Anda di halaman 1dari 42

HUKUM PERBURUHAN DAN PERINDUSTRIAN

TEKNIK INDUSTRI
UNRIKA

Pengajar :
Bambang W Widodo
DEFINISI HUKUM
• Hukum adalah peraturan-peraturan yang
bersifat memaksa, yang menentukan tingkah
laku manusia dalam lingkungan masyarakat
yang dibuat oleh Badan-Badan resmi yang
berwajib, pelanggaran mana terhadap
peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya
tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu.
• JCT. Simorangkir, SH. Woerjono Sastropranoto,
SH.
• Ciri-Ciri Hukum

 Adanya perintah dan / atau larangan.


 Perintah dan / atau larangan itu harus patuh ditaati oleh
setiap orang.

• Sifat Hukum

 Mengatur dan memaksa.


• Tujuan

 Untuk menjamin kelangsungan ber-


kesinambungan dalam perhubungan antara
anggota masyarakat, menjamin adanya
kepastian hukum dalam masyarakat dan
hukum itu harus pula bersendikan pada
keadilan dari masyarakat itu.
KODIFIKASI HUKUM
• Hukum Tertulis / Written Law.
 Adalah Produk hukum yang dicantumkan dalam
berbagai peraturan perundangan.

• Hukum Tak Tertulis / Unwritten Law.


 Adalah hukum yang masih hidup dalam
keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis,
namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan
perundangan ( disebut dengan kebiasaan ).
MACAM- MACAM HUKUM
o Hukum Pidana
o Hukum Perdata
o Hukum Dagang
o Hukum Adat
o Hukum Agama
o Hukum Perburuan, dll.
Usia Hukum di Indonesia
• Pada Prasasti Jayapaktra yang diketemukan di
Jawa Timur dinyatakan bahwa pada tahun 849
M (Ms Kerj Kediri) telah terjadi Persidangan
Sengketa Perdata antara Empu Tambuel
dengan Dharma, menyangkut hutang –
piutang Campa (Isteri Tambuel) dengan
Dharma.
Asas-Asas Hukum Perburuhan
• Pengertian

 Hukum Perburuhan ialah suatu bagian dari hukum yang


berlaku yang pada pokoknya mengatur hubungan antara
buruh dengan majikan, antara buruh dengan buruh dan
antara buruh dengan penguasa. (Mr. Molenaar ).

 Hukum Perburuhan ialah suatu himpunan peraturan, baik


tertulis maupun tidak, yang berkenaan dengan suatu
kejadian dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan
menerima upah. ( Prof. Iman Soepomo, SH ).
Unsur – Unsur dalam Hukum Perburuhan

 Serangkaian peraturan yang tertulis dan tak


tertulis.
 Peraturan itu mengenahi kejadian.
 Adanya orang yang bekerja pada orang lain.
 Adanya tegareprestasi (balas jasa) yang
berupa upah.
Hakekat dan Sifat Hukum Perburuhan
• Secara Yuridis
 Buruh adalah memang bebas, oleh karena prinsip negara
kita ialah bahwa tidak seseorang pun boleh diperbudak,
diperulur atau diperhamba.

• Secara Sosiologi
 Buruh adalah tidak bebas, sebab sebagian orang yang
tidak mempunyai bekal hidup selain dari pada tenaganya,
ia terpaksa untuk bekerja pada orang lain. Dan majikan
ialah yang pada dasarnya menentukan syarat-syarat kerja.
Peraturan-peraturan di dalam Hukum
Perburuhan

* Tidak boleh bertentangan dengan peraturan dari Pemerintah.

* Peraturan pada umumnya merupakan perintah atau


larangan : harus, wajib, tidak boleh atau dilarang.

* Sangsi pelanggaran : tidak sahnya atau batalnya tindakan


melanggar itu.

* Ancaman : hukuman pidana kurungan atau denda.


• Contoh Peraturan Perburuhan

1. Peraturan tentang pemberhentian buruh bukan Eropah, yang


mewajibkan majikan pada pengakiran hubungan kerja, atas
permintaan buruh memberikan surat keterangan.

2. Peraturan Perburuhan di Perusahaan Perkebunan menentukan bahwa


perjanjian kerja dengan buruh harus diselenggarakan dengan tertulis.

3. Peraturan Perburuhan di Perusahaan Perindustrian menetapkan


bahwa jumlah semua potongan upah tidak boleh melebihi
seperempat upah berupa uang yang terakhir diterima.
Sumber Hukum Perburuhan
• 1. Perpu pada masa penjajahan
 KUH Sipil, Buku III Titel 7A
 KUH Dagang, Buku II Titel 4
 AM van Bestuur, 17 Jan 1938 (Stbl. 1938 No. 98) ttg
Perburuhan di Persh. Perkebunan.
• 2. Perpu RI
 UU No. 33 Thn 1947
 UU No. 12 Thn 1948
 UU No. 22 Thn 1957
 UU No. 12 Thn 1964, dst. s/d UU No. 2 / 2004.
Subyek Hukum Perburuhan dan Hubungan
Kerja
 Orang-orang biasa, terutama buruh dan majikan.
 Organisasi Perburuhan, seperti organisasi buruh dan
organisasi majikan.
 Badan-badan resmi.
 Organisasi Perburuhan sedunia (ILO) tersangkut tidak
langsung.

• Subyek Hukum :
• Buruh, dalam pengertian luas.
• Majikan.
• Entertain :
 Pekerja ialah setiap orang yang melakukan pekerjaan, baik dalam
hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja yang biasanya
disebut buruh bebas (dokter, pengacara, penjual kopi, petani, dsb).
 Karyawan / wati ialah setiap orang yang melakukan karya
(pekerjaan), contoh : Kary. Buruh, Kary. TNI, Kary. Pengusaha, dll.
 Pengusaha ialah setiap orang yang melakukan usaha.
 Majikan ialah seorang pengusaha dalam hubungan dengan buruh.
Dalam UU tentang PPHI, majikan ialah orang atau badan hukum
yang mempekerjakan buruh dengan memberi upah.
 Buruh ialah barang siapa bekerja pada majikan dengan menerima
upah.
Ketenagakerjaan / UU No. 13/2003
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan


guna menghasilkan barang dan / atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

 Pengusaha adalah :
• Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
• Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.
Perencanaan tenaga kerja adalah proses penyusunan rencana ketenagakerjaan secara
sistematis yang dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan
pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan.

Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja / buruh dengan pengusaha atau pemberi
kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.

Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja / buruh berdasarkan
perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekejaan, upah, dan perintah.

Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang
memuat syarat-syarat kerja dan tata tertip perusahaan.

Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu
yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja / buruh dan
pengusaha.
Landasan, Asas dan Tujuan
• Pasal 2
• Pembangunan ketenagakerjaan berlandaskan Pancasila dan UUD Negara Republik
Indonesia Thn 1945.

• Pasal 3
• Pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas asas keterpaduan dengan
melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah.

• Pasal 4
• Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan:
– Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;
– Mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan nasional dan daerah;
– Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan; dan
– Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
Kesempatan dan Perlakuan yang sama
• Pasal 5
• Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk
memperoleh pekerjaan.

• Pasal 6
• Setiap pekerja / buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa
diskriminasi dari pengusaha.

• 4 Kelompok Konvensi Dasar ILO:


 Kebebasan Berserikat (Konv.ILO No.87 dan No.98).
 Diskriminasi (Konv.ILO No.100 dan No.111).
 Kerja Paksa (Konv.ILO No.29 dan No.105).
 Perlindungan Anak (Konv.ILO No.138 dan No.182).
Penggunaan Tenaga Kerja Asing
• Pasal 42
• (4) Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja
untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu.

• Pasal 46
(1) Tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan / atau jabatan-
jabatan tertentu.

• Pasal 48
• Pemberi kerja yang mempekerjakan orang asing wajib memulangkan tenaga kerja
asing ke negara asalnya setelah hubungan kerjanya berakhir.

• Pasal 49
• Ketentuan mengenahi penggunaan tenaga kerja asing serta pelaksanaan pendidikan
dan pelatihan tenaga kerja pendamping diatur dengan Keputusan Presiden.
Perjanjian Kerja
• Pasal 51
(1)Perjanjiankerja dibuat secara tertulis atau lisan.
(2)Perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

• Pasal 52
(1)Perjanjian kerja dibuat atas dasar:
a. Kesepakatan kedua belah pihak;
b. Kemampuan dan kecakapan melakukan perbuatan hukum;
c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Pasal 55
• Perjanjian kerja tidak dapat ditarik kembali dan / atau diubah, kecuali atas
persetujuan para pihak.

• Pasal 56
(1) Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
didasarkan atas :
a. Jangka waktu; atau
b. Selesainya suatu pekerjaan tertentu.

• Pasal 57
• (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus
menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin.
• Pasal 61
• (1) Perjanjian kerja berakhir apabila :
a. Pekerja meninggal dunia;
b. Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
c. Adanya putusan pengadilan dan / atau putusan atau penetapan lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap; atau
d. Adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat
menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.

• (2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena meninggalnya pengusaha atau


beralihnya hak atas perusahaan yang disebabkan penjualan, pewarisan atau
hibah.
Perlindungan
• Penyandang Cacat.

Pasal 67
(1)Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan
perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya.

Anak

Pasal 68
• Pengusaha dilarang mempekerjakan anak.

Pasal 69
• (1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dapat dikecualikan bagi anak berumur
antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun untuk melakukan pekerjaan
ringan sepanjang tidak mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial.
Peraturan Perusahaan
Pasal 108
(1)Pengusaha yang mempekerjakan pekerja / buruh sekurang-kurangnya
10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai
berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(2)Kewajiban membuat peraturan perusahaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) tidak berlaku bagi perusahaan yang telah memiliki
perjanjian kerja bersama.

Pasal 111
(2) Ketentuan dalam peraturan perusahaan tidak boleh bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Masa berlaku peraturan perusahaan paling lama 2 (dua) tahun dan
wajib diperbaharui setelah habis masa berlakunya.
Mogok Kerja
• Pasal 137
• Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja / buruh dan serikat pekerja
/ serikat buruh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai
akibat gagalnya perundingan.

• Pasal 139
• Pelaksanaan mogok kerja bagi pekerja / buruh yang bekerja pada
perusahaan yang melayani kepentingan umum dan / atau
perusahaan yang jenis kegiatannya membahayakan keselamatan
jiwa manusia diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
kepentingan umum dan / atau membahayakan keselamatan orang
lain.
Pemutusan Hubungan Kerja
• Pasal 151
(2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan
hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan
hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat
pekerja / serikat buruh atau dengan pekerja / buruh apabila
pekerja / buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat
pekerja / serikat buruh.

• Pasal 152
(1)Permohonan penetapan pemutusan hubungan kerja diajukan
secara tertulis kepada lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial disertai alasan yang menjadi dasarnya.
Serikat Pekerja / Serikat Buruh
(UU No. 21 Thn 2000)
Umum.
Pekerja / buruh sebagai warga negara
mempunyai persamaan kedudukan dalam
hukum, hak untuk mendapatkan pekerjaan
dan penghidupan yang layak, mengeluarkan
pendapat, berkumpul dalam satu organisasi,
serta mendirikan dan menjadi anggota serikat
pekerja / serikat buruh.
Serikat pekerja / serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan
untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang
bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna
memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja /
buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja / buruh dan keluarganya.

Federasi serikat pekerja / serikat buruh adalah gabungan serikat pekerja /


serikat buruh.

Konfederasi serikat pekerja / serikat buruh adalah gabungan federasi serikat


pekerja / serikat buruh.

Pekerja / buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
Perlidungan Hak Berorganisasi
 Hak menjadi anggota serikat pekerja / serikat buruh telah
dijamin di dalam Psl 28 UUD 1945.
“ Setiap pekerja / buruh harus diberikan kesempatan yang seluas-
luasnya mendirikan dan menjadi anggota serikat pekerja / serikat
buruh ”.

Pasal 28 UU No. 21 Thn 2000


Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja /
buruh untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi
pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota atau
tidak menjadi anggota dan / atau menjalankan atau tidak
menjalankan kegiatan serikat pekerja / serikat buruh dengan cara :
 Melakukan pemutusan hubungan kerja, memberhentikan sementara,
menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi.
 Tidak membayar atau mengurangi upah pekerja / buruh.
 Melakukan intimidasi dalam bentuk apapun.
 Melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerja / serikat
buruh.

Hak berserikat bagi pekerja / buruh, diatur dalam Konvensi ILO No. 87.

Berlakunya Dasar-dasar dari pada Hak untuk berorganisasi dan untuk


berunding bersama, diatur dalam Konvensi ILO No. 98. (Telah
diratifikasi ke dalam UU RI).
Sanksi
• Pasal 43 UU No. 21 Thn 2000.

(1)Barang siapa menghalang-halangi atau memaksa pekerja /


buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dikenakan
sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling sedikit
Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


merupakan tindak pidana kejahatan.
Pengawasan dan Penyidikan
• Pasal 40 UU No. 21 Thn 2000.
• Untuk menjamin hak pekerja / buruh berorganisasi dan hak serikat
pekerja / serikat buruh melaksanakan kegiatannya, pegawai pengawas
ketenagakerjaan melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

• Pasal 41 UU No. 21 Thn 2000.


• Selain penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga kepada
pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan
diberi wewenang khusus sebagai penyidik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku untuk melakukan penyidikan tindak
pidana.
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
(UU No. 2 Thn 2004)

Ketentuan Umum
 Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha
dengan pekerja /buruh atau serikat pekerja / serikat buruh karena adanya
perselisihan mengenahi hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja / serikat buruh dalam satu
perusahaan.

 Tata Cara PPHI / Di luar Pengadilan


1. Penyelesaian melalui Bipartit.
2. Penyelesaian melalui Mediasi.
3. Penyelesaian melalui Konsiliasi.
4. Penyelesaian melalui Arbitrase.
Penyelesaian melalui Bipartit
Yang dimaksud dengan Perundingan Bipartit adalah perundingan antara pengusaha atau gabungan
pengusaha dengan pekerja / serikat atau serikat dengan serikat yang lain dalam satu perusahaan yang
berselisih.

Penyelesaian melalui Mediasi


Adalah penyelesaian yang dilakukan dengan bantuan mediator yang berada di setiap kantor instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Kabupaten / Kota (Disnaker).

Penyelesaian melalui Konsiliasi


Dilakukan oleh konsiliator yang terdaftar pada kantor instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan Kabupaten / Kota. Konsiliator yang dimaksud yang telah diberi legitimasi oleh Menteri
atau pejabat yang berwenang di bidang ketenagakerjaan.

Penyelesaian melalui Arbitrase


Adalah penyelesaian yang disepakati oleh kedua belah pihak yang berselisih dan dilakukan dihadapan
seorang Arbiter yang telah ditetapkan oleh Menteri. Mengingat keputusan Arbiter ini mengikat para
pihak dan bersifat akhir dan tetap, Arbiter harus seorang yang berkompeten di bidangnya.
Pengadilan Hubungan Industrial
• Umum

Pengadilan Hubungan Industrial merupakan Pengadilan Khusus yang berada pada


lingkungan Peradilan Umum.
Hukum Acara yang berlaku pada PHI adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang diatur secara khusus dalam
UU.

• PHI bertugas dan berwenang memeriksa, mengadili dan memutus :

1. Ditingkat pertama mengenahi perselisihan hak.


2. Ditingkat pertama dan terakhir mengenahi perselisihan kepentingan.
3. Ditingkat pertama mengenahi perselisihan pemutusan hubungan kerja.
4. Ditingkat pertama dan terakhir mengenahi perselisihan antar serikat dalam satu
perusahaan.
 Perselisihan Hak
Adalah perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya Hak, akibat adanya perbedaan pelaksanaan
atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

Perselisihan Kepentingan
Adalah perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat
mengenahi pembuatan, dan atau perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja,
atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

 Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja


Adalah perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenahi pengakhiran
hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak.

Perselisihan antar Serikat Pekerja / Serikat Buruh


Adalah perselisihan antara Serikat Pekerja / Serikat Buruh dengan Serikat Pekerja / Serikat Buruh lain
hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham mengenahi keanggotaan,
pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikatpekerjaan.
SENGKETA
• Pengajuan Gugatan
• Jenis Putusan Pengadilan
• Putusan Gugur
• Putusan Verstek
• Putusan Tidak Diterima / NO
• Putusan dikabulkan
• Putusan ditolak
SISTEM PENYELESAIAN PERSELISIHAN

• Pengertian Perselisihan HI
• Penyelesaian di luar PHI
• Risalah perundingan
• Perjanjian Bersama
• Pendaftaran Perjanjian Bersama
• Permohonan Eksekusi
Putusan PHI
Bersifat Mutlak dan Mengikat :
1. Mengenahi Perselisihan Kepentingan.
2. Mengenahi Perselisihan antar Serikat
dalam satu perusahaan

 Dapat diupayakan Hukum ke Kasasi MA :


1. Mengenahi Perselisihan Hak.
2. Mengenahi Perselisihan PHK.
PENUTUP
• MENCARI JALAN TERBAIK DALAM SENGKETA
HUBUNGAN INDUSTRIAL

TERIMAKASIH
RIWAYAT SINGKAT PENGAJAR
Nama : Bambang Wahyu Widodo.
Lahir : Magelang, 21 April 1954.

Pendidikan : STIP Jakarta Angk XIX ( D4/S1/S2 ).


UNRIKA Batam Angk I ( S1 ).
Diklat MA 99 ( Hakim / S1 ).
UII Jogjakarta Angk X ( S2 ).
UN Padang Angkt VIII ( S3 ).

Pengalaman Kerja :
- Perwira Laut Armada Indonesia ( 10 th ).
- Marine Inspector Indonesia ( 8 th ).
- Hakim / MA ( 17 th ).
- Pengajar pada Fak. Teknik Unrika dari thn 1998 - skrg.

Anda mungkin juga menyukai