Anda di halaman 1dari 61

REFARAT POST TEST 

PSORIASIS GUTATA
 
 

Disusun Oleh:
Sara Oriska Wijaya (102117082)
 
Pembimbing:
dr. Hj. Hervina, Sp.KK
 
 
KKS ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN DOKTERUNIVERSITAS BATAM
RSUD DR. RM. DJOELHAM BINJAI
2018
IDENTITAS PASIEN
Nama : Latif Ardiansyah
Umur : 5 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum menikah
Suku :-
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan Terakhir :-
Alamat : Jalan Letumarbaki
Hobby :-
STATUS ORANG SAKIT
Anamnesa
Gatal, dijumpai bercak-bercak kemerahan berbatas tegas
disertai bintil-bintil kecil seperti tetesan air dan sisik putih
mengkilat di dada, perut, punggung, bokong dan kedua kaki.
Dialami 3 minggu yang lalu, diperberat 1 minggu ini
Telaah
•Awalnya gatal. muncul bintil-bintil kecil berwarna kemerahan
muncul di bokong, kemudian menjadi bercak-bercak kemerahan
berbatas tegas dan bersisik putih mengkilat menyebar ke dada,
perut, punggung dan kedua kaki pasien.
Keluhan tambahan : tidak ada
RIWAYAT PERJALANAN
PENYAKIT (RPP)

 Lokasi timbul pertama kali : bokong


 Bagaimana perluasan lesi tersebut : lesi muncul di bokong
bertambah banyak dan menyebar ke dada, perut, punggung dan
kedua kaki
 Tidak ada pengaruh makanan
Riwayat pemakaian obat : tidak ada

Riwayat penyakit terdahulu :tidak ada

Riwayat penyakit keluarga : tidak ada

Status gizi dan kebiasaan : baik

Keadaan lingkungan : baik


STATUS ORANG SAKIT

 Pemeriksaan Fisik
 Vital sign :
 TD : 120/80
 HR : 80x/I
 RR : 20x/i
T : 36,5 c
 INSPEKSI
 Kepala : DBN
 Leher : DBN
 Dada : Bercak kemerahan, bintil-bintil kecil, sisik putih
mengkilat
 Perut : Bercak kemerahan, bintil-bintil kecil, sisik putih
mengkilat
 Ekstremitas
 Superior : DBN

 Inferior : Bercak kemerahan, bintil-bintil kecil, sisik

putih mengkilat
STATUS ORANG SAKIT

 PALPASI
 Kepala : DBN
 Leher : DBN
 Dada : Kasar
 Perut : Kasar
 Ekstremitas
 Superior : DBN
 Inferior : Kasar
 PERKUSI
 Dada : DBN

 AUSKULTASI
 Dada : DBN

 Perut : DBN
STATUS ORANG SAKIT

STATUS DERMATOLOGI
1.Inspeksi kulit
Lokasi : dada, punggung, perut, bokong, kedua kaki
Distribusi : sirkumskrip
Bentuk : teratur
Susunan : tidak khas
Batas : di atas permukaan kulit
Ukuran : Miliar
Efloresensi

Primer : papul eritem, makula eritem


Sekunder: skuama
 Ruam kuku : tidak ada
 Ruam rambut : tidak ada
 Ruam genitalia : tidak ada

 Palpasi kulit : kasar


• Resume
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun datang ke poliklinik
RSUD DR. RM Djoelham Binjai dengan keluhan gatal. Awalnya
Gatal, dijumpai bercak-bercak kemerahan berbatas tegas
disertai bintil-bintil kecil seperti tetesan air dan sisik putih
mengkilat di badan, bokong dan kedua kaki. Dialami 3 minggu
yang lalu, diperberat 1 minggu ini
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Fenomena autspitz
Bila skuama dikerok lembar demi lembar maka satu saat akan
sampai kebagian papila dermis sehingga terlihat titik-titik
perdarahan

• Fenomena koebner
Bila kulit yang sehat digaruk berulang maka kurang lebih 3
minggu ditempat garukan tersebut muncul lesi baru

• Fenomena tetesan lilin


Bila lesi digores dengan bebda berujung agak tajam maka
bagia yang bening tersebut tampak lebih putih daripada
sekitarnya
 Diagnosis sementara : psoriasis gutata
DIAGNOSIS BANDING

1. Psoriasis 2. Dermatitis 3. Dermatitis


gutata seboroik atopik
 Penatalaksanaan :
 Non farmakologi: diberi emolien untuk mencegah
kekeringan kulit

 Farmakologi :
 Metotrexat 2,5 mg/hari selama 14 hari
 Antihistamin : certizine 10 mg diminum 1 kali sehari
 Kortikosteroid topikal

betametason benzoat 0,025 % dioleskan 2-3 kali sehari


selama seminggu
 Edukasi :
 hindari faktor pencetusnya

 Hindari garukan agar tidak muncul lesi baru

 Prognosis : tidak menyebab kan kematian tetapi


bersifat kronik dan residif.
PSORIASIS GUTATA
1. DEFINISI

 Guttate psoriasis adalah


presentasi klinis yang ditandai
khas seperti tetesan air,
diameter 1-10 mm, papula
seperti salmon-pink,
biasanya dengan skuama
halus, seperti yang
ditunjukkan pada gambar di
samping.
2. ETIOLOGI
faktor genetik yang kuat, dengan ciri
gangguan perkembangan dan diferensiasi
epidermis, abnormalitas pembuluh darah,
faktor imunologis dan biokimiawi, serta
fungsi neurologis
3. EPIDEMIOLOGI

 Morbiditas dan mortalitas


Guttate psoriasis adalah erupsi yang tidak fatal yang terjadi
dalam waktu singkat yaitu beberapa minggu hingga
beberapa bulan atau dapat berkembang menjadi plak kronis
dari psoriasis.
 Ras dan Jenis Kelamin di Guttate Psoriasis

Psoriasis gutata dapat mengenai orang-orang dari semua ras


dan sama pengaruhnya pada pria dan wanita.
 Guttate Psoriasis dan Anak

Guttate psoriasis adalah varian psoriasis kedua paling umum


yang dapat ditemukan pada psoriasis anak-anak .
4. FAKTOR RESIKO
 Faktor herediter bersifat dominan otosomal dengan
penetrasi tidak lengkap.
 Faktor-faktor psikis, seperti stres dan gangguan emosis..

 Infeksi fokal. Infeksi menahun di daerah hidung dan


telinga, tuberkulosis paru, dermatomikosis, arthritis dan
radang menahun ginjal.
 Penyakit metabolic, seperti diabetes mellitus yang laten.

 Gangguan pencernaan, seperti obstipasi.

 Faktor cuaca.
5. DIAGNOSIS
 5.1 ANAMNESIS
Lesi sering disertai dengan rasa gatal.
 5.2 Px. DERMATOLOGI

Pemeriksaan kulit menunjukkan lesi khas yang terdiri


dari papul yang menyerupai tetesan air, multipel,
diskrit, diameter1-10 mm, dengan rona kemerahan.
Pada psoriasis gutata Juga dapat ditemukan sisik halus,
tetapi biasanya tidak ditemukan pada lesi stadium awal.
 5.3 Px. PENUNJANG
5.3.1 Px. HISTOPATOLOGI
gambaran histopatologik yang khas yakni parakeratosis
dan akantosis. Pada stratum spinosum terdapat
kelompok leukosit yang disebut abses Munro. Selain itu
terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di
subepidermis
5.3.2 Px. TAMBAHAN
• Fenomena autspitz

Bila skuama dikerok lembar demi lembar maka satu saat


akan sampai kebagian papila dermis sehingga terlihat
titik-titik perdarahan
• Fenomena koebner

Bila kulit yang sehat digaruk berulang maka kurang lebih 3


minggu ditempat garukan tersebut muncul lesi baru
• Fenomena tetesan lilin

Bila lesi digores dengan bebda berujung agak tajam maka


bagia yang bening tersebut tampak lebih putih daripada
sekitarnya
6. PATOFISIOLOGI
 Terdapat penebalan epidermis, disorganisasi stratum
korneum akibat hiperproliferasi epidermis dan
peningkatan kecepatan mitosis, disertai peningkatan
ekspresi intercellular adhesion molecule 1 (ICAM 1)
serta abnormalitas diferensiasi sel epidermis. Gambaran
histopatologisnya antara lain elongasi rete ridges,
parakeratosis, serta infi ltrasi berbagai sel radang. Sel T
CD 3+ dan CD 8+ dapat ditemukan di sekitar kapiler
dermis dan epidermis. Sel dendritik CD 11c+ biasanya
ditemukan di dermis bagian atas
7. PATOGENESIS
 Epidermis pada plak psoriasis menebal dan hiperplastik,
dan terdapat maturasi inkomplit sel epidermal di atas
area sel germinatif. Replikasi yang cepat dari sel
germinatif sangat mudah dikenali, dan terdapat
pengurangan waktu untuk transit sel melalui sel
epidermis yang tebal. Abnormalitas pada vaskularisasi
kutaneus ditandai dengan peningkatan jumlah mediator
inflamasi, yaitu limfosit, polimorfonuklear, leukosit, dan
makrofag, terakumulasi di antara dermis dan epidermis.
Sel-sel tersebut dapat menginduksi perubahan pada
struktur dermis baik stadium insial maupun stadium
lanjut penyakit
8. DIAGNOSIS BANDING

DERMATITI
SEBOROIK
DERMATITIS
ATOPIK
9. PENATALAKSANAAN
 9.1 FARMAKOLOGI
pengobatan sistemik :
1. kortikosteroid
2. antibiotik
3. metotreksat

pengobatan topikal
1. preparat ter
2. kortikosteroid
 9.2 EDUKASI PASIEN
 Pasien harus dianjurkan untuk meminimalkan
segala bentuk trauma kulit, seperti menggaruk
atau menggosok kuat, yang dapat menyebabkan
lesi psoriasis baru di area yang sebelumnya tidak
terkena .
10. KOMPLIKASI
Area kulit yang telah diberi steroid topikal potensi
tinggi untuk waktu yang lama dapat menunjukkan
beberapa atrofi, telangiectases, dan hipopigmentasi.
Mengganti preparat obat dengan potensi yang lebih
rendah atau modalitas pengobatan lain harus
dipertimbangkan.
11. PROGNOSIS

Psoriasis tidak menyebabkan kematian


tetapi perjalanan penyakitnya bersifat
kronis dan residif
DERMATITIS SEBOROIK
1. DEFINISI

 Dermatitis seboroik
adalah penyakit kulit
yang bersifat kronik
papulo-skuamosis
yang menyerang
anak-anak dan
dewasa dengan
karakteristik
ditemukan di daerah
seboroik.
2. ETIOLOGI
 Etiologi
dari penyakit ini diduga akibat aktivitas
kelenjar sebasea yang meningkat dan Infeksi
Pityrosporum ovale.
3. EPIDEMIOLOGI

 Dermatitis seboroik bisa ditemukan pada seluruh ras, dan lebih


banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita.Hal ini mungkin
disebabkan karena adanya aktifitas kelenjar sebasea yang diatur oleh
hormon androgen
4. FAKTOR RESIKO
 Aktivitas kelenjar sebasea yang berlebihan
 Infeksi Pityrosporum ovale
 Faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban)
 Infeksi Candida albicans atau Staphylococcus aureus
 Kelainan neurotransmiter (mis : pada penyakit parkinson)
 Obat-obatan (arsen, emas, metildopa, simetidin, dan
neuroleptik)
 Proliferasi epidermal yang menyimpang
 Kekurangan nutrisi
 Faktor genetik
 Imunodefisiensi
5. DIAGNOSA

 5.1 ANAMNESA
gatal. Dijumpai bercak kemerahan disertai bintil
berbatas tidak tegas dan sisik halus.
 5.2 DERMATOLOGI

 Distribusinya biasanya bilateral dan simetris


berupa makula eritematosa yang ditutupi oleh
papul-papul miliar berbatas tidak tegas, dan
skuama putih berminyak. Kadang-kadang
ditemukan erosi dengan krusta yang sudah
mengering berwarna kekuningan.
 5.3 Px. PENUNJANG
 5.3.1 Px. HISTOPATOLOGI

 Gambaran histopatologis dermatitis seboroik tidak spesifik


berupa hiperkeratosis, akantosis, fokal spongiosis dan
parakeratosis
6. PATOFISIOLOGI
7. PATOGENESIS

 Pertumbuhan P. ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan


reaksi inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang
masuk ke dalam epidermis maupun karena sel jamur itu
sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans.
Hubungan yang erat terlihat karena kemampuan untuk
mengisolasi berefek bagus dengan pemberian anti jamur.
8. DIAGNOSIS BANDING

PSORIASIS

DERMATITIS
ATOPIK
9. PENATALAKSANAAN
 9.1 NON FARMAKOLOGI
 Kompres dengan air hangat
 Mandi dengan menggunakan sabun bayi
 Diberikan asam salisilat 1%
 9.2 FARMAKOLOGI
 PENGOBATAN SISTEMIK
 Kortikosteroid
 Antihistamin
 antibiotik
 PENGOBATAN TOPIKAL
 Kortikosteroid
 Larutan salisil 1 %
 9.3 EDUKASI
 Jangan menggaruk lesi yang gatal untuk menghindari terjadinya infeksi skunder
 Menjaga kebersihan kulit
10. KOMPLIKASI

 Erythroderma desquamativum (Leiner’s Disease) merupakan


komplikasi dermatitis seboroik pada bayi (dermatitis
seborrhoides infantum). Kelainan kulit pada Leiner’s
Disease berupa eritema universal disertai skuama yang kasar
pada daerah kulit kepala, wajah. Sangat cepat menyebar ke
bagian lain dari tubuh
11. PROGNOSIS

Dubia ad bonam
DERMATITIS ATOPIK
1. DEFINISI

 Dermatitis atopik adalah peradangan


kulit kronis residif disertai gatal
yang umumnya sering terjadi
selama masa bayi dan anak, sering
berhubungan dengan peningkatan
kadar IgE dalam serum dan
riwayat atopi pada penderita atau
keluarganya.
2. ETIOLOGI

 Penyebab pasti belum diketahui, tetapi faktor turunan


merupakan dasar pertama untuk timbulnya penyakit ini.
3. EPIDEMIOLOGI

 Umur :
 bentukbayi : 2bln-2th
 Bentuk anak : 3- 10 th
 Bentuk dewasa : 13-30 th

 Dapat terkena pada semua ras


4. FAKTOR RESIKO

 Daerah yang panas lebih sering terkena


 Panas dan lembab mudah menimbalkan penyakit tersebut

 Kebersihan yang kurang dapat memperberat penyakit

 Penyakit keturunan

 Lingkungan yang banyak mengandung sensitizer, iritan dan


gangguan emosi sering memudahkan timbulnya penyakit ini
5. DIAGNOSIS
 5.1 ANAMNESIS
 Gatal . Dijumpai bercak kemerahan disertai gelembung
berisi air sampai erosi .
 5.2 Px. DERMATOLOGI

 Bentuk bayi 2 bln-3 th :

 Eritema berbatas tegas, papup/vesikel miliar disertai


erosi dan eksudasi serta krusta
 Bentuk anak 3-10 th :

 Papul-papul miliar, likenifikasi, tidak eksudasi


 Bentuk dewasa 13-30th :
 Biasanya hiperpugmentasi, kering dan likenifikasi
 5.3 Px. PENUNJANG
 PRICT TEST
 Disinfeksi daerah fleksor lengan bawah

 Menggambar kotak-kotak pada lengan

 Setelah itu teteskan alergen satu per satu sesuai nomor

 Tusuk kulit 45 derajat pada daerah yang diteteskan

alergen
 Tunggu hasil 30 menit

 0 = negatif

 +1 = urtika <1mm

 +2 = urika 1-3 mm

 +3 = urtika 3-5 mm

 +4 = urtika >5 mm
6. PATOFISIOLOGI
 Defisiensi imunologik berupa peningkatan IgE dan
gangguan fungsi limfosit T, juga didapatkan pada DA.
Diduga pada DA terdapat early phase reaction dan late
phase reaction. Pada EPR setelah alergen terikan dengan
IgE pada permukaan sel mast, terjadilah degranulasi
pada sel mast sehingga terjadi pengeluaran histamin dan
beberapa sitokin. Sesudah itu dilanjutkan dengan LPR
yaitu timbul ekspresi beberapa molekul adhesi pada
dinding yang dipengaruhi oleh beberapa sitokin pada
EPR. Akhirnya sel radang akan kerluar dan pembuluh
darah menuju jaringan sehingga timbul reaksi radang.
7. PATOGENESIS
8. DIAGNOSIS BANDING

Psoriasis gutata

Dermatitis
seboroik
9. PENATALAKSANAAN
 9.1 NON FARMAKOLOGI
 Kompres lesi dengan menggunakan NaCl
 9.2 FARMAKOLOGI
 SISTEMIK
 Antihistamin

 Topikal
 Kortikosteroid

 9.3 EDUKASI
 Hindari semua faktor luar yang menimbulakan gejala
 Menjauhi alergen pencetus
 Hindari pemakaian sabun keras dan bahan pakaian
wol
10. KOMPLIKASI
 Infeksi kutan ini dapat menimbulkan lebih resiko yang
serius pada bayi dan pada waktu mendatang akan
berpotensi untuk infeksi sistemik. Penderita dermatitis
atopik juga sangat rentan dengan infeksi virus, yang
paling berbahaya adalah herpes simplex dengan
penyebaran luas dapat mengakibatkan ekzema
hepetikum yang dapat terjadi pada semua usia.
PROGNOSIS

Dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai