SISTEM INTEGUMEN
HEKTING
WOUND CARE
Tujuan Instruksional
Dasar teori
Kulit merupakan system tubuh yang paling besar. Pada dasarnya kulit terdiri dari tiga bagian,
yaitu bagian luar (epidermis), bagian tengah (dermis), dan bagian dalam (lapisan lemak subkutan)
yang disebut juga hypodermis. Beberapa organ tambahan terdapat pada kulit yaitu rambut, kuku,
kelenjar sebasea, dan dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar apokrin yang terdapat pada aksila
dan selangkangan dekat folikel rambut dan kelenjar endokrin yang terletak pada sebagian besar
tubuh (kecuali bibir). Untuk mengetahui lebih jelas gambaran tentang lapisan kulit ini.
Secara umum, kulit berfungsi untuk melindungi jaringan di bawahnya, sebagai persepsi
sensori, pengatu rsuhu tubuh dan tekanan darah, sintesis vitamin, serta sebagai tempat
pengeluaran/sekresi keringat.
Tujuan pengkajian di sini adalah mengetahui kondisi kulit, rambut, dan kuku. Pengkajian kulit
dimulai dengan mengumpulkan data riwayat kesehatan yang meliputi informasi kulit, rambut, dan
kuku. Dalam mengkaji kulit, perawat perlu mengetahui bahwa kelainan kulit dapat berkaitan atau
disebabkan oleh gangguan system yang lain. Sebagai contoh, warna kulit dapat berubah menjadi
kuning (ikterik) pada beberapa gangguan hati. Penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol
dapat mengalami gangguan kulit berupa kematian sel-sel kulit.
Riwayat Kesehatan
Untuk mengkaji pola sehat-sakit, pertanyaan yang diajukan meliputi masalah kesehatan
sekarang, masalah kesehatan dahulu, status kesehatan keluarga, dan status perkembangan. Dalam
mengkaji riwayat kesehatan sekarang, pola PQRST dapat digunakan untuk menanyakan keluhan
pasien. Untuk informasi masalah kesehatan dahulu, dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
masalah kesehatan yang pernah dialami, misalnya demam, pernapasan, atau pencernaan. Riwayat
alergi pasien juga ditanyakan, apakah pasien alergi terhadap obat, makanan, kosmetik, dan lain-lain.
Status kesehatan keluarga ditanyakan, apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan kulit,
kapan mulainya, dan adakah anggota keluarga yang mempunyai riwayat alergi. Bila pasien masih
berusia muda (anak-anak), pasien hamil, atau lansia, pertanyaan yang berkaitan dengan status
perkembangannya juga diajukan.
Kebiasaan pasien dan aktivitas sehari-hari pasien ditanyakan, misalnya kebersihan diri,
lingkungan pasien yang dapat menimbulkan gangguan kulit, dan gaya hidup pasien yang berkaitan
dengan gangguan kulit. Setelah rasa percaya pasien muncul, pertanyaan lebih dalam yang berkaitan
dengan gangguan kulit dapat diajukan, misalnya apakah gangguan kulit mempengaruhi aktivitas
sehari-hari atau mempengaruhi perannya sebagai mahasiswa, orang tua, istri/suami, dan lain-lain.
Agar data yang diperoleh dalam pengkajian benar-benar tepat, pengkajian harus dilakukan
dengan pencahayaan yang memadai. Kulit harus dikaji secara menyeluruh dan tidak terbatas pada
lokasi abnormal saja. Dalam pelaksanaannya, kulit dapat dikaji bersama-sama sewaktu mengkaji
bagian tubuh yang lain. Perawat seringkali dapat mendeteksi adanya gangguan kulit karena adanya
kesempatan untuk mengadakan kontak dengan pasien. Pengkajian kulit juga dapat dilakukan
sewaktu perawat membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan kebersihan diri. Bagi pasien yang
harus tirah baring atau yang mengalami gangguan mobilitas, perawat secara teratur juga harus
mengkaji kondisi kulit untuk mengamati adanya tanda-tanda luka tekan/dekubitus. Untuk
mempermudah kita dalam mendeteksi gangguan ini, kita dapat menggunakan alat / format
pengkajian yang sudah disepakati bersama.
1. Inspeksi kulit untuk mengetahui warna kulit, jaringan parut, lesi, dan kondisi
vaskularisasi superficial. Data inspeksi untuk mendeteksi luka tekan dapat dinyatakan
dengan akurat, misalnya dengan menggunakan klasifikasi EPUAP.
2. Palpasi kulit untuk mengetahui suhu kulit, tekstur (halus, kasar), mobilitas/turgor, dan
adanya lesi.
3. Inspeksi dan palpasi kuku dan catat warna, bentuk, dan setiap ketidaknormalan/lesi.
4. Inspeksi dan palpasi rambut dan perhatikan jumlah, distribusi, dan teksturnya.
contoh soal
pasien seorang umur 26 th mengalami masalah pada kulit mengalami kemerahan pada lengan
kanan apa evaluasinya? terdapat ggn warna kulit pada tangan sebelah kanann
Contoh soal
seorang laki2 26 th luka ditangan kanan tampak warna merah sampai ke dermis, skala
nyeri 7 perawat melakukan klasifikasi pengkajian EPUAP. apa dokumentasinya. ?
Klasifikasi EPUAP Tingkat 2
Area terbuka,
genitalia, jaringan
parut, sering
Hemokromatosis
menyeluruh.
Deposisi melanin
hemosiderin
Hemoglobin
abnormal
Bibir, mukosa
Methemoglobinemia mulut, lidah, kuku
didapat/congenital;
sulfhemoglobinemia
Merah Peningkatan
visibilitas
oksihemoglobin
karena:
- Dilatasi atau
peningkatan
jumlah Demam, alcohol, Wajah dan dada
pembuluh darah peradangan local atas atau daerah
superficial atau sekitar peradangan
peningkatan
aliran darah
- Penggunaan
oksigen di kulit
menurun
Uremia kronis Akibat retensi Penyakit ginjal kronis Banyak terjadi pada
kromogen urinaria area terbuka,
mungkin
menyeluruh; tidak
mengenai
konjungtiva dan
selaput lender
lainnya
- Kelainan
bawaan tidak Albinisme Kekurangan pigmen
dapat pada rambut, kulit,
membentuk mata.
melanin
- Kehilangan
melanin Tidak sempurna,
simetris sering pada
area yang terbuka
Vitiligo
Dada, punggung
atas, leher.
Kemunduran
Tinea versikolor
visibilitas
(infeksi jamur yang
oksihemoglobin
umum)
- Aliran darah Sering pada wajah,
menurun dalam konjungtiva, mulut,
aliran darah kuku
superficial
- Kadar Sering pada wajah,
oksihemoglobin konjungtiva, mulut,
Sinkop, syok beberapa kuku
menurun
Edema variasi normal Area yang dalam
Anemia
Sindrom nefrotik
CHECKLIST PENILAIAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
PRAINTERAKSI
2. Cuci tangan
3. Siapkan peralatan
ORIENTASI
TAHAP KERJA
3. Dekatkan peralatan
TERMINASI
3. Berikan reinforcement
5. Cuci tangan
DOKUMENTASI
Keterangan:
0 = Tidak dilakukan
2 = dilakukan sempurna
Indramayu,
Penguji
……………….
SOP REVISI
Tujuan Instruksional
Dasar teori
Kulit merupakan system tubuh yang paling besar. Pada dasarnya kulit terdiri dari tiga bagian,
yaitu bagian luar (epidermis), bagian tengah (dermis), dan bagian dalam (lapisan lemak subkutan)
yang disebut juga hypodermis. Beberapa organ tambahan terdapat pada kulit yaitu rambut, kuku,
kelenjar sebasea, dan dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar apokrin yang terdapat pada aksila
dan selangkangan dekat folikel rambut dan kelenjar endokrin yang terletak pada sebagian besar
tubuh (kecuali bibir). Untuk mengetahui lebih jelas gambaran tentang lapisan kulit ini.
Secara umum, kulit berfungsi untuk melindungi jaringan di bawahnya, sebagai persepsi
sensori, pengatu rsuhu tubuh dan tekanan darah, sintesis vitamin, serta sebagai tempat
pengeluaran/sekresi keringat.
Tujuan pengkajian di sini adalah mengetahui kondisi kulit, rambut, dan kuku. Pengkajian kulit
dimulai dengan mengumpulkan data riwayat kesehatan yang meliputi informasi kulit, rambut, dan
kuku. Dalam mengkaji kulit, perawat perlu mengetahui bahwa kelainan kulit dapat berkaitan atau
disebabkan oleh gangguan system yang lain. Sebagai contoh, warna kulit dapat berubah menjadi
kuning (ikterik) pada beberapa gangguan hati. Penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol
dapat mengalami gangguan kulit berupa kematian sel-sel kulit.
Riwayat Kesehatan
Untuk mengkaji pola sehat-sakit, pertanyaan yang diajukan meliputi masalah kesehatan
sekarang, masalah kesehatan dahulu, status kesehatan keluarga, dan status perkembangan. Dalam
mengkaji riwayat kesehatan sekarang, pola PQRST dapat digunakan untuk menanyakan keluhan
pasien. Untuk informasi masalah kesehatan dahulu, dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
masalah kesehatan yang pernah dialami, misalnya demam, pernapasan, atau pencernaan. Riwayat
alergi pasien juga ditanyakan, apakah pasien alergi terhadap obat, makanan, kosmetik, dan lain-lain.
Status kesehatan keluarga ditanyakan, apakah ada anggota keluarga yang menderita gangguan kulit,
kapan mulainya, dan adakah anggota keluarga yang mempunyai riwayat alergi. Bila pasien masih
berusia muda (anak-anak), pasien hamil, atau lansia, pertanyaan yang berkaitan dengan status
perkembangannya juga diajukan.
Kebiasaan pasien dan aktivitas sehari-hari pasien ditanyakan, misalnya kebersihan diri,
lingkungan pasien yang dapat menimbulkan gangguan kulit, dan gaya hidup pasien yang berkaitan
dengan gangguan kulit. Setelah rasa percaya pasien muncul, pertanyaan lebih dalam yang berkaitan
dengan gangguan kulit dapat diajukan, misalnya apakah gangguan kulit mempengaruhi aktivitas
sehari-hari atau mempengaruhi perannya sebagai mahasiswa, orang tua, istri/suami, dan lain-lain.
Agar data yang diperoleh dalam pengkajian benar-benar tepat, pengkajian harus dilakukan
dengan pencahayaan yang memadai. Kulit harus dikaji secara menyeluruh dan tidak terbatas pada
lokasi abnormal saja. Dalam pelaksanaannya, kulit dapat dikaji bersama-sama sewaktu mengkaji
bagian tubuh yang lain. Perawat seringkali dapat mendeteksi adanya gangguan kulit karena adanya
kesempatan untuk mengadakan kontak dengan pasien. Pengkajian kulit juga dapat dilakukan
sewaktu perawat membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan kebersihan diri. Bagi pasien yang
harus tirah baring atau yang mengalami gangguan mobilitas, perawat secara teratur juga harus
mengkaji kondisi kulit untuk mengamati adanya tanda-tanda luka tekan/dekubitus. Untuk
mempermudah kita dalam mendeteksi gangguan ini, kita dapat menggunakan alat / format
pengkajian yang sudah disepakati bersama.
5. Inspeksi kulit untuk mengetahui warna kulit, jaringan parut, lesi, dan kondisi vaskularisasi
superficial. Data inspeksi untuk mendeteksi luka tekan dapat dinyatakan dengan akurat,
misalnya dengan menggunakan klasifikasi EPUAP.
6. Palpasi kulit untuk mengetahui suhu kulit, tekstur (halus, kasar), mobilitas/turgor, dan adanya
lesi.
7. Inspeksi dan palpasi kuku dan catat warna, bentuk, dan setiap ketidaknormalan/lesi.
8. Inspeksi dan palpasi rambut dan perhatikan jumlah, distribusi, dan teksturnya.
Merah Peningkatan
visibilitas
oksihemoglobin
karena:
- Dilatasi atau Demam, alcohol, Wajah dan dada
peningkatan peradangan local atas atau daerah
jumlah pembuluh sekitar peradangan
darah superficial
atau peningkatan
aliran darah
- Penggunaan
oksigen di kulit Lingkungan yang dingin Area yang terkena
menurun dingin (mis: telinga)
Uremia kronis Akibat retensi Penyakit ginjal kronis Banyak terjadi pada
kromogen urinaria area terbuka,
mungkin
menyeluruh; tidak
mengenai
konjungtiva dan
selaput lender
lainnya
Warna Penurunan kadar
berkurang melanin
- Kelainan bawaan Albinisme Kekurangan pigmen
tidak dapat pada rambut, kulit,
membentuk mata.
melanin
- Kehilangan Tidak sempurna,
melanin Vitiligo simetris sering pada
area yang terbuka
Dada, punggung
atas, leher.
Tinea versikolor
(infeksi jamur yang
Kemunduran umum)
visibilitas
oksihemoglobin Sering pada wajah,
- Aliran darah konjungtiva, mulut,
menurun dalam Sinkop, syok beberapa kuku
aliran darah variasi normal Sering pada wajah,
superficial konjungtiva, mulut,
- Kadar Anemia kuku
oksihemoglobin Area yang dalam
menurun
CHECKLIST PENILAIAN
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM INTEGUMEN
Nama Mahasiswa :
NIM :
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
Pre Interaksi
1. Cek dokumentasi klien
2. Cuci tangan
3. Siapkan peralatan
Orientasi
1. Beri salam dan panggil pasien dengan nama kesukaannya,
perkenalkan nama perawat jika merupakan pertemuan
pertama.
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya kegiatan
Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
2. Tanyakan keluhan yang dirasakan
3. Dekatkan peralatan
4. Jaga privacy klien
5. Inspeksi kulit untuk mengetahui warna kulit, jaringan parut,
lesi, dan kondisi vaskularisasi superficial.
6. Palpasi kulit untuk mengetahui suhu kulit, tekstur (halus, kasar),
mobilitas/turgor, dan adanya lesi.
7. Inspeksi dan palpasi kuku dan catat warna, bentuk, dan setiap
ketidaknormalan/lesi.
8. Inspeksi dan palpasi rambut dan perhatikan jumlah, distribusi,
dan teksturnya.
Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Menyimpulkan hasil kegiatan
3. Berikan reinforcement
4. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
5. Cuci tangan
Dokumentasi
1. Catat kondisi dan respon pasien sebelum, selama, dan sesudah
tindakan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
LOKALISASI TAKTIL
NILAI
No ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
Persiapan
1 Persiapan alat:
a. Pensil yang tumpul ujungnya
b. Spidol
c. Penggaris
2 Persiapan Klien:
a. Menjelaskan maksud dan tujuan
b. Menjelaskan prosedur tindakan
c. Posisi klien diatur sesuai kebutuhan
Tahap Pelaksanaan
3 a. Perawat mencoba mengarahkan atau
menyentuh pada bagian tubuh klien dengan
pensil tumpul dan penggaris
b. Klien diminta untuk merespon dan menandai
bagian tubuh yang disentuh dengan
menggunakan spidol
Tahap Evaluasi
a. Mencuci tangan
b. Dokumentasikan hasil tindakan keperawatan
yang mencakup: respon klien, tindakan yang
dilakukan, keadaan umum klien, hasil
observasi.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE (SOP)
PENILAIAN SUHU
YA TIDAK
1. Pre Interaksi
- Kiri : panas
- Tengah : biasa
- Kanan : dingin
a. Subjek akan diberikan intruksi untuk
memasukkan tangan kiri kedalam baskom yang
berisi air hangat dan tangan kanan yang berisi air
dingin
b. Lalu kedua tangan dibiarkan selama 10 detik
c. Kemudian setelah 10 detik secara bersamaan
kedua tangan dimasukkan ke baskom yang
berada ditengah yang berisi air biasa
d. Dan klien akan diminta merasakan perbedaan
antara tangan kanan dan kiri setelah di masukkan
ke baskom yang berisi air biasa
e. Setelah percobaan klien merasakan tangan
berubah menjadi netral
4. Terminasi
TOTAL
PENILAIAN STEOGNOSTIK
NILAI
1. Pre Interaksi
4. Terminasi
TOTAL
THERMOREGULASI
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
1. Tahap Pre Interaksi
a. Mengecek rekam medic klien
b. Mempersiapkan alat:
- Thermometer air raksa
- Air es
- Handuk
- Kapas
- Alcohol 70%
- Thermometer kamar
c. Mencuci tangan
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik
b. Melakukan kontrak (waktu, tempat, topic)
a. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah tindakan
3. Tahap Kerja
a. Klien tidur terlentang dengan badan bagian atas
terbuka. Fossa axilaris dikeringkan lebih dulu dengan
handuk supaya keringat jangan membasahi
thermometer
b. Thermometer klinis dimasukan ke dalam fossa axilaris
dan sebelum thermometer dipakai perhatikan apakah
air raksa dalam thermometer telah turun sampai ±
35o C. bila tidak maka air raksa diturunkan lebih
dahulu.
c. Lengan atas diaduksi pada thoraks, dengan demikian
terjadi di sekitar tempat air raksa suatu ruangan yang
tertutup, beberapa saat kemudian suhu mendekati
suhu darah. Ini disebabkan oleh karena panas darah
diteruskan dengan lambat melalui kulit pada
thermometer.
d. Thermometer dibiarkan selama ± 10 menit di dalam
fossa axilaris kemudian dibaca
e. Air raksa dalam thermometer diturunkan dan
thermometer dibersihkan dengan alcohol
f. Thermometer dimasukkan dalam mulut, hingga ujung
thermometer terletak di bawah lidah
g. Mulut ditutup rapat, biarkan 10 menit di dalam mulut,
ambil thermometer dari mulut kemudian dibaca
Sekarang klien bernafas dengan tenang melalui mulut
terbuka. Sesudah air raksa diturunkan, maka
letakkanlah thermometer di bawah lidah.
h. Berapakah temperature sesudah 5 menit dan
berapakah sesudah 10 menit dengan tiada
menurunkan air raksa terlebih dahulu.
i. Sekarang berkumurlah selama 1 menit dengan air es
kemudian thermometer dipasang lagi seperti
percobaan h sesudah air raksa diturunkan lebih dulu.
Pembacaan dilakukan pula seperti percobaan di atas.
j. Percobaan a – d diulangi dengan klien yang berbeda
k. Amati hasil pengukuran suhu badan tersebut dan
jelaskan mengapa terjadi perubahan suhu/perbedaan
suhu tersebut.
4. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi perasaan klien
b. Melakukan kontrak yang akan datang (waktu, tempat,
topic)
c. Mencuci tangan
2. TERMOMETER 2 MASUKAN KE BWH LIDAH,TUTUP MULUT, HTG 1O DTK LHAT HASIL TURUNKAN
SUHU TERMOMETER
3. PASIEN SURUH BERNAPAS BIASA DGN BUKA MULUT STLH BERNAPAS, TERMOMETER 2 MASUKAN
LAGI KE LIDAH, TUNGGU 5 MNT LIHAT HASIL, MASUKAN LAGI TERMO 2 KE LIDAH TUNGGU 10 MNT
4. PASIEN KUMUR2 DG AIR ES, TARO TERMO 2 DI LIDAH TUNGGU 5 MENIT, JGN DITURUNKAN
SUHUNYA, MASUKAN LAGI TERMO 2 KE MULUT TUNGGU 10 MNT. LIHAT HASIL NYA.
6. SELESAI
INSTRUMEN UJI KOMPETENSI
A. Penilaian Keterampilan
No Elemen Kompetensi Indikator Penilaian Ya Tidak
No Persyaratan Tindakan
Kemampuan Kritikal
No Kemampuan Kritikal
1 Cuci tangan.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………..………………………………………………………………………………………
Indramayu, …………………………………..
Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur
(……………………………..) (…………………………………….)
Keterangan :
1. Untuk penilaian pengetahuan yang mendukung, criteria yang digunakan sebagai berikut:
100 : bila semua jawaban benar
80 : bila 80 % jawaban benar
60 : bila 60 % jawaban benar
40 : bila 40 % jawaban benar
20 : bila 20 % jawaban benar
0 : bila tidak ada jawaban benar
2. Untuk penilaian sikap, kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
4 : selalu
3 : sering
2 : kadang-kadang
1 : jarang
0 : tidak pernah
LEMBAR PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI
Institusi :
Semester :
Tanggal Ujian :
Mata Kuliah :
No Komponen Penilaian
Penskoran Komentar
(Aspek Yang Dinilai)
Nilai Akhir = (skor I x bobot) + (skor II x bobot) + (skor III x bobot) = …………………………….
Keterangan
Pembobotan aspek kognitif dan afektif dapat disesuaikan dengan karakteristik masing -masing
keterampilan.
Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur
(……………………………………….) (…………………………………………)
SOP
HECTING
Tujuan
Perbaikan integritas fisik dan fungsi jaringan yang cedera tanpa timbul infeksi dan jaringan parut
minimal, serta mempercepat proses penyembuhan.
Persiapan Alat
1. Set hecting (pinset chirurgis 1, surgical scissors 1, klem arteri 2, naldvoeder 1, scapel
handel dan scapel blade, surgical neddle, duk klem, duk lubang, spuit 3 cc/5 cc).
2. Lidokain 2%.
3. Betadin 10%.
4. Alcohol.
5. Kasa steril.
6. Betadine.
7. Benang/suture.
8. Hanskun /sarung tangan sekali pakai.
9. Handskun/ sarung tangan steril.
10. Gunting perban (bandage scissors)
11. Nierbeken/bengkok.
12. Larutan pembersih (NaCl)
13. Korentang.
Persiapan Klien
Klien atau keluaga diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
Prosedur Kerja
1. Mengubah posisi pada posisi yang nyaman.
2. Mencuci tangan sebelum melakukan prosedur.
3. Menggunakan sarung tangan.
4. Membuka spuit dari tempatnya dan memasukkan lidokain (sesuai dengan kebutuhan)
kemudian memasukkan ke dalam bak instrument.
5. Mengukur area di sekitar luka.
6. Melakukan tindakan antiseptic dengan menggunakan betadine 10%.
7. Memasang duk bolong.
8. Melakukan anestesi intradermal local melalui marjin luka atau dengan blok regional.
9. Melakukan irigasi perlahan dengan menggunakan larutan NaCl.
10. Membuang jaringan mati/nekrosis dan benda asing lainnya.
11. Meratakan tepi luka dengan melakukan insisi.
12. Mengklem dan mengikat pembuluh darah yang mengalami perdarahan.
13. Melakukan penjahitan luka (jahitan sesuai keadaan luka).
14. Membersihkan luka dan area sekitar luka.
15. Memberikan betadine/salep antimikrobal.
16. Memasang balutan sesuai kondisi luka.
17. Membersihkan dan merapikan alat-alat.
18. Mencuci tangan setelah melakukan prosedur.
19. Mendokumentasikan (jenis luka, ukuran luas, waktu pelaksanaan, jenis jahitan, jumlah
jahitan dan obat-obatan).
FORMAT PENILAIAN OSPE
(OBJECTIVE STRUCTURE PRACTICAL EXAMINATION)
TINDAKAN
NO ASPEK YANG DINILAI
YA TIDAK
1. TAHAP PREINTERAKSI
a. Menyiapkan dan mendekatkan alat-alat ke klien
b. Mencuci tangan
c. Memakai sarung tangan jika perlu
2. TAHAP ORIENTASI
a. Memberikan salam dan tersenyum kepada klien (BHSP)
b. Menjelaskan prosedur dan tujuan yang akan dilakukan
c. Menjelaskan waktu yang akan dibutuhkan dalam
prosedur tindakan.
d. Menjaga privasi klien dengan memasang tirai
e. Mengatur posisi klien sesuai indikasi.
3. TAHAP KERJA
a. Mengubah posisi yang nyaman.
b. Mencuci tangan sebelum melakukan prosedur.
c. Menggunakan sarung tangan bersih
d. Membuka spuit dari tempatnya dan memasukkan
lidokain (obat bius lokal) (sesuai dengan kebutuhan)
kemudian memasukkan ke dalam bak instrument.
e. Mengukur area disekitar luka. (panjang berapa cm)
f. Melakukan tindakan antiseptic dengan menggunakan betadine
10%. / larutan NaCl
g. Memasang duk bolong. steril
h. Melakukan anestesi intradermal local melalui marjin
luka atau dengan blok regional. injeksi lebih dari marjin
luka (ujung batas luka) sekitar 0,5 -1 cm, (sudut 45
derajat lalu turun terus luruskan tarik spuit masukan
obat). untuk mengetes efektifitas obat bius bisa dicubit
cubit sedikit di area injeksi obat bius pake pinset
i. Melakukan irigasi perlahan menggunakan larutan Nacl.
jika luka besar bisa di guyur jika kecil bisa pake kapas.
j. Membuang jaringan mati/nekrosis dan benda asing lainnya.
k. Meratakan tepi luka dengan melakukan insisi
(pemotongan pada luka yg tidak rapi)
l. Mengklem dan mengikat pembuluh darah yang
mengalami perdarahan.( kalo ada pendarahan )
m. siapkan jarum hekting, Melakukan penjahitan luka
(jahitan sesuai keadaan luka).
n. Membersihkan luka dan area sekitar luka.
o. Memberikan betadine/salep antimicrobial pada kasa.
p. Memasang balutan sesuai dengan kondisi luka.
q. Membersihkan dan merapikan alat-alat.
r. Mencuci tangan setelah melakukan prosedur.
4. TAHAP TERMINASI
a. Mengkaji respons klien setelah luka dijahit.
b. Melakukan kontrak waktu dengan klien
c. Mengakhiri kegiatan dengan baik
d. Melakukan pendokumentasikan (jenis luka, ukuran luka,
waktu pelaksanaan, jenis jahitan, jumlah jahitan, dan
obat-obatan yang diberikan).
a. kondisi luka,
b. area luka, (panjang, lebar,kedalaman)
c. jenis luka, (luka sobek, luka lurus, luka bergerigi, luka zigzag)
d. jenis jahitan, (tunggal,dll)
e. jumlah jahitan,
f. waktu pelaksanaan
g. jenis obat yang diberikan
h. INSTRUMEN UJI KOMPETENSI
(……………………………..) (…………………………………….)
Keterangan :
1. Untuk penilaian pengetahuan yang mendukung, kriteria yang digunakan sebagai berikut:
100 : bila semua jawaban benar
80 : bila 80 % jawaban benar
60 : bila 60 % jawaban benar
40 : bila 40 % jawaban benar
20 : bila 20 % jawaban benar
0 : bila tidak ada jawaban benar
2. Untuk penilaian sikap, kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
4 : selalu
3 : sering
2 : kadang-kadang
1 : jarang
0 : tidak pernah
LEMBAR PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI
INSTITUSI :
NAMA PESERTA DIDIK :
NIM/SEMESTER :
TANGGAL UJIAN :
MATA KULIAH :
SUBKOMPETENSI/KETERAMPILA : Melakukan perawaan luka (hecting).
N
TUJUAN PEMBELAJARAN : Peserta didik mampu melakukan perawaan
luka (hecting).
Keterangan : Untuk pembobotan aspek kognitif dan afektif dapat disesuaikan dengan karakteristik
masing-masing keterampilan.
Mahasiswa, Pembimbing/Instruktur
(……………………………………….) (…………………………………………)
NIM : …………………………………. NIK : ……………………………………..
B. PENYEBAB
Penyebab gangrene adalah multifaktor. Namun ada beberapa mekanisme yang
mempengaruhi, Yaitu:
1. Neuropati Diabetik
Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah yang bisa
merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri
pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang tidak
terasa.
Gejala-gejala Neuropati : Kesemitan, rasa panas (wedangan : bahasa jawa), rasa tebal
ditelapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari.
2. Angiopati diabetik
Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah menyempit dan
tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah
sedang/ besar pada tungkai maka tungkai akan mudah mengalami gangren diabetik
yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun angiopati
menyebabkan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik terganggu sehingga
menyebabkan kulit sulit sembuh.
3. Infeksi
Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik (neoropati)
1. Stadium 1
Luka dikatakan stadium 1 jika warna dasar luka merah dan hanya melibatkan
lapisan epidermis. Epidermis masih utuh. Epidermis hanya mengalami perubahan
warna kemerahan.
2. Stadium 2
Luka dikatakan stadium 2 jika warna dasar luka merah dan melibatkan laposan
epidermis-dermis. Luka menyebabkan epidermis terpisah dari dermis dan/atau
mengenai sebagian dermis (partial-thickness). Biasanya disertai adanya bula atau
blister.
3. Stadium 3
Luka dikatakan stadium 3 jika warna dasar luka merah dan lapisan kulit mengalami
kehilangan epidermis, dermis, hingga sebagian hypodermis (full-thickness). Pada
proses penyembuhan luka, kulit akan menumbuhkan lapisan-lapisanyang hilang
(granulasi) sebelum menutup (epitelisasi).
4. Stadium 4
Luka dikatakan stadium 4 jika warna dasar luka merah dan lapisan kulit mengalami
kerusakan dan kehilanganlapisan epidermis, dermis, hingga seluruh hypodermis, dan
mengenail otot dan tulang (deep full-thickness). Undemining (gua) dan sinus masuk
ke dalam stadium 4.
5. Unstageable
Luka dikatakan tidak dapat ditentukan stadiumnya (unstageable) jika warna dasar
luka kuning atau hitam dan merupakan jaringan mati (nekrosis), terutama jika
jaringan nekrosis ≥ 50% berada di dasar luka. Dasar luka yang nekrosis dapat dinilai
stadiumnya setelah ditemukan dasar luka merah (granulasi) dengan pembuluh darah
yang baik.
D. WARNA DASAR LUKA
Luka dapat dibedakan berdasarkan warna dasar luka atau penampilan klinis luka
(clinical appearance). Klasifikasi ini juga dikena; dengan sebutan RYB (red, yellow,
balck).
1. Hitam (Black)
Warna dasar luka hitam artinya jaringan nekrosis (mati) dengan kecenderungan
keras dan kering. jaringan tidak mendapatkan vaskularisasi yang baik dari tubuh
sehingga mati. Luka dengan warna dasar hitam berisiko mengalami deep tissue injury
atau kerusakan kulit hingga tulang, dengan lapisan epidermis masih terlihat utuh.
Luka terlihat kering, namun sebetulnya itu bukan jaringan sehat dan harus diangkat.
Lakukan debridement.
2. Kuning (Yellow)
Warna dasar luka kuning artinya jaringan nekrosis (mati) yang lunak berbentuk
seperti nanah beku pada permukaan kulit yang sering disebut dengan Slough.
Jaringan ini juga mengalami kegagalan vaskularisasi (tidak ada aliran darah) dalam
tubuh dan memiliki eksudat yang banyak hingga sangat banyak. Pada beberapa kasus
sering ditemukan slough yang keras, yang disebabkan balutan yang tidak lembab.
bersihkan nanah/slough dan lakukan debridement
3. Merah (Red)
Warna dasar luka merah artinya jaringan granulasi dengan vaskularisasi yang baik
dan memiliki kecenderungan mudah berdarah. Warna dasar luka menjadi tujuan
klinisi dalam perawatan luka hingga luka dapat menutup. Hari-hati saat melakukan
perawatan luka dengan warna dasar luka merah yang tidak cerah atau berwarna
pucat karena kemungkinan ada lapisan biofilm yang menutupi jaringan granulasi. yg
harus dibersihkan biofilm nya
4. Pink
Warna dasar luka pink menunjukkan terjadinya proses epitelisasi dengan baik
menuju maturase. Artinya luka sudah menutup, namun biasanya sangat rapuh
seingga perlu untuk tetap dilindungi selama proses maturasi terjadi. Memberikan
kelembapan pada jaringan epitel dapat membantu agar tidak timbul luka baru.
Pembersihan luka secara halus dan perlahan agar tidak terjadi luka kembali
Sedangkan fungsi kerja perawatan luka yang modern saat ini meliputi:
4. ABSORBANT ; fungsi sbg balutan penyerap,bentuk dressing foam, dipakai pada luka
dengan eksudat sedang, memiliki daya serap tinggi. dapat digunakan pada luka
permukaan/luka berongga. adhesive : ada perekat,, non adhesive : tidak ada perekat
5. CALSIUM ALGINATE ; memiliki daya serap pada luka dengan eksudat sedang,
membutuhkan balutan penopang/sekunder
6. ANTI MIKROBIAL/SORBACT ; digunakan pada luka luka infeksi, dan luka pasca
operasi.
2. TRANSPARANT FILM BANDAGE : merekat pada luka kering, tahan air, tidak
digunakan pada luka dg eksudat
5. COHESIVE BANDAGE : dapat melekan satu sama lain, tidak membutuhkan klip
penahan.
tanda dan gejala infeksi REEDA
contoh soal
balutan primer calsium alginate, apa balutan sekundernya? plester bandage, elastis
perban
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
Tidak
No Kegiatan Dikerjakan
Dikerjakan
A. Pengkajian
B Intervensi
1. Persiapan Alat
sebelum tindakan
Memposisikan pasien senyaman mungkin
3. Tahap Kerja REEDA
D. Evaluasi
2. Perhatian :
- Perhatikan teknik aseptik dan antiseptik
- Perhatikan jika ada puss / jaringan nekrotik
Indramayu, ……………………..
Penguji,
(……………………………..)
SOP
Pengertian
Luka bakar adalah bentuk cedera pada kulit akibat trauma oleh panas, listrik, zat kimia atau
zat radioaktif.
Derajat 1
Luka Bakar mengenai lapisan epidermis, nyeri hebat, eritema (kemerahan), tidak terdapat bula, kulit
kering. disebabkan oleh sengatan matahari. terapi : analgetik.
Derajat 2
Luka bakar mengenai lapisan epidermis-dermis, terdapat bulla, dasar luka berwarna merah-pucat,
nyeri, derajat 2 terbagi menjadi derajat 2A dan 2B.
Derajat 2A ; luka bakar dangkal, Penyembuhan sekitar 2 minggu tanpa jaringan parut,(bila tidak ada
infeksi).
Derajat 2B : luka bakar dalam, penyembuhan agak lama, bila luas perlu skin graft.
Derajat 3
Luka bakar sudah mengenai lapisan hipodermis (seluruh lapisan kulit) bahkan sampai ke tulang dan
otot, tidak ada sensasi rasa nyeri karena saraf sensorik pada kulit pun rusak/mati, luka hitam akibat
jaringan menjadi nekrotik.
a. Bak instrument
b. Pinset anatomis
c. Pinset chirurgis
d. Gunting debridemand
e. Kassa steril
f. Kom: 3 buah
g. Spuit 5 cc atau 10 cc
h. Sarung tangan
i. Gunting plester
j. Plester
k. Desinfektant
l. NaCl 0,9%
m. Bengkok 2 buah, 1 buah berisi larutan desinfektant
n. Verband
o. Obat luka sesuai kebutuhan
NIM : ..........................................
TINDAKAN
NO ASPEK PENILAIAN
YA TIDAK
3. Mencuci tangan
B TAHAP ORIENTASI
C TAHAP KERJA
2. Membuka peralatan
D TAHAP TERMINASI
4. Mencuci tangan
KETERANGAN :
YA : Nilai 1
TIDAK : Nilai 0
Nilai Akhir :
Indramayu, ..........................20.....
Penguji
(...................................................)
seorang laki2 dirawat di rs dgn keluhan LB tamak lB lengan dibawah siku, dibagian
dada,perut dan paha, berapa luas LB nya?
4,5+18+9 = 31,5