Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN COR


PLUMONAL

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 5


1. RIYANTI DJOHAR
2. LILIES UPATE
3. ANDI R SAHADIN
PULMONARY HEART DISEASE
• A. Definisi
• Pulmonary heart disease adalah pembesaran ventrikel kanan (hipertrofi dan/atau dilatasi)
yang terjadi akibat kelainan paru, kelainan dinding dada, atau kelainan pada kontrol
pernafasan. Tidak termasuk di dalamnya kelainan jantung kanan yang terjadi akibat
kelainan jantung kiri atau penyakit jantung bawaan.
• Pulmonary heart disease dapat terjadi akut maupun kronik. Penyebab pulmonary heart
disease akut tersering adalah emboli paru masif, sedangkan pulmonary heart disease
kronik sering disebabkan oleh penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
PENYEBAB PENYAKIT PULMONARY HEART
DISEASE ANTARA LAIN :

1)      Penyakit paru menahun dengan hipoksia : 3)  Gangguan mekanisme control pernafasan :
• Penyakit paru obstrutif kronik, Fibrosis paru, • Obesitas, hipoventilasi idopatik,
• Penyakit fibrokistik, • Penyakit serebro vascular.
• Cryptogenic fibrosing alveolitis, 4)  Obstruksi saluran nafas atas pada anak :
• Penyakit paru lain yang berhubungan dengan hipoksia • Hipertrofi tonsil dan adenoid.
2)  Kelainan dinding dada : 5)   Kelainan primer pembuluh darah :
• Kifos koliosis, torakoplasti, fibrosis pleura, • Hipertensi pulmonale primer emboli paru
berulang dan vaskulitis pembuluh darah paru.
• Penyakit neuromuscular,
PATOFISIOLOGI

• Beratnya pembesaran ventrikel kanan pada pulmonary heart disease berbanding lurus
dengan fungsi pembesaran dari peningkatan afterload. Jika resistensi vaskuler paru
meningkat dan relative tetap, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru,
peningkatan curah jantung sebagaimana terjadi pada pengerahan tenaga fisik, maka dapat
meningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara bermakna.
• Afterload ventrikel kanan secara kronik meningkat jika volume paru membesar, seperti pada
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pemanjangan pembuluh paru, dan kompresi
kapiler alveolar.
• Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan pada suatu waktu akan
mempengaruhi jantung serta menyebabkan pembesaran ventrikel kanan. Kondisi ini
seringkali menyebabkan terjadinya gagal jantung.
LANJUTAN

• Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan pada suatu waktu akan
mempengaruhi jantung serta menyebabkan pembesaran ventrikel kanan. Kondisi ini seringkali
menyebabkan terjadinya gagal jantung.
• Beberapa kondisi yang menyebabkan penurunanan oksigenasi paru dapat mengakibatkan
hipoksemia ( penurunan PaO2 ) dan hipercapnea ( peningkatan PaCO 2) , yang nantinya akan
mengakibatkan insufisiensi ventilasi.
• Hipoksia dan hiperkapnea akan menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonal dan
memungkinkan terjadinya penurunan vaskularisasi paru seperti pada emfisema dan emboli
paru.
ASUHAN KEPERAWATAN

• . Pengkajian
Anamnesa,meliputi:
1. Identitas pasien
• Kor pulmonal dapat terjadi pada orang dewasa dan pada anak-anak. Untuk orang dewasa, kasus yang paling sering ditemukan adalah
pada lansia karena sering didapati dengan kebiasaan merokok dan terpapar polusi. Hal ini di dasarkan pada epidemiologi penyakit-
penyakit yang menjadi penyebab kor pulmonal, karena hipertensi pulmonal merupakan dampak dari beberepa penyakit yang menyerang
paru-paru.
• Jenis pekerjaan yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah para pekerja yang sering terpapar polusi udara dan kebiasaan
merokok yang tinggi.
• Lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah lingkungan yang dekat daerah perindustrian, dan
kondisi rumah yang kurang memenuhi persyaratan runmah yang sehat. Contohnya ventilasi rumah yang kurang baik,hal ini akan
semakin memicu terjadinya penyakit-penyakit paru dan berakibat terjadinya kor pulmonal.
2. Riwayat sakit dan Kesehatan
• Keluhan utama
• Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada
• Riwayat penyakit saat ini
• Pada pasien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak,
nyeri dada, batuk yang tidak produktif. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhan tersebut.
3. Riwayat penyakit dahulu
• Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki riwayat penyakit seperti penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang paling sering adalah klien
dengan riwayat hipertensi pulmonal.
C). PEMERIKSAAN FISIK : REVIEW OF SYSTEM (ROS)

1. B1 (BREATH)
• Pola napas : irama tidak teratur
• Jenis: Dispnoe
• Suara napas: wheezing
• Sesak napas (+)
2. B2 (BLOOD)
• Irama jantung : ireguler s1/s2 tunggal (-)
• Nyeri dada (+)
• Bunyi jantung:  murmur
• CRT : tidak terkaji
• Akral : dingin basah
3. B3 (BRAIN)
• Penglihatan(mata)
• Pupil : tidak terkaji
• Selera/konjungtiva : tidak terkaji
• Gangguan pendengaran/telinga: tidak terkaji
4. B4 (BLADDER)
• Urin:
• Jumlah : kurang dari 1-2 cc/kg BB/jam
• Warna : kuning pekat
• Bau : khas
• Oliguria
• 5. B5 (BOWEL)
• Nafsu makan : menurun
• Mulut dan tenggorokan : tidak terkaji
• Abdomen : asites
• Peristaltic : tidak terkaji
• 6. B6 (BONE)
• Kemampuan pergerakan sendi: terbatas
• Kekuatan otot : lemah
• Turgor : jelek
• edema
• b) Psikososial
•             Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya,
kecemasan terhadap penyakit.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• Gangguan pertukaran gas yang b.d. hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan
kebocoran interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
• Ketidakefektifan pola napas b.d. sempitnya lapang respirasi dan penekanan toraks.
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. penurunan nafsu makan (energi
lebih banyak digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih
cepat).
• Intoleransi aktifitas  yang b.d. kelemahan fisik dan keletihan.
• Perubahan pola eliminasi urin b.d. oliguria.
PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas yang b.d. Hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori


dan kebocoran interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
• Tujuan  : Mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat untuk  keperluan tubuh.
• Kriteria hasil         :
• Klien tidak mengalami sesak napas.
• Tanda-tanda vital dalam batas normal
• Tidak ada tanda-tanda sianosis.
• Pao2 dan paco2 dalam batas normal
Intervensi Rasional
Pantau frekuensi, kedalaman pernapasan.Catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir, Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan/atau kronisnya proses
tidakmampuan bicara/ berbincang. penyakit.

Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan
bernapas. Dorong nafas perlahan atau nafas bibir sesuai kebutuhan atau toleransi nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispnea dan kerja nafas.
individu.

Awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa. Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar
bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan diagnosis sentral mengindikasikan
beratnya hipoksemia.
Awasi tingkat kesadaran/ status mental. Selidiki adanya perubahan . Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hypoxia, GDA
memburuk disertai bingung/ somnolen menunjukkan disfungsi sersbral yang
berhubungan dengan hipoksemia.

Evaluasi tingkat toleransi aktifitas. Berikan lingkungan yang tenang dan Selama distress pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak
kalem. Batasi aktifitas pasien atau dorong untuk tidur/ istirahat dikursi mampu melakukan aktifitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea.
selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktifitas secara bertahap Istirahat diselingi aktifitas perawatan masih penting dari program
dan tingkatkan sesuai toleransi individu. pengobatan. Namun, program latihan ditujukan untuk meningkatkan
ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan dispnea berat, dan dapat
meningkatkan rasa sehat.
2.KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAPAS B.D. HIPOKSIA
• Tujuan  :
• Memperbaiki atau mempertahankan pola pernapasan normal   
• Pasien mencapai fungsi paru-paru yang maksimal.
• Kriteria hasil         :
•  Pasien menunjukkan frekuensi pernapasan yang efektif.  
•  Pasien bebas dari dispnea, sianosis, atau tanda-tanda lain distress pernapasan 
• Intervensi dan Rasional :
Tindakan/intervensi Rasional
Berikan posisi fowler atau semi fowler  Memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja
  pernapasan, dan menurunkan resiko aspirasi
Ajarkan teknik napas dalam dan atau pernapasan bibir atau Membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan napas
pernapasan diafragmatik abdomen bila diindikasikan  kecil, memberika pasien beberapa kontrol terhadap
  pernapasan, membantu menurunkan ansietas.
Obserfasi TTV (RR atau frekuensi permenit)  Mengetahui keadekuatan frekuensi pernapasan dan
  keefektifan jalan napas
3. KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH B.D.
PENURUNAN NAFSU MAKAN (ENERGI LEBIH BANYAK DIGUNAKAN UNTUK
USAHA BERNAPAS, SEHINGGA METABOLISM BERLANGSUNG LEBIH CEPAT).

• Tujuan                  : Nafsu makan membaik.


• Kriteria hasil         :
• Gizi untuk kebutuhan metabolik terpenuhi 
• Massa tubuh dan berat badan klien berada dalam batas normal.
• Intervensi dan Rasional :
Tindakan/intervensi Rasional
Beri motivasi pada klien untuk mengubah kebiasaan makan. Agar pasien mau memenuhi diet yang disarankan untuk kebutuhan nutrisi
  dalam metabolisme.

Sajikan makanan untuk klien semenarik mungkin. Mengurangi anorexia pada pasien.
Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit. Untuk mengetahui perkembangan asupan gizi klien melalui sampel darah.

Timbang berat badan pasien pada interval yang tepat. Untuk mengetahui perkembangan klien dalam mempertahankan berat
  badan normal.

Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk Untuk bisa lebih tepat memberikan diet kepada pasien sesuai zat gizi dan
klien. kalori yang dibutuhkan.

Pertahankan kebersihan mulut yang baik. Menambah nafsu makan dan membersihkan kuman-kuman yang ada dalam
  mulut, sehingga makanan yang klien makan akan terasa lebih nikmat.
4. INTOLERANSI AKTIVITAS BERHUBUNGAN
KETIDAKSEIMBBANGAN ANTARA SUPLAI DAN DEMAND OKSIGEN

• Tujuan                     : keseimbanagn antara suplai dan demand oksigen.


• Kriteria hasil           : mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan di tunjukkan
dengan daya tahan, menunjukkan penghematan energi.
• Intervensi dan Rasional :
Tindakan/ Intervensi Rasional

Beri bantuan untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari Ajarkan klien bagaimana meningkatkan rasa control dan mandiri dengan
kondisi yang ada

Ajarkan klien bagaimana menghadapi aktifitas menghindari kelelahan dan Istirahat memungkinkan tubuh memperbaiki energy yang digunakan selama
berikan periode istirahat tanpa gangguan di antara aktifitaa aktifitas

Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai menu makanan pasien Dengan ahli gizi,perawat dapat menentukan jenis-jenis makanan yang harus
dikonsumsi untuk memaksimalkan pembentukan energy dalam tubuh pasien.
5. PERUBAHAN POLA ELIMINASI URIN B.D. PENURUNAN
CURAH JANTUNG.

• Tujuan                     : mengembalikan pola eliminasi urin normal.


• Kriteria hasil           : klien menunjukkan pola pengeluaran urin yang normal, klien
menunjukkan pengetahuan yang adekuat tentang eliminasi urin.
• Intervensi dan Rasional :
Tindakan/intervensi Rasional
Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal.
terjadi. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan
selama tirah baring.
 
Pantau/hitung keseimbangan intake dan output  selama 24 jam Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan
  (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.

Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH
akut. sehingga meningkatkan dieresis.
Pantau TD dan CVP (bila ada) Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat
  menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi
konstipasi. gaster/intestinal.
Konsul dengan ahli diet. Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori
dalam pembatasan natrium.
• 4. IMPLEMENTASi
• Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang ditentukan
• 5. Evaluasi
• Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan
THANKSSSSSSSSSS

Anda mungkin juga menyukai