Anda di halaman 1dari 16

Tri lestari

30901602122
sgd 5
1. Tanda dan gejala gangguan pola nafas
• Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi
tanda gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit,
penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas,
pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea,
ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas
dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan
diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala
adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi
gangguan oksigenasi
(NANDA, 2013).
2. What is nursing diagnosis for the case

• DO : RR 31x/menit
• auskultasi paru ronchi basah

• Diagnosa
• Ketidakefektivan Pola Napas b.d penurunan
ekspansi paru
3. Hubungan batuk berdahak / tbc dengan hiv aids

• Ini merupakan lembar fakta tentang Tuberkulosis (TBC) dan


Virus Imunodefisiensi Manusia (HIV), virus
• yang mengakibatkan Sindrom Defisiensi Imun Dapatan (AIDS).
Penderita HIV lebih mungkin jatuh
• sakit dengan infeksi dan penyakit lain. TBC merupakan salah
satu penyakit tersebut. Jika Anda telah
• didiagnosis dengan TBC atau jika Anda menderita HIV, lembar
fakta ini untuk Anda.
4. Pathways hiv aids
5. Bagaimana respon system imun saat mengalami disstress

Interaksi antara stres dengan sistem Imun


• Stresor pertama kali ditampung oleh pancaindera dan diteruskan ke
pusat emosi yang terletak di sistem saraf pusat. Dari sini, stres akan
dialirkan ke organ tubuh melalui saraf otonom. Organ yang antara
lain dialiri stres adalah kelenjar hormon dan terjadilah perubahan
keseimbangan hormon, yang selanjutnya akan menimbulkan
perubahan fungsional berbagai organ target. Beberapa peneliti
membuktikan stres telah menyebabkan perubahan
neurotransmitter neurohormonal melalui berbagai aksis seperti HPA
(Hypothalamic-Pituitary Adrenal Axis), HPT (Hypothalamic-Pituitary-
Thyroid Axis) dan HPO (Hypothalamic-Pituitary-Ovarial Axis). HPA
merupakan teori mekanisme yang paling banyak ditelit
6. What is nic and noc of the case

• NIC
• Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan
• Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
• Adanya penurunan dispneu
• Gas-gas darah dalam batas normal
• • Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan.
• Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn
• Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg
• Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan
• Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau
kecendurungan penurunan PaO2
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam
• Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk
mengoptimalkan pernapasan
• Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada selama batuk
• Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir
• Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuens
5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan
keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.
NOC :
• Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi
paru
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
dapat mempertahankan pola pernapasan yang
efektif
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan
• Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
normal
• Adanya penurunan dispneu
• Gas-gas darah dalam batas normal
7. What is supporting investigasion hiv
• 1. Tes serologi
Tes serologi terdiri atas:
• Tes cepat
• Tes cepat dengan reagen yang sudah dievaluasi oleh instusi yang ditunjuk
Kementerian Kesehatan dapat mendeteksi baik antibodi terhadap HIV-1
maupun HIV-2.
• Tes cepat dapat dijalankan pada jumlah sampel yang lebih sedikit dan
waktu tunggu untuk mengetahui hasil kurang dari 20 menit, tergantung
pada jenis tesnya dan harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih.
• Tes ELISA
• Tes HIV ini mendeteksi antibodi untuk HIV-1 dan HIV-2 yang dilakukan
dengan ELISA (enzyme-linked immunisorbent assay) atau dikenal juga
dengan EIA (enzyme immunoassay).
Tes Western blot
Tes HIV ini merupakan tes antibodi untuk konfirmasi pada kasus yang sulit.
Dalam tes ini, protein HIV dipisahkan oleh ukuran dan muatan listrik, serta
serum yang dilapisi pada strip tes.
Jika tes ini menunjukkan hasil positif, serangkaian pita (band) terdeteksi yang
menandakan adanya pengikatan spesifik antibodi seseorang terhadap protein
virus HIV tertentu. Tes ini hanya dilakukan untuk menindaklanjuti tes skrining
yang awalnya positif. Hal ini tidak membantu bila dilakukan sendiri.
8. What stadium hiv and prevention
• Gejala HIV stadium I
Stadium 1 adalah fase di mana gejala awal sudah mulai hilang, disebut sebagai
infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS. Pada tahap ini,
pengidap HIV akan terlihat normal, seperti orang sehat biasa pada umumnya,
sehingga banyak yang tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi oleh virus HIV.
Periode tanpa gejala dapat terjadi bertahun-tahun, bisa 5-10 tahun tergantung dari
daya tahan tubuh penderita. Rata-rata, para penderita HIV akan berada di stadium
ini selama 7 tahun.
Pada stadium ini, penderita tidak menunjukkan gejala, dan kalau pun ada gejala,
hanya berupa pembesaran kelenjar getah bening di berbagai bagian tubuh
penderita, misalnya leher, ketiak, dan lipatan paha.
• HIV stadium II

• Pada stadium ini, daya tahan tubuh sudah mulai turun. Virus menunjukkan aktivitasnya pada daerah yang
memiliki membran mukosa kecil. Gejalanya beragam, dan masih belum khas. Biasanya hal ini terjadi pada
pasien yang memiliki gaya hidup tidak berisiko tinggi dan masih belum mengetahui bahwa dirinya sudah
terinfeksi. Akibatnya, mereka tidak melakukan pemeriksaan darah dan otomatis tidak memperoleh
pengobatan dini untuk mencegah percepatan masuk ke stadium infeksi HIV berikutnya. Gejalanya berupa:

• Penurunan berat badan kurang dari 10% dari perkiraan berat badan sebelum terkena penyakit, yang
tidak diketahui penyebabnya. Penderita tidak dalam diet atau pengobatan yang dapat menurunkan berat
badan.
• Infeksi saluran napas atas yang sering kambuh, seperti: sinusitis, bronkhitis, radang telinga tengah (otitis
media), radang tenggorokan (faringitis).
• Herpes zoster yang berulang dalam 5 tahun.
• Radang pada mulut dan stomatitis (sariawan) yang berulang.
• Gatal pada kulit (papular pruritic eruption).
• Dermatitis seboroik yang ditandai ketombe luas yang tiba-tiba muncul.
• Infeksi jamur pada kuku dan jari-jari.
• HIV stadium III
• Fase ini disebut fase simptomatik, yang sudah ditandai dengan adanya gejala-gejala infeksi primer.
Gejala yang timbul pada stadium III ini cukup khas sehingga kita bisa mengarah pada dugaan
diagnosis infeksi HIV/AIDS. Penderita biasanya lemah dan menghabiskan waktu 50% di tempat
tidur. Namun, diperlukan pemeriksaan darah untuk menegakkan diagnosis dengan tepat. Rentang
waktu dari stadium III menuju AIDS rata-rata 3 tahun. Gejala pada stadium III antara lain:

• Penurunan berat badan lebih dari 10% dari perkiraan berat badan sebelumnya tanpa penyebab
yang jelas.
• Mencret-mencret (diare) kronis yang tidak jelas penyebabnya lebih dari 1 bulan.
• Demam yang terus menerus atau hilang timbul selama lebih dari 1 bulan yang tidak jelas
penyebabnya.
• Infeksi jamur di mulut (candidiasis oral).
• Oral hairy leukoplakia.
• Tuberkulosis paru yang terdiagnosis 2 tahun terakhir.
• Radang mulut akut nekrotik, ginggivitis (radang gusi), periodontitis yang berulang dan tidak
kunjung sembuh.
• Hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan turunnya sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit.
• HIV stadium IV

• Stadium ini disebut juga stadium AIDS, ditandai secara fisik dengan munculnya
pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh dan selanjutnya muncul beberapa infeksi
oportunistik. Pada umumnya, kondisi tubuh sangat lemah dengan aktivitas di tempat tidur
di atas 50%. Fase ini adalah fase akhir dan biasanya bercirikan suatu jumlah CD4 yang
kurang dari 200. Gejalanya antara lain:

• HIV wasting syndrome, di mana penderita menjadi kurus kering dan tidak bertenaga.
• Pneumonia pneumocystis: batuk kering, sesak yang progresif, demam, dan kelelahan
berat.
• Infeksi bakteri yang berat seperti infeksi paru (pneumonia, emfisema, pyomyositis),
infeksi sendi dan tulang dan radang otak (meningitis).
• Infeksi herpes simplex kronis (lebih dari 1 bulan).
• Penyakit tuberkulosis di luar paru, misalnya tuberkulosis kelenjar.
• Kandidiasis esofagus yaitu infeksi jamur di kerongkongan yang membuat penderita
sangat sulit untuk makan.
• Sarkoma Kaposi.
• Toxoplasmosis cerebral yaitu infeksi toksoplasma di otak yang dapat menyebabkan
abses/borok otak.
• Encephalophaty HIV, keadaan di mana penderita sudah mengalami penurunan dan
perubahan kesadaran.
9. Apa saja infeksi opportunitis yang
menyerang hiv
• Candidiasis
• Candidiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida yang bisa muncul di bagian tubuh mana
saja. Infeksi ini merupakan infeksi oportunistik yang umum terlihat pada pasien HIV dengan jumlah CD4 antara
200 hingga 500 sel/mm3. Gejala yang paling jelas adalah bintik-bintik putih di lidah atau tenggorokan.
Candidiasis dapat diobati dengan resep obat antijamur. Untuk mencegah terkena candidiasis, jagalah
kebersihan mulut dan gunakan obat kumur yang mengandung klorheksidin (antiseptik) yang dapat mencegah
infeksi ini. Tidak hanya di mulut atau tenggorokan saja, infeksi ini juga bisa menyerang bagian vagina Anda.

• Infeksi Pneumonia
• Infeksi pneumonia adalah infeksi oportunistik yang paling serius bagi pengidap HIV. Infeksi pneumonia yang
biasa terjadi pada penderita HIV adalah Pneumocystis pneumonia (PCP) dan merupakan penyebab utama
kematian di antara pasien HIV. Namun ternyata, penyakit ini dapat diobati dengan antibiotik. Adapun gejalanya
seperti batuk, demam, dan kesulitan bernapas.

• Kanker serviks invasif


• Ini adalah kanker yang dimulai di dalam leher rahim, yang kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Kondisi kanker ini bisa dikurangi kemungkinan terjadinya dengan melakukan pemeriksaan serviks rutin di
dokter.
• Kriptokokosis
• Crypto neoformans (crypto) merupakan jamur biasa ditemukan di tanah dan bila terhirup dapat
menyebabkan meningitis, yakni peradangan serius pada selaput pelindung yang mengelilingi otak dan saraf
tulang belakang.

• Herpes simpleks
• Yakni virus yang dapat menyebabkan luka yang buruk di sekitar mulut dan alat kelamin Anda. Infeksi ini
biasa menular lewat hubungan seksual atau ditularkan ibu pada proses kelahiran. Selain di mulut dan
kelamin, infeksi ini juga dapat terjadi pada saluran napas.

• Toksoplasmosis (tokso)
• Adalah sebuah parasit yang dapat menyebabkan ensefalitis (radang otak), serta pandangan kabur dan juga
kerusakan mata. Parasit ini ditularkan melalui hewan peliharaan seperti kucing, tikus, maupun burung. Selain
itu, tokso juga bisa ditemukan pada daging merah dan meskipun jarang dapat ditemukan pada daging unggas.

• Tuberkulosis
• Infeksi bakteri TBC yang biasa dikenal karena menyerang paru-paru Anda ini dapat juga menyerang organ
lain dan menyebabkan meningitis.

Anda mungkin juga menyukai