Anda di halaman 1dari 40

SISTEM SOSIAL DI

INDONESIA
Sosiologi Antropologi Gizi (NUT157)-
Pertemuan 3

Vitria Melani, S. Si., M. Si


Rachmanida Nuzrina, S. Gz., M. Gizi, RD
Lintang Purwara Dewanti, S. Gz., M. Gizi

Program Studi Gizi


Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan
Mengapa belajar sistem sosial?

Karena sistem sosial dan


budaya masyarakat
Indonesia sangat
HETEROGEN secara
VERTIKAL maupun
HORIZONTAL
AKIBAT HETEROGENITAS MASYARAKAT
INDONESIA
Masyarakat menjadi RAWAN KONFLIK

Berbagai konflik, termasuk masalah kesehatan


Mengapa mudah sekali terjadi konflik dalam
masyarakat?

Apa saja faktor yang memengaruhi terjadinya


sebuah konflik?

Untuk dapat menjawab hal tersebut, kita harus


memahami Sistem Sosial yang ada di Indonesia
Secara konsep, pengertian Sistem adalah:
• Suatu kompleksitas dari saling
ketergantungan antar bagian,
komponen, dan proses yang melingkupi
aturan-aturan tata hubungan yang
dapat dikenali.
• Suatu tipe serupa dari saling
ketergantungan antar kompleksitas
tersebut dengan lingkungan sekitarnya.
• Sistem dapat terbentuk karena hasil
sebuah perjalanan panjang yang
konsisten, sehingga menjadi sebuah
kesatuan yang tanpa disadari berjalan
berputar setiap hari.
KERAGAMAN MASYARAKAT INDONESIA
DISEBABKAN OLEH:
Keadaan Geografis Indonesia
• Letak Indonesia Antara Samudra Indonesia dan Samudra
Pasifik pusat lalu lintas perdagangan dan persebaran
agama
• Iklim Yang Berbeda Berakibat plural secara regional
• Curah Hujan dan Kesuburan Tanah yang Berbeda
(Pluralitas Lingkungan Ekologis)
a) WETRICE CULTIVATION (pertanian sawah di Jawa dan
Bali)
b) SHIFTING CULTIVATION (pertanian ladang di luar Jawa)
Gambaran Sistem Sosial

Politik

Hukum Ekonomi

Sosial

Agama Budaya

Pendidik
an
Persyaratan Sistem Sosial

Menurut teori Talcott Parsons, terdapat 4 syarat agar sistem


sosial dapat bertahan, yaitu:
1. Adaptasi (Adaptation): Sistem Sosial harus mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapi
2. Pencapaian tujuan (Goal Attainment): Tujuan individu
harus selaras dengan tujuan sosial
3. Integrasi (Integration): Solidaritas antar bagian penyusun
sistem sosial dan berperan sesuai dengan porsinya
4. Pemeliharaan pola latent (Latent Pattern Maintenance):
Sebagai pemeliharaan pola yang tersembunyi, yang
biasanya berwujud sistem nilai budaya yang selalu
mengontrol tindakan individu
Masyarakat Sebagai Suatu Sistem

• Kehidupan masyarakat sebagai sistem sosial harus dilihat


sebagai suatu keseluruhan atau totalitas dari bagian-
bagian dan unsur-unsur yang saling berhubungan satu
sama lain dan berada dalam satu kesatuan
• Sistem sosial bersifat abstrak (tidak empiris) sehingga
komponennya tidak dapat dilihat tapi hanya dapat
dibayangkan dengan suatu kontruksi berpikir
2 PENDEKATAN TEORITIS DALAM
MEMAHAMI SISTEM SOSIAL
STRUKTURAL KONFLIK
FUNGSIONAL DIALEKTIKA
STRUKTURAL FUNGSIONAL
Asumsi Dasar:
MASYARAKAT TERINTEGRASI ATAS DASAR
KATA SEPAKAT PARA ANGGOTANYA
TERHADAP NILAI DASAR KEMASYARAKATAN
YANG MENJADI PANUTANNYA
KESEPAKATAN MASYARAKAT tersebut

Menjadi GENERAL AGREEMENTS yang memiliki kemampuan


mengatasi PERBEDAAN-PERBEDAAN PENDAPAT dan
KEPENTINGAN dari para anggotanya

MASYARAKAT SEBAGAI SUATU SISTEM YANG SECARA


FUNGSIONAL TERINTEGRASI KEDALAM SUATU BENTUK
EQUILIBRIUM
ANGGAPAN DASAR TEORI
STRUKTURAL FUNGSIONAL
• Masyarakat adalah suatu SISTEM dari BAGIAN-BAGIAN
yang saling BERHUBUNGAN
• Hubungan dalam masyarakat bersifat GANDA dan TIMBAL
BALIK (SALING MEMENGARUHI)
• Secara FUNDAMENTAL, SISTEM SOSIAL cenderung
bergerak kearah EQUILIBRIUM dan bersifat DINAMIS
• DISFUNGSI/KETEGANGAN SOSIAL/ PENYIMPANGAN pada
akhirnya akan teratasi dengan sendirinya melalui
PENYESUAIAN
ANGGAPAN DASAR THEORI STRUKTURAL
FUNGSIONAL (lanjutan)
• PERUBAHAN-PERUBAHAN dalam SISTEM SOSIAL bersifat
GRADUAL melalui PENYESUAIAN. Bukan bersifat
REVOLUSIONER
• PERUBAHAN terjadi melalui 3 macam kemungkinan:
1. PENYESUAIAN SISTEM SOSIAL terhadap PERUBAHAN
DARI LUAR (extra systemic change)
2. PERTUMBUHAN melalui PROSES DIFFERENSIASI
STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL
3. PENEMUAN BARU oleh ANGGOTA MASYARAKAT
• Faktor terpenting dalam INTEGRASI adalah KONSENSUS
Penilaian/kritik terhadap theori
STRUKTURAL FUNGSIONAL
Terlalu menekankan anggapan dasarnya pada
PERANAN UNSUR-UNSUR NORMATIF dari
TINGKAH LAKU SOSIAL (pengaturan secara
NORMATIF terhadap HASRAT seseorang untuk
menjamin STABILITAS SOSIAL)

(David Lockwood)
KENYATAAN YANG DIABAIKAN DALAM PENDEKATAN
STRUKTURAL FUNGSIONAL
1. Setiap STRUKTUR SOSIAL mengandung KONFLIK dan
KONTRADIKSI yang bersifat internal dan menjadi
PENYEBAB PERUBAHAN
2. REAKSI suatu SISTEM SOSIAL terhadap PERUBAHAN yang
datang dari luar (extra systemic change) tidak selalu
bersifat Adjustive/tampak
3. Suatu SISTEM SOSIAL dalam waktu yang panjang dapat
mengalami KONFLIK SOSIAL yang bersifat VISIOUS CIRCLE
4. Perubahan-perubahan sosial tidak selalu terjadi secara
GRADUAL melalui penyesuaian, tetapi juga dapat terjadi
secara REVOLUSIONER
Teori Konflik DIalektika
MEMANDANG BAHWA PERUBAHAN SOSIAL TIDAK TERJADI
MELALUI PROSES PENYESUAIAN NILAI-NILAI YANG MEMBAWA
PERUBAHAN, TETAPI TERJADI AKIBAT ADANYA KONFLIK YANG
MENGHASILKAN KOMPROMI-KOMPROMI YANG BERBEDA
DENGAN KONDISI SEMULA
Asumsi Dasar Teori Konflik DIalektika
• Konflik dan perubahan sosial merupakan gejala yang
melekat di setiap masyarakat.
• Setiap unsur di dalam suatu masyarakat memberikan
sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan perubahan-
perubahan sosial.
• Setiap masyarakat terintegrasi diatas PENGUASAAN atau
DOMINASI oleh sejumlah orang atas sejumlah orang-orang
yang lain
KONFLIK bersifat MELEKAT pada MASYARAKAT,
namun dalam kenyataannya SISTEM dalam
masyarakat tetap bisa berjalan

Karena kepentingan-kepentingan anggota


masyarakat sudah terwakili melalui
mekanisme yang “terlembaga” sehingga
menghasilkan kompromi-kompromi baru
yang diterima
Menurut DAHRENDORF
Karena adanya ASSOSIASI TERKOORDINASI
secara IMPERATIV (IMPETARATIVELY
COORDINATED ASSOCIATIONS/ICA) yang
mewakili ORGANISASI-ORGANISASI yang
berperan penting di dalam MASYARAKAT
IMPETARATIVELY COORDINATED ASSOCIATIONS
(ICA)
• Terbentuk atas HUBUNGAN-HUBUNGAN
KEKUASAAN antara beberapa KELOMPOK
PEMERAN KEKUASAAN YANG ADA DALAM
masyarakat
• KEKUASAAN menunjukkan adanya faktor
“PAKSAAN” oleh suatu kelompok atas kelompok
yang lain. Dalam ICA hubungan kekuasaan menjadi
“TERSAHKAN” atau TERLEGITIMASI
DOMINATED

MENGUASAI
DIKUASA
I
LEGITIMASI

SUBJUGATED SUBJUGATED SUBJUGATED SUBJUGATED SUBJUGATED


REALITAS SOSIAL
1. SISTEM SOSIAL selalu berada dalam KONFLIK
yang terus menerus (CONTINUAL STATE OF
CONFLICT)
2. Konflik tercipta karena KEPENTINGAN yang saling
BERTENTANGAN dalam struktur sosial
3. Kepentingan yang saling bertentangan
merupakan refleksi dari perbedaan dalam
DISTRIBUSI KEKUASAAN antar kelompok yang
MENDOMINASI dan TERDOMINASI
4. Kepentingan cenderung mempolarisasi kedalam
dua kelompok kepentingan
Dalam tinjauan KONFLIK DIALEKTIKA, suatu
KEPENTINGAN bisa dinegoisasikan antar kelompok
dalam ICA jika sudah menjadi KELOMPOK
KEPENTINGAN yang bersifat RIIL
Sehingga,
Bersatunya INDIVIDU yang memiliki KEPENTINGAN
yang SAMA dalam sebuah kelompok yang
TERORGANISIR menjadi hal yang penting.
Kepentingan yang SAMA dari beberapa
INDIVIDU, jika tidak DIORGANISASI secara
FORMAL kedalam suatu KELOMPOK,
merupakan KEPENTINGAN SEMU karena tidak
ada yang bisa mewakili/mengatasnamakan
pemilik kepentingan
Menurut penganut teori KONFLIK:
KONFLIK TIDAK BISA DILENYAPKAN, TETAPI
HANYA BISA DI KENDALIKAN

AGAR KONFLIK LATENT TIDAK


MENJADI MANIFEST DALAM BENTUK
VIOLENCE/KEKERASAN
BENTUK PENGENDALIAN KONFLIK

KONSILIASI
(CONCILIATION)

MEDIASI
(MEDIATION)

PERWASITAN
(ARBITRATION)
STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA

MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI


SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG
SANGAT BERAGAM SEHINGGA
DISEBUT MAJEMUK
MASING-MASING SUB STRUKTUR
BERJALAN DENGAN SISTEMNYA MASING-
MASING
INDONESIA adalah MASYARAKAT MAJEMUK
yang ditandai oleh 2 ciri unik:
• MAJEMUK secara HORIZONTAL
• MAJEMUK secara VERTIKAL
KONSEKWENSINYA adalah:
• Dalam mengamati SISTEM SOSIAL DAN BUDAYA
serta REALITAS MASYARAKAT INDONESIA
diperlukan minimal penguasaan 2 teori, yaitu;
KONFLIK DIALEKTIKA dan STRUKTURAL
FUNGSIONAL.
• KONFLIK dan KONSENSUS adalah gejala yang
melekat bersama-sama di masyarakat (David
Lockwood)
MASYARAKAT MAJEMUK INDONESIA adalah:

• SUATU MASYARAKAT MAJEMUK (PLURAL


SOCIETIES) yang masyarakatnya terdiri atas
dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-
sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain
dalan SATU KESATUAN POLITIK (Furnival)
CIRI MASY. MAJEMUK INDONESIA

• Dalam KEHIDUPAN POLITIK, tidak ada


KEHENDAK BERSAMA
• Dalam KEHIDUPAN EKONOMI, tidak ada
PERMINTAAN SOSIAL yang DIHAYATI
BERSAMA oleh seluruh elemen MASYARAKAT
(common social demand)
Tidak adanya PERMINTAAN SOSIAL yang
dihayati bersama, menyebabkan KARAKTER
EKONOMI YANG BERBEDA.
EKONOMI MAJEMUK  MASY. MAJEMUK
EKONOPMI TUNGGAL  MASY. HOMOGEN
Akibatnya:
• Anggota masyarakat kurang memiliki
loyalitas terhadap masyarakat sebagai
KESELURUHAN, kurang memiliki
HOMOGENITAS KEBUDAYAAN dan kurang
memiliki DASAR-DASAR untuk saling
memahami satu sama lain.
KARAKTERISTIK MASYARAKAT MAJEMUK
(Pierre L. Van Den Berghe)
• Terjadi SEGMENTASI kedalam bentuk KELOMPOK-
KELOMPOK yang memiliki kebudayaan yang berbeda
• Memiliki STRUKTUR SOSIAL yang terbagi-bagi ke
dalam LEMBAGA-LEMBAGA yang NON
KOMPLEMENTER
• Kurang mengembangkan KONSENSUS antar para
anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar
• Relatif sering terjadi KONFLIK
KARAKTERISTIK MASYARAKAT MAJEMUK
(lanjutan)
• Secara relatif, INTEGRASI SOSIAL tumbuh diatas
PAKSAAN dan saling SALING KETERGANTUNGAN
DALAM BIDANG EKONOMI
• Adanya DOMINASI POLITIK oleh SUATU KELOMPOK
atas KELOMPOK YANG LAIN

KARAKTERISTIK MASYARAKAT MAJEMUK INI


TIDAK BISA DIGOLONGKAN KE DALAM DUA
GOLONGAN MASYARAKAT (MODERN DAN
TRADISIONAL) MENURUT EMILE DURKHEIM
Terkait dengan ciri masyarakat majemuk;
Masyarakat majemuk tidak dapat disamakan dengan
masyarakat yang memiliki unit-unit kekerabatan
yang bersifat segmenter.
Masyarakat majemuk tidak dapat disamakan dengan
masyarakat yang memiliki differensiasi atau
spesialisasi yang tinggi
MASYARAKAT YANG MEMILIKI UNIT KEKERABATAN
YANG BERSIFAT SEGMENTER

Adalah:
Suatu masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam
berbagai kelompok berdasarkan garis keturunan
tunggal, tetapi memiliki struktur kelembagaan
yang bersifat homogen
MASYARAKAT YANG MEMILIKI
DIFERENSIASI/SPESIALISASI TINGGI

Adalah
Suatu masyarakat dengan tingkat differensiasi
fungsional yang tinggi dengan banyak lembaga-
lembaga kemasyarakatan yang saling
komplementer dan saling tergantung
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai