Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN OBAT

DI RUMAH SAKIT
Dosen Pengampu
Dr. Nova

Disusun Oleh :
Alya larasati (1320118003)
Anatasya’aisy (1320118004)
Anisa apriyanti (1320118005)
Anisah siti aisah (1320118006)
Siti wulandari (1320118012)
Definisi

Manajemen obat dirumah sakit adalah bagaimana cara mengelola tahap-tahap dan
kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dan saling mengisi sehingga dapat
tercapai tujuan pengelolaan obat yang efektif dan efisien agar obat yang diperlukan
oleh dokter selalu tersedia setiap saat dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu
terjamin untuk mendukung pelayanan yang bermutu.
Siklus kegiatan pengelolaan obat yaitu :
A. Manajemen Obat di Rumah Sakit

1. Perencanaan dan Seleksi (Planning and Selection)


Selection merupakan proses kegiatan mulai dari meninjau masalah kesehatan yang ada di rumah
sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan
memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
tahap-tahap seleksi obat Menurut WHO :
 harus membuat daftar masalah kesehatan yang umum dialami.
 menentukan terapi standar untuk memilih obat standar yang digunakan dan terapi non obatnya.
 melihat daftar obat esensial yang ada untuk kemudian dibuat daftar obat yang berguna.
Semua bertujuan untuk mendapatkan ketersediaan dan penggunaan obat yang lebih rasional.
Proses penyeleksian perbekalan farmasi menurut WHO

didasarkan pada kriteria berikut:


 Berdasarkan pola penyakit dan prevalensi penyakit (10 penyakit terbesar).
 Obat-obat yang telah diketahui penggunaannya (well-known), dengan profil
farmakokinetik yang baik dan diproduksi oleh industri lokal.
 Efektif dan aman berdasarkan bukti latar belakang penggunaan obat
 Memberikan manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal, termasuk
manfaat secara financial.
 Jaminan kualitas termasuk bioavaibilitas dan stabilitas.
 Sedapat mungkin sediaan tunggal.
Lanjutan..

Tambahan kriteria seleksi obat Menurut DOEN :


 menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan pasien
 memiliki rasio resiko manfaat yang paling menguntungkan
 praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
 obat mudah diperoleh.
Metode Perencanaan

a. Metode konsumsi : perhitungan kebutuhan didasarkan pada data


riel konsumsi perbekalan farmasi periode lalu dengan penyesuaian
dan koreksi (2,3,4).
b. Metode epidemiologi/ morbiditas : perhitungan kebtuhan
didasarkan pada pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan, dan
waktu tunggu/ lead time (2,3,4).
c. Metode kombinasi konsumsi dan morbiditas : yaitu
menggabungkan keduanya dengan melihat anggaran yang tersedia.
2. Pengadaan (Procurement)
Pengadaan obat merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan
di Rumah Sakit dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang
diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian dari
manufaktur, distributor, atau pedagang besar farmasi.
Pengadaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan
(berdasarkan epidemiologi, konsumsi atau gabungan keduanya) dan
disesuaikan dana/budget yang ada untuk menghindari stock out yang
menumpuk.
Tujuan pengadaan adalah memperoleh obat yang dibutuhkan dengan
harga layak, mutu baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu, proses
berjalan lancar tidak memerlukan waktu dan tenaga yang berlebihan.
Lanjutan..

Prinsip pengadaan barang/jasa yaitu :


efisien,
efektif,
terbuka dan bersaing,
transparan,
adil,
Akuntabel.

Metode pengadaan :
melalui pembelian, hibah, produksi.
Lanjutan..

Tahapan pengadaan :
 Dimulai dari mereview daftar perbekalan farmasi yang akan diadakan,
 menentukan jumlah masing-masing item yang akan dibeli,
 menyesuaikan dengan situasi keuangan,
 memilih metode pengadaan,
 memilih rekanan,
 membuat syarat kontrak kerja,
 memonitor pengiriman barang,
 menerima barang,
 melakukan pembayaran serta menyimpan kemuian mendistribusikan.
Lanjutan..

Evaluasi pengadaan meliputi :


1. Prosentase kesesuaian pembelian dengan perencanaan awal tahunan
2. Prosentase kesesuaian dana pembelian dengan perencanaan anggaran
3. Prosentase kesesuaian perencanaan terhadap formularium
4. Kesesuaian dana pengadaan obat ; jumlah dana anggaran pengadaan obat yang disediakan RS dibanding
jumlah kebutuhan dana.
5. Biaya obat per kunjungan kasus; besaran dana yang tersedia untuk setiap kunjungan kasus.
6. Biaya obat per resep ; dana yang dibutuhkan untuk setiap resep dan besaran dana yang tersedia untuk
setiap resep
7. Ketepatan perencanaan ; perencanaan kebutuhan nyata obat untuk RS dibagi pemakaian obat per tahun.
8. Persentase dan nilai obat rusak ; jumlah jenis obat yang rusak dibagi total jenis obat
Pengadaan obat yang tidak untuk kebutuhan pasien, misalnya hanya karena tergiur bonus dan diskon, akan
menyebabkan stok obat menumpuk. Obat akan menjadi rusak dan kadaluarsa karena tidak dipakai. Akhirnya rumah
sakit menanggung kerugian yang seharusnya bisa dicegah. Tanggung jawab pengelolaan obat adalah kompetensi
farmasi, namun dasar seleksi dan pemilihannya merupakan hasil kesepakatan dengan dokter penulis resep.
3. Penyimpanan dan Pendistribusian (Storage and Distribution)

Distribusi obat yaitu suatu proses penyebaran obat secara merata yang teratur kepada yang
membutuhkan pada saat diperlukan.
Distribusi obat bertujuan agar ketersediaan obat tetap terpelihara dan mutu obat tetap stabil.
Sistem distribusi obat di rumah sakit digolongkan berdasarkan ada tidaknya satelit/depo
farmasi dan pemberian obat ke pasien rawat inap.

Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi, sistem distribusi obat dibagi menjadi dua
sistem, yaitu:
Sistem pelayanan terpusat (sentralisasi)
Sistem pelayanan terbagi (desentralisasi)
Lanjutan..

Berdasarkan distribusi obat bagi pasien rawat inap, digunakan empat sistem.
Yaitu:
 Sistem distribusi obat resep individual atau permintaan tetap
 Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang
 Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan persediaan lengkap
di ruang
 Sistem distribusi obat dosis unit.
4. Penggunanan (Use)

Use atau penggunaan obat merupakan proses yang meliputi peresepan oleh dokter, pelayanan obat oleh
farmasi serta penggunaan obat oleh pasien.

Penggunaan obat dikatakan rasional apabila memenuhi kriteria obat yang benar, indikasi yang tepat,
obat yang manjur, aman, cocok untuk pasien dan biaya terjangkau, ketepatan dosis, cara pemakaian,
sesuai dengan kondisi pasien, tepat pelayanan, serta ditaati oleh pasien.
Penggunaan obat rasional diharapkan dapat mengurangi angka kejadian medication error (ME) dan
dapat membuat biaya yang harus ditanggung pasien jadi seminimal mungkin khususnya terkait dengan
biaya obat.
B.Permasalahan Manajemen Obat di Rumah
Sakit dan Cara Mengatasinya

Anda mungkin juga menyukai