Anda di halaman 1dari 15

DERMATITIS KONTAK

ALERGI

OLEH
Dr. Hj. Ervina, Sp.KK
1. DEFINISI
Dermatitis kontak alergi adalah
suatu dermatitis (peradangan
kulit) yang timbul setelah
kontak dengan alergen
melalui proses sensitisasi.
2. ETIOLOGI
Penyebab DKA ialah bahan kimia sederhana dengan
berat molekul rendah (< 1000 dalton), disebut hapten
bersifat lipofilik, sangat reaktif dan dapat menembus
stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis bagian
dalam yang hidup.
3. EPIDEMIOLOGI
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah
penderita dermatitis kontak alergi lebih sedikit, karena
hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka
(hipersensitif). Namun sedikit sekali informasi mengenai
prevalensi dermatitis ini di masyarakat. Dapat terkena
pada semua umur dengan frekuensi yang sama pada pria
dan wanita.
4. FAKTOR RESIKO
1. Faktor Eksternal (Potesi sensitisasi alergen, dosis per
unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan,
oklusi, suhu dan kelembaban lingkungan, vehikulum,
pH)
2. Faktor Internal (Keadaan kulit pada lokasi kontak,
status imunologik, genetik, status higinie)
5. DIAGNOSA
5.1 Anamnesa
Pasien biasanya mengeluhkan gatal dan ada riwayat kontak dengan
bahan – bahan yang dicurigai sebagai penyebab terjadinya
dermatitis tersebut.

5.2 Pemeriksaan Dermatologi


1. Stadium akut : bercak eritematosa berbatas tegas, edema,
papulovesikel, vesikel, bula, erosi dan eksudasi.
2. Stadium Kronik : kulit kering, skuama, papul, likenifikasi, dan fisur.

5.3 Pemeriksaan penunjang : uji tempel


6. PATOFISIOLOGI
7. PATOGENESIS
Patogenesis
Ketika hapten masuk menembus epidermis kulit maka terjadi 2 fase yang
dapat menyebabkan dermatitis.
1. Fase sensitisasi
Yaitu fase ketika keratinosit memberitahukan sel langerhans bahwa ada
benda asing yang tembus kulit. Kemudian sel lagerhans membawa
hapten tersebut ke sel T dan sel T melakukan proliferasi kemudian
menyebar di sirkulasi darah yang disebut dengan sel T memori.
2.Fase Elisitasi
Alergen yang sama masuk lagi menembus kulit dan bertemu dengan sel
T, sel T menginformasikan ke sel B dan memproduksi IgE yang
akhirnya terjadi proses degranulasi sel mast (histamin, leukotrien,
prostaglandin, dll) yang akhirnya terjadi gatal, kemerahan dan edema
pada kulit.
8. DIAGNOSA BANDING
Dermatitis atopik
Dermatitis numularis
9. PENATALAKSANAAN
9.1 Non Farmakologi :
kompres dengan menggunkan NaCl 0,9% untuk mengurangi gatal

9.2 Farmakologi :
 Antihistamin (Cetirizin 10 mg 1×1 tab)
 Kortikosteroid (Methylprednisolon 4 mg 2×1 tab)
 Topikal (Hidrokortison 1-2%, Triamsinolon 0,1% atau Desoksimetason 2-
2,5%)

9.3 Edukasi :
Menghindari faktor pencetus
10. KOMPLIKASI
Infeksi kulit sekunder oleh bakteri terutama
Staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya
herpes simpleks
Eritema multiforme (lecet) dan menyebabkan kulit
berubah warna, tebal dan kasar atau disebut
neurodermatitis (lichen simplex chronicus)
11. PROGNOSIS
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik,
sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan.
Prognosis kurang baik dan menjadi kronis bila
bersamaan dengan dermatitis yang disebabkan oleh
faktor endogen(dermatitis atopik, dermatitis
numularis atau psoriasis)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai