Anda di halaman 1dari 7

Resume Kasus Malpraktik Chiropractic Berdasarkan UU No.

36 Tahun
2014
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perundang-undangan Rumah Sakit

Disusun Oleh:

Alya Larasati (1320118003)

Dosen Pengampu :

Rahmi Nurmadinisia, MKM, S.KM

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES RAFLESIA

DEPOK

2021
I. UU No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

A. Pengertian Tenaga Kesehatan


Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.

B. Pengertian Standar Prosedur Operasional


Standar Prosedur Operasional adalah suatu perangkat instruksi / langkah-langkah
yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu dengan memberikan
langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan
berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh Fasilitas Pelayanan
Kesehatan berdasarkan Standar Profesi.

C. Klasifikasi Tenaga Kesehatan


Klasifikasi dari Tenaga Kesehatan diantaranya, yaitu:
1. Tenaga Medis
2. Tenaga Psikologi klinis
3. Tenaga Keperawatan
4. Tenaga Kebidanan
5. Tenaga Kefarmasian
6. Tenaga Kesehatan Masyarakat
7. Tenaga Kesehatan Lingkungan
8. Tenaga Gizi
9. Tenaga Keterapian Fisik
10. Tenaga Keteknisan Medis
11. Tenaga Teknik Biomedika
12. Tenaga Kesehatan Tradisional
13. Tenaga Kesehatan Lain

D. Hak dan Kewajiban Tenaga Kesehatan


Hak Tenaga Kesehatan Menjalankan praktik terdapat pada pasal 57 & 58:
 Pasal 57 :
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang menjalankan tugas.
2. Memperoleh informasi lengkap dan benar dari penerima pelayanan
kesehatan.
3. Menerima imbalan jasa
4. Memperoleh perlindungan keselamatan kerja sesuai harkat dan martabat
manusia, moral, susila, dan nilai agama
5. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya
6. Menolak keinginan penerima layanan kesehatanatau pihak lain yang
bertentangan standar profesi.
 Pasal 58 :
1. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai standarprofesi, Standar
Pelayanan Profesi, Standar Prosedur Operasional, dan etika profesi serta
kebutuhan kesehatan penerima pelayanan kesehatan.
2. Memperoleh persetujuan penerima pelayanan kesehatan atau keluarganya
atas tindakan yang diberikan
3. Menjaga kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan kesehatan
4. Membuat dan menyimpan catatan dokumen pemeriksaan, asuhan, dan
tindakan yang dilakukan.
5. Merujuk penerima layanan ke tenaga kesehatan lain.

II. UU. No. 36 Tahun 2019 Tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden No.
31 Tahun 2019 Tentang Pendayagunaan Dokter Spesialis
A. Pengertian SIP
Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah bukti tertulis yang
diberikan Pemerintah Daerah kepada dokter dan dokter gigi yang akan
menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi persyaratan.
B. Tujuan Pendayaan dokter spesialis
Pengaturan pendayagunaan dokter spesialis bertujuan untuk:
1) pemenuhan kebutuhan dan meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan spesialistik;
2) pemerataan pelayanan kesehatan spesialistik;
3) peningkatan mutu pelayanan kesehatan di daerah; dan
4) mendukung pelaksanaan pendekatan keluarga pada pelayanan kesehatan
tingkat rujukan.
C. Hak dan Kewajiban Dokter Spesialis
1. Peserta penempatan dokter spesialis mempunyai kewajiban:
1) menyelesaikan masa penempatan 12 (dua belas) bulan;
2) membuat laporan kinerja individu yang disampaikan kepada pimpinan
Rumah Sakit secara berkala; dan
3) menaati peraturan di Rumah Sakit lokasi penempatan.
2. Peserta penempatan dokter spesialis berhak mendapatkan:
1) SIP yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota;
2) tunjangan;
3) jasa pelayanan; dan
4) fasilitas tempat tinggal atau rumah dinas yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah dan hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Peserta penempatan dokter spesialis hanya mendapatkan 1 (satu) SIP untuk
menjalankan praktik keprofesian di Rumah Sakit lokasi penempatan.
4. Dalam hal masih terdapat kebutuhan pelayanan kesehatan untuk jenis
spesialistik yang sama di kabupaten/kota lokasi penugasan, peserta
penempatan dokter spesialis dapat diberikan SIP kedua dan/atau SIP ketiga
untuk menjalankan praktik keprofesian di Rumah Sakit milik Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau Rumah Sakit milik badan usaha milik
negara di wilayah kabupaten/kota tersebut.
5. SIP kedua dan/atau ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
setelah memenuhi persyaratan yang meliputi:
a. izin direktur Rumah Sakit lokasi penempatan;
b. rekomendasi dari perhimpunan dan organisasi profesi; dan
c. izin dari dinas kesehatan.

6. SIP kedua dan/atau ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak sebagai
peserta penempatan dokter spesialis.

7. Pemberian SIP dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.

III. Contoh Kasus

“ Kasus Malpraktik di Klinik Chiropractical First”

Alfian Helmy dan keluarganya harus menelan pil pahit menyusul kepulangan putri
bungsunya, Allya Siska Nadya. Pasalnya, sang putri meninggal usai menjalani terapi
chiropractic untuk menyembuhkan keluhan nyeri di bagian lehernya.

Dalam temu media yang dihelatnya pada Jumat, (8/1/2015) di bilangan Senayan,
Alfian menuturkan, putrinya mengalami sakit luar biasa di bagian leher, bahu, lengan
dan pinggangnya hingga harus dibawa ke Unit Gawat Darurat RSPI.

"Saya lihat sendiri bagaimana dia merasakan sakit luar biasa pada leher sampai lengan
dan pinggangnya. Dia beteriak "sakit, sakit, sakit!", ujar Alfian mengawali cerita.
"Pada saat di pergi ke Pondok Indah Mal, dia melihat promo di klinik Chiropractic
First tersebut yang diklaim bisa mengatasi kelainan tulang belakang. Dari situ dia pun
mendatangi klinik tersebut untuk mengonsultasikan keluhannya," imbuhnya.

Pertama kali berkonsultasi pada 5 Agustus, Siska, kata Alfian, langsung ditangani
oleh dokter asing bernama Randall Caferty. Ia ditawarkan paket terapi sebanyak 40
kali. Namun Siska menolak karena harus berangkat ke Prancis pada 18 Agustus 2015.
"Dengan enteng Randall menawarkan dilakukan terapi dua kali sehari. Kemudian dia
berkata, kalau nanti kamu kembali (ke Indonesia) paket itu bisa kamu pakai. Kenapa
saya tahu, karena ibunya ikut mendampingi Siska saat dilakukan konsultasi," imbuh
Alfian.
Setelah setuju dengan penawaran Randall, Siska kembali mendatangi klinik tersebut
pada 6 Agustus 2015. Ia juga membayar lunas paket terapi sebesar 17 juta. Dengan
kesepakatan dua kali sehari, Siska menjalani terapi pada pukul 1 siang dan 5 sore.

Namun sang ibu terkejut karena tindakan yang dilakukan Randall sangat singkat
dengan gerakan yang nampaknya membuat Siska tak nyaman."Kurang lebih terapinya
hanya 5 menit dan ada gerakan yang membuat ibunya Siska cukup syok kenapa
seperti itu," terangnya.

Sepulang dari terapi, bukannya mendapat kesembuhan, Siska justru mengerang


kesakitan. Dini hari, Siska dibawa ke UGD RSPI untuk mendapat penanganan. Nahas,
kondisinya semakin menurun, hingga pukul 05.45 pada 7 Agustus 2015, Alfian
mendapati detak jantung putrinya semakin lemah.
"Dokter minta izin ke saya untuk melakukan pompa jantung dengan harapan bisa
tertolong. Dilakukan 30 menit. Hingga akhirnya Siska menghembuskan napas
terakhir," sambungnya.

pada 12 Agustus 2015. Sejak itu, sudah dua kali Randall mangkir dari panggilan
polisi. Dan Belakangan diketahui bahwa Randall sudah kembali ke negara asalnya,
Amerika.

A. Analisis Kasus
Setelah ditelusuri kembali diketahui bahwa dr. Randall Cafferty ternyata tidak
memiliki surat izin untuk melakukan praktik Chiropractic saat masih bekerja di
Amerika dikarenakan adanya kaitan pelanggaran “unprofessional Conduct” dan
“Conviction of a Crime” pada tahun 2013.

Selain itu, Klinik Chiropractical First tidak memiliki izin untuk melakukan praktik
di mal pondok Indah. Dan melakukan penerimaan pekerja chiropractic tidak
melihat berdasarkan surat izin praktik.

B. Kesimpulan
Saat mencari tenaga kesehatan asing yang ingin melakukan praktik sebaiknya
mengikuti Evaluasi kompetensi, seperti penilaian kelengkapan administratif dan
penilaian kemampuan untuk melakukan praktik. Setelah itu, melakukan
kelengkapan administratif seperti penilaian keabsahan ijazah oleh menteri yang
bertanggung jawab dibidang pendidikan, surat keterangan sehat fisik dan mental,
dan surat pernyataan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi,penilaian kemampuan untuk melakukan praktik. Sebagaimana tertera pada
UU. No. 36 Tahun 2014 Pasal 53 ayat (2)-54 Tentang Tenaga Kesehatan Warga
Negara Asing.
Pertanyaan Presentasi:

Afifah Darma Yulianti (1320118001)

Pertanyaan : Adakah syarat pendayagunaan tenaga kesehatan asing?

Jawaban: caranya dengan mempertimbangkan alih teknologi dan ilmu pengetahuan,ketersediaan


Tenaga kesehatan Setempat. Tenaga Kesehatan asing yang ingin melakukan praktik harus mengikuti
evaluasi kompetensi yang berdaarkan penilaian kelengkapan administrasi (keabsahan ijazaholeh
menteri yang bertanggung jawab,surat keterangan sehat fisik dan mental, pernyataan untuk mematuh
dan melaksanakan ketentuan etika profesi) , kemampuan untuk melakukan praktik.

Odha Dwi Permata (1320118010)

Pertanyaan : Adakah ganjaran yang didapatkan oleh Dr. Asing tersebut?

Jawaban: Dr. Asing ini mendapatkan pasal berlapis berdasarkan UU. No. 36 Tahun 2014.

1. Pada pasal 84 ayat 2 kelalaian berat yang mengakibatkan kematian, tenaga kesehatan dipidana
dengan pidana 5 tahun penjara.
2. Pada pasal 85 ayat 2 setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik tanpa memiliki STR
maka pidana denda Paling Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)
3. Pada Pasal 86 ayat 2 setiap tenaga kesehatan warga negara asing yang dengan sengaja
memberikan pelayanan kesehatan tanpa memiliki SIP maka akan dipidana denda paling
banyak Rp. 100.000.000,- (seratus Juta Rupiah)

Anatasya ‘Aisy (1320118004)

Pertanyaan: Sebelum tenaga kesehatan melakukan tindakan pelayanan, maka tenaga kesehatan perlu
mendapatkan persetujuan penerima pelayanan. Jadi, apa saja yang perlu dibahas dalam persetujuan
tersebut?

Jawaban: yang perlu dibahas dalam persetujuan dengan penerima pelayanan adalah:

1. Tata cara tindakan yang akan diberikan


2. Tujuan tindakan pelayanan yang dilakukan
3. Alternatif tindakan lain yang akan diberikan
4. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan.


SUMBER REFERENSI

file:///C:/Users/user/Downloads/Permenkes%20Nomor%2036%20Tahun%202019.pdf

https://www.bphn.go.id/data/documents/14uu036.pdf

https://news.detik.com/berita/d-3112502/menelusuri-kematian-allya-siska-pasien-
chiropractic-diduga-korban-malpraktik

https://www.suara.com/news/2016/01/08/122911/kena-kasus-dugaan-malpraktik-klinik-
chiropractic-di-pim-disegel

https://www.liputan6.com/news/read/2407587/ini-dugaan-malapraktik-klinik-chiropractic-
penyebab-allya-tewas

https://www.beritasatu.com/megapolitan/339095/tak-punya-izin-polisi-segel-klinik-
chiropractic-first

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt569c98219cc16/kasus-klinik-chiropractic--
dokter-randall-jadi-tersangka

https://www.fimela.com/lifestyle/read/2407772/3-fakta-randal-cafferty-dan-malapraktik-
chiropractic-first

Anda mungkin juga menyukai