatu Anda,
serta hindari juga penggunaan handuk secara
bergantian.
• Daerah di sekitar perut dan paha bagian dalam adalah
area yang paling rentan terhadap penyebaran infeksi
tinea pedis begitu juga dengan infeksi bakteri pada luka
akibat infeksi ini. Infeksi juga dapat menyebar ke kuku
sehingga penting bagi pasien untuk mencegah dan
mengobati penyakit tinea pedis sedini mungkin.
Pengkajian
• Per sistem
• Head to Toe
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• 1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
sensasi gatal ditandai oleh terdapat ruam di sela-
sela jari kaki.
• 2. Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan timbulnya lesi ditandai oleh pasien
menggaruk bagian yang gatal.
• 3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien tentang penyakitnya ditandai
oleh klien bertanya kepada petugas tentang
penyebab penyakitnya.
INTERVENSI
• 1. Gangguan rasa nyaman b.d dengan sensasi gatal ditandai
oleh terdapat ruam di sela- sela jari kaki.
• NOC :
• • Meningkatkan status kenyamanan klien.
• Kriteria Hasil :
• • Klien mengatakan lebih nyaman.
• • Klien mengatakan gatal berkurang.
• NIC:
• • Anjurkan klien untuk mempertahnkan kebersihan dan
kelembaban di sela- sela jari kaki.
• • Kolaborasi pemberian obat topikal untuk mengurangi gatal.
• Mencegah infeksi yang semakin parah.
• Gangguan integritas kulit berhubungan dngan timbulnya lesi pada kulit
ditandai oleh klien menggaruk bagian yang gatal.
• NOC:
• • Mengembalikan integritas kulit kembali normal.
• Kriteria Hasil:
• • Tidak terdapat lesi pada kulit klien.
• • Integritas kulit kembali normal.
• NIC
Perawatan area insisi:
• -Kaji adanya kemerahan, pembengkakan.
• • Perawatan luka :
• -Inspeksi luka pada setiap mengganti balutan, kaji luka, dan ajarkan perawatan
luka.
• • Kolaborasi dokter mengenai pemberian obat.
-untuk mengetahui tingkat kerusakan kulit klien
-untuk mencegah terjadinya resiko infeksi kulit.
-untuk membatu dalam pengobatan klien.
• Ansietas b.d kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya ditandai
dengan klien bertanya kepada petugas tentang penyebab penyakitnya.
• NOC:
• Mengembalikan kontrol kecemasan klien.
• • Meningkatkan koping klien terhadap kecemasan.
• Kriteria Hasil:
• Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
• • Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukan berkurangnya kecemasan
• NIC
• • Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
• • Jelaskan tentang penyakit yang diderita pasien serta penyebabnya
• 1. Agar klien dapat mengtahui tindakan yang akan dilakukan
• 2. Agar klien dapat mencegah penyakit yang sam terulang kembali
Evaluasi
• S: Klien menyatakan sudah mereda
tentang penyakit nya.
• O: Klien tampak tenang.
• A: Masalah teratasi sebagian.
• P: Lanjutkan intervensi
•Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai