Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL

(BUNUH DIRI)
Oleh : MIFTAHUL KHAIRINA HIDAYAT
1811312031
PENGERTIAN
Resiko bunuh diri adalah resiko
untuk mencederai diri sendiri yang
dapat mengancam kehidupan.
Bunuh diri merupakan kedaruratan
psikiatri karena merupakan perilaku
untuk mengakhiri kehidupannya.
Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori yaitu (Stuart, 2006):

1) Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa


seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang
ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak
akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara
non verbal.
2) Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang
dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak
dicegah.
3) Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan
atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh
diri akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.
Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan
terdapat tiga jenis bunuh diri, meliputi:

1) Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang


didasari oleh faktor lingkungan yang penuh tekanan
(stressful) sehingga mendorong seseorang untuk bunuh
diri.
2) Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang
berkaitan dengan kehormatan seseorang ketika gagal
dalam melaksanakan tugasnya.
3) Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang
diakibatkan faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta
atau putus harapan.
ETIOLOGI RESIKO BUNUH DIRI
A. Faktor Predisposisi

Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang


perilaku resiko bunuh diri meliputi:

1) Diagnosis psikiatri
2) Sifat kepribadian
3) Lingkungan psikososial
4) Biologis
5) Psikologis
6) Sosiokultural
B. Faktor Presipitasi

Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadian yang


memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan
umum,kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui
seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk
bunuh diri, juga membuat individu semakin rentan untukmelakukan perilaku
bunuh diri.

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah perasaan


terisolasi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan
yang berarti, kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres,
perasaan marah/bermusuhan dan bunuh diri sebagai hukuman pada diri sendiri,
serta cara utuk mengakhiri keputusasaan.
C. Respon Terhadap Stres

D. Kemampuan Mengatasi Masalah/ Sumber Coping

 Faktor Resiko
Gangguan psikiatri yang sering menjadi faktor resiko bunuh diri pada anak dan
remaja adalah gangguan suasana perasaan (depresi dan bipolar), skizofrenia,
penyalahgunaan zat, gangguan tingkah laku, dan gangguan makan (Apter dan
Freudstein, 2000; Gould dan Kramer, 2001; Shain dan Care, 2007).
Faktor resiko lain yang juga bisa memunculkan perilaku bunuh diri yaitu
adanya kejadian yang menimbulkan stres, masalah hubungan anak dan
orangtua, perceraian orangtua, riwayat keluarga, dan penyakit kronis (Shafii et
al., 1985; Gould et al., 1996; Pfeffer, 2000; Gould dan Kramer, 2001;
Sofronoff, Dagliesh dan Kosky, 2005; Gray dan Dihigo, 2015).
1. PATOFISIOLOGI
Perilaku bunuh diri menunjukkan terjadinya kegagalan
mekanisme koping. Ancaman bunuh diri menunjukkan upaya
terakhir untuk mendapatkan pertolongan adgar untuk mengatasi
masalah. Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang mengalami
krisis bunuh diri adalah mencederai diri dengan tujuan mengakhiri
hidup. Perilaku yang muncul meliputi isyarat, percobaan atau
ancaman verbal untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
kematian perlukaan atau nyeri pada diri sendiri.
1. PENATALAKSANAAN MEDIS
 

Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien resiko bunuh diri salah
satunya adalah dengan terapi farmakologi. Menurut (videbeck, 2008), obat-obat yang
biasanya digunakan pada klien resiko bunuh diri adalah SSRI (selective serotonine
reuptake inhibitor) (fluoksetin 20 mg/hari per oral), venlafaksin (75-225 mg/hari per
oral), nefazodon (300-600 mg/hari per oral), trazodon (200-300 mg/hari per oral), dan
bupropion (200-300 mg/hari per oral). Obat-obat tersebut sering dipilih karena tidak
berisiko letal akibat overdosis.

Mekanisme kerja obat tersebut akan bereaksi dengan sistem neurotransmiter


monoamin di otak khususnya norapenefrin dan serotonin. Kedua neurotransmiter ini
dilepas di seluruh otak dan membantu mengatur keinginan, kewaspadaan, perhataian,
mood, proses sensori, dan nafsu makan.
1. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
 Diagnosis psikiatri
 Sifat kepribadian
 Lingkungan psikososial
 Psikologis
 Sosiokultural
DIAGNOSA NOC NIC
Risiko Bunuh Pengendalian Diri Terhadap 1. Membantu klien untuk mengenali
Diri Bunuh Diri masalah yang sedang dialami.
2. Manajemen perilaku
a. Bantu klien untuk menurunkan
resiko perilaku destruktif yang
diarahkan pada diri sendiri dengan
cara:
 Kaji tingkatan resiko yang
dialami klien: tinggi, sedang,
rendah
 Kaji level Long-Term Risk:
lifestyle, dukungan sosial,
tindakan yang bisa
membahayakan dirinya
b. Bantu klien untuk meningkatkan
harga diri :
3. Surveillance: safety
Berikan lingkungan yang aman (safety)

4. Active Listening
Bantu klien untuk mendapatkan
dukungan sosial

5. Afirmasi Positif

6. Berikan reinforcement positif kepada


klien
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai