Anda di halaman 1dari 17

Julian Pratama

Tugas Endokrin
Tata Kelola HiperTiroid
Penanganan pada krisis tirotoksik membutuhkan monitoring dan terapi suportif, identifikasi dan terapi penyebab pencetus, dan pengukuran penurunan sintesis

mengurangi takikardi dan mani$estasi 
hormone tiroid.
1. PTU dosis tinggi (600 mg loading dose dan 200-300 mg tiap 6 jam) sebaiknya diberikan secara oral atau melalui pipa nasogastric atau per rektal. PTU dipilih karena efek
kerjanya dalam menginhibisi konversi T4 menjadi T3.

l  %am" atau # mg I+ setiap  %am!.


2. Satu jam setelah pemberian PTU dosis pertama, perlu dilakukan stabilisasi iodide untuk memblok sintesis hormone tiroid melalui efek Wolff-Chaikoff (perlambatan
memungkinkan obat anti tiroid untuk mencegah kelebihan iodine dalam membentuk hormone baru) .
3. stabilisasi iodine dapat dilakukan dengan pemberian potassium iodide ( 5 tetes tiap 6 jam), atau ipodate atau asam iopanic (500 mg per 12 jam) per oral. Selain itu, dapat

*kers dapat digunakan" namun
pula diberikan sodium iodide 0.25 gr IV tiap 6 jam, namun jarang dilakukan karena jarang tersedia.
4. Propranolol sebaiknya diberikan untuk mengurangi takikardi dan manifestasi adrenergic lainnya (40-60 mg PO setial 4 jam, atau 2 mg IV setiap 4 jam). Meskipun pemberian
β-adrenergik blockers dapat digunakan, namun pemberian dalam dosis tinggi dapat menurunkan konversi T4 menjadi T3, sehingga dapat menimbulkan efek inotropic negative.
5. Terapi tambahan yang dapat diberikan antara lain glukokortikoid (dexamethasone 2 mg tiap 6 jam), antibiotik jika didapatkan adanya infeksi, oksigen dan cairan intravena.

nurunkan konversi T men%adi T'"

ative. Terapi tambahan yang dapat diber
Tata Kelola HipoTiroid

mengurangi takikardi dan mani$estasi 
l  %am" atau # mg I+ setiap  %am!.
*kers dapat digunakan" namun
nurunkan konversi T men%adi T'"

ative. Terapi tambahan yang dapat diber
Tata Kelola HiperAdrenal

- PENATALAKSANAAN
- 1.Cairan isotonik seperti NaCl 9% diberikan untuk menambah volume dan garam.
- 2. Jika penderita hipoglikemi dapat di berikan cairan dextrose 50%
- 3.Steroid IV secepatnya : dexametason 4 mg atau hydrokortisone 100 mg. Setelah
penderita stabil lanjutkan dengan dexametasone 4 mg IV tiap 12 jam atau hydrokortison
100 mg IV tiap 6-8 jam.
- 4.Obati penyakit dasarnya seperti infeksi dan perdarahan, untuk infeksi dapat diberikan
antibiotik.
- 5.Untuk meningkatkan tekanan darah dapat diberikan dopamin atau norepineprin.
- 6.Terapi pengganti mineralokortikoid dengan fludricortisone
Tata Kelola HipoAdrenal

mengurangi takikardi dan mani$estasi 
a.         Prednison (7.5 mg/hari) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol.
b.         Fludrokortison: 0,05-0,1 mg per oral dipagi hari
c.         Terapi darurat ditujukan untuk mengatasi syok, memulihkan sirkulasi darah, memberikan cairan, melakukan terapi

l  %am" atau # mg I+ setiap  %am!.


penggantian kortikosteroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5 sampai 50 mg/hari, memantau tanda-tanda vital dan
menempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan. Hidrokortison (Solu-Cortef) disuntikkan secara
intravena yang kemudian diikuti dengan pemberian infuse dekstrosa 5% dalam larutan normal saline. Preparat vasopresor amina

*kers dapat digunakan" namun
mungkin diperlukan jika keadaan hipotensi bertahan.
d.        Antibiotik dapat diberikan jika infeksi memicu krisis adrenal pada penderita insufisiensi kronis adrenal. Disamping itu,

nurunkan konversi T men%adi T'"


pengkajian kondisi pasien harus dilakukan dengan ketat untuk mengenali faktor-faktor lain, yaitu stresor atau keadaan sakit yang
menimbulkan serangan akut.
e.         Asupan per oral dapat dimulai segera setelah pasien dapat menerimanya. Secara perlahan-lahan pemberian infus dikurangi
ketika asupan cairan per oral sudah adekuat, untuk mencegah hipovolemia.
f.          Jika kelenjar adrenal tidak berfungsi kembali , pasien memerlukan terapi penggantian perparat kortikosteroid dan
mineralokortikoid seumur hidup untuk mencegah timbulnya kembali insufisiensi adrenal serta krisis addisonian pada keadaan stress

ative. Terapi tambahan yang dapat diber
atau sakit. Selain itu, pasien mungkin akan memerlukan suplemen makanan dengan penambahan garam, pada saat terjadi kehilangan
cairan dari saluran cerna akibat muntah dan diare
Penatalaksanaan Hipoglikemia
Ringan: Berikan gula murni (bukan pemanis) yang
cukup sampai keluhan hilang
Pastikan pemberian makanan / kalori cukup
untuk selanjutnya, terutama jika OAD long acting

Berat: Berikan glukosa 40 % IV sampai pasien sadar


Berikan infus rumatan D10 6-8 jam perkolf
cek glukosa darah setiap jam
jika < 100 mg/dL berikan kembali bolus D40% IV
Jika sudah 2 kali berturut-turut >100 mg/dL, setiap 2 jam
Jika sudah 2 kali berturut-turut > 100 md/dL, setiap 4 jam,
dst sampai yakin bahwa kadar glukosa darah stabil aman

Perhatikan obat hipoglikemik yang dipakai:


Obat kerja panjang, pemantauan dapat lama, berhari
Perhatikan pula fungsi ginjal dan hati dan usia pasien
Penatalaksanaan Hipoglikemia

AmericanDiabetesAssociation.Hyperglycemic
crisisindiabetes.DiabetesCare2004;27(1):94-
102
Penatalaksanaan Hipoglikemia

Liverpool Hospital. Guideline management


of hyperosmolar hyperglycemic state.
NSW Government; 2016.
Tata Kelola Hiponatremia

o Berdasarkan severitas, memiliki - Bila onset tidak diketahui, diperlakukan


simptom dan onset akut nya sebagai kronik
o Severe bila kadar Natrium < 120
mmol/l, akut bila < 48 jam Hiponatremia kronik asimptomatik
o Simptom  nyeri kepala, mual,  Target Na 0,5 – 1 mEq/ jam
penurunan kesadaran, kejang  Maksimal 8 mEq / hari

Hiponatremia berat, akut dan simptomatik

 Larutan NaCl hipertonik 3%


 Target Na 1,5 – 2 mEq/jam selama 4 jam
atau sampai gejala neurologis berkurang
 < 10 -12 mEq dalam hari pertama
 Antikonvulsan bila kejang
Rumus perubahan konsentrasi Na+ Kandungan mEq/L Natrium dalam berbagai
larutan infus
= infus Na+ /L – Na+ serum
TBW + 1 Larutan Na I.V. fluid Na

TBW (Total body water) : (mEq/L) (mEq/L)


= 0,6 x berat badan (kg) pada 7,5 % 900 0,45% NaCl 70
anak-anak dan bukan orang tua
= 0,5 x berat badan (kg) pada NaHCO3
wanita bukan usia tua dan laki-laki 5% NaCl 855 Isolyte- G 65
usia tua
= 0,45 x berat badan (kg) pada 3% NaCl 513 Isolyte- M 40
wanita usia tua 0,9% NaCl 154 0,2% NaCl 34
Ringer 130 5% dextrose 0
laktat
Pandya S. Practical Guidelines on Fluid Therapy Second
Edition. Bhalani Medical Book House. 2017
Tata Kelola Hipernatremia
1. Pasien hipovolemik
- Rehidrasi dengan NaCl fisiologis sampai euvolemik kemudian dilanjutkan
koreksi dengan larutan hipotonik (D5W / NaCl 0,45%)

2. Pasien Hipervolemik
- Loop diuretik + larutan hipotonik  bila fungsi ekskresi ginjal masih baik
- Dialisis bila ada gangguan fungsi ekskresi ginjal

3. Euvolemik
- Hipernatremia akut simptomatik (< 48 jam)
Koreksi dengan pengurangan 1 mEq/ jam atau sampai simptom berkurang
- Hipernatremia kronik
Koreksi dengan pengurangan 0,5 mEq/ jam dan tidak boleh > 8 – 10 mEq/ hari

 Obati kausanya
Tata Kelola Hipomagnesemia

 Hipomagnesemia ringan (serum Mg < 1,5 mEq/L atau 0,75 mmol/L)


suplementasi oral dan diet kaya magnesium
 Hipomagnesemia berat (serum Mg < 1 mEq/L atau 0,5 mmol/L)
suplementasi parenteral  2 mg MgSO4 pelan selama 10 menit dilanjutkan
dengan 1 mEq/kg dalam 24 jam ( 1 mEq = 123 mg MgSO4)
 Selanjutnya dosis 0,5 mEq/kg/ hari dalam 3 hari untuk mengkoreksi
intraseluler
 Alternatifnya 2 mg MgSO4 diberikan intramuskuler setiap 6 – 8 jam
 Cek refleks tendon tiap 15 menit untuk evaluasi intoksikasi Mg
 Target serum Mg < 2,5 mEq/L
 Pada gangguan fungsi ginjal dosis dikurangi
 Kontraindikasi pada blok jantung dan kerusakan myocard yang ekstrem
 Jaga urin output minimal 100 cc/ 4 jam
 Bila intoksikasi berikan Ca glukonate, loading cairan dan diuretik
Tata Kelola HiperMagnesemia

- Stop sumber-sumber yang mengandung magnesium


- Calsium gluconate 10 – 20 ml intravena pelan dalam 10 menit
- Jika fungsi ginjal normal, rehidrasi dilanjutkan dengan diuretik furosemid
- Dialisis pada gangguan ginjal yang berat
- Terapi suportif : alat bantu nafas jika diperlukan
Tata Kelola Hipokalsemia

 Hipokalsemia berat (Ca ≤ 7,5 mg/dl = 1,75 mmol/L) atau simptomatik 


terapi parenteral
 Hipokalsemia akut simptomatik  bolus calsium gluconate 10% 10 ml
dalam 10 menit dialanjutkan dengan infus kontinyu 0,5 – 1,0 mg/kg/jam,
bila keluhan berkurang switch per oral
 Bila tidak disertai kejang, tetani atau aritmia cordis  calsium dosis 1,5
mg/kg habis dalam 4 – 6 jam
 Atasi hipomagnesemia
 Pada hypoparatiroidisme  calsium per oral 1 – 3 gram / hari dan
vitamin D aktif (kalsitriol) 0,5 – 1,0 mcg/ hari
Tata Kelola Hipokalemia

 Hipokalemia severe ( K+ < 2,5 mmol/L) ± gangguan neuromuskuler ±


gangguan jantung perlu koreksi intravena maksimal 10 mEq/ jam, lebih
dari itu via vena sentral
 Hipokalemia ringan ( K+ 3 – 3,5 mmol/L) diet kaya kalium, pasien dengan
gangguan jantung perlu supplementasi dengan target K+ 4,5 mmol/L
 Hipokalemia sedang (K+ 2,5 – 3 mmol/L) supplementasi kalium
 Supplementasi kalium lebih terpilih peroral, kecuali pasien yang tidak
mentolelir via oral atau dalam kondisi severe
 Setiap penurunan kadar kalium 1 mmol/L, defisit total kalium tubuh 150 –
400 mmol/L
 Koreksi diberikan secara bertahap dalam 24 – 48 jam
 Diencerkan dalam larutan yang free dextrose
 Koreksi hipomagnesemia dan dalam kondisi tertentu bisa diberikan beta
blocker dan potassium sparing diuretic
Tata Kelola Hiperkalemia
 Hiperkalemia asimptomatik dan tidak disertai perubahan EKG cukup diet
rendah kalium dan menghentikan obat yang bisa meningkatkan kalium
 Addison disease : hidrokortison
 Hipoaldosteronisme : mineralokortikoid / fludrokortison

Kondisi emergensi
- Calsium gluconate 10% 10 ml diberikan dalam 10 menit, bisa diulang
- Insulin dan glukosa : 10 - 20 unit + glukosa 25 – 50 gram u/ mencegah
hipoglikemia
- Beta 2 agonis : inhalasi atau intravena, inhalasi lebih terpilih pada pasien
CAD
- Infus Sodium bicarbonate : terutama pada hiperkalemia dengan asidosis
metabolik berat
- Diuretik loop dan thiazid
- Cation exchange resins
- Dialisis
Tata Kelola Hiperkalsemia
 Hidrasi dengan larutan NaCl fisologis bisa sampai 4 – 6 liter, hati- hati
pada orang tua dan gangguan jantung
 Setelah ekspansi volum intravaskuler dilanjutkan dengan diuretik
furosemid. Hindari thiazid karena menggangguu ekskresi kalsium
 Hemodialisis pada fungsi ginjal yang minimal
 Preparat yang menghambat resorpsi tulang : biphisphonates,
plicamycin, calcitonin, gallium nitrat
 Preparat menghambat absorpsi kalsium pada usus : glukokortikoid, oral
phosphat
 Terapi sepesifik : diskontinyu obat yang mengandung kalsium, terapi
bedah pada hiperparatiroid primer, terapi spesifik pada keganasan dan
tirotoksikosis

Anda mungkin juga menyukai