Anda di halaman 1dari 120

RINGKASAN MATA

KULIAH KESELAMATAN
PASIEN DAN
KESELAMATAN KERJA
DALAM KEPERAWATAN

NAMA: DESAK PUTU INDAHYANI


NIM: 201801014
PRODI: S1 KEPERAWATAN
SEMESTER: IV(4)
KESELAMATAN PASIEN
DAN KESEHATAN
KERJA DALAM
KEPERAWATAN
APA ITU K3 ?

 Pengertian Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang


terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia
yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.

 Pengertian K3 secara keilmuan; K3 merupakan ilmu pengetahuan dan


penerapannya dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.

 Pengertian K3 secara filosofis; suatu upaya yang dilakukan untuk


memastikan keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja
pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan
budaya menuju masyarkat adil dan makmur
PENGERTIAN K3 MENURUT PARA AHLI
 Menurut WHO
pengertian K3 adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan dan
memelihara derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-
tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan;
perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan.
 Widodo
Menurut Widodo, definisi K3 adalah bidang yang berhubungan dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah
institusi maupun lokasi proyek
 Ardana
Menurut Ardana, pengertian K3 adalah upaya perlindungan yang ditujukan
agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat sehingga setiap sumber produksi bisa digunakan secara
aman dan efisien.
TUJUAN K3

 Menurut UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan


Kerja, tujuan dari K3 adalah mencegah terjadinya
kecelakaan dan sakit dikarenakan pekerjaan. Selain itu, K3
juga berfungsi untuk melindungi semua sumber produksi
agar dapat digunakan secara efektif.
PRINSIP DAN KONSEP
KESELAMATAN
PASIEN
PENGERTIAN

 Keselamatan pasien merupakan suatu sistem untuk mencegah


terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (TKPRS RSUP SanglahDenpasar,
2011).
TUJUAN SISTEM
KESELAMATAN PASIEN

 Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit


 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien
dan masyarakat.
 Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD)
 Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD
UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENCAPAI
TUJUAN TERSEBUT,YAITU:
 Akselerasi program infeksion control prevention (ICP)
 Penerapan standar keselamatan pasien dan pelaksanaan 7 langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Dan di evaluasi melalui akreditasi rumah
sakit
 Peningkatan keselamatan penggunaan darah (blood safety).
 Dievaluasi melalui akreditasi rumah sakit.
 Peningkatan keselamatan pasien di kamar operasi cegah terjadinya wrong
person, wrong site, wrong prosedure (Draft SPM RS:100% tidak terjadi
kesalahan orang, tempat, dan prosedur di kamar operasi)
 Peningkatan keselamatan pasien dari kesalahan obat.
 Pelaksanaan pelaporan insiden di rumah sakit dan ke komite keselamatan
rumah sakit.
MANFAAT PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

 Rumah Sakit yang menerapkan keselamatan pasien akan lebih mendominasi


pasar jasa bagi Perusahaan-perusahaan dan Asuransi-asuransi dan
menggunakan Rumah Sakit tersebut sebagai provider kesehatan
karyawan/klien mereka, dan kemudian di ikuti oleh masyarakat untuk
mencari Rumah Sakit yang aman.

 Kegiatan Rumah Sakit akan lebih memukuskan diri dalam kawasan


keselamatan pasien.
FAKTOR-FAKTOR YG
MEMPENGARUHI PENERAPAN
PASIEN SAFETY
 Kepemimpinan
 Individu
 Budaya
Infrastuktur
Lingkungan
7 PRINSIP KESELAMATAN PASIEN

1. Kesadaran (awareness) tentang nilai keselamatan pasien rumah


sakit
2. komitmen memberikan pelayanan yang berorientasi patient safety
3. Kemampuan mengidentifikasi faktor risiko penyebab insiden
terkait patient safety.
4. Kepatuhan pelaporan insiden terkait patient safety
5. Kemampuan berkomunikasi yang efektif tentang faktor risiko
insiden terkait patient safety
6. Kemampuan mengidentifikasi akar penyebab masalah terkait
patient safety
7. Kemampuan memanfaatkan informasi tentang kejadian yang
terjadi untuk mencegah kejadian berulang.
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
SASARAN I: KETEPATAN IDENTIFIKASI
PASIEN

Rumah Sakit mengembangkan pendekatan untuk


memperbaiki/ meningkatkan ketelitian identifikasi pasien
 
 Identifikasi sebelum pemberian obat, memberi dan
mengambil darah/produk darah, dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis.

 Identifikasi sebelum melakukan tindakan/prosedur.


ADAPUN ELEMEN PENILAIAN UNTUK
SASARAN INI ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
 Pasien yang dirawat diidentifikasi dengan menggunakan gelang identitas
sedikitnya dua identitas pasien (nama, tanggal lahir atau nomor rekam
medik)
 Pasien yang dirawat diidentifikasi dengan warna gelang yang ditentukan
dengan ketentuan biru untuk laki-laki dan merah muda untuk perempuan,
merah untuk pasien yang mengalami alergi dan kuning untuk pasien
dengan risiko jatuh (risiko jatuh telah diskoring dengan menggunakan
protap penilaian skor jatuh yang sudah ada)
 Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah.
 Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis.
 Pasien yang dirawat diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan/prosedur.
APA YANG TERJADI JIKA SALAH
IDENTIFIKASI ???

Salah dignosa Salah pemberian Salah hasil


Salah transfusi
obat pemeriksaan

Pasien cidera Citra Buruk

Tuntutan
SASARAN 2: PENINGKATAN
KOMUNIKASI EFEKTIF
Mengembangkan pendekatn utk meningkatkan efektifitas
komunikasi antar para pemberi pelayanan

Perintahlengkap secara lisan dan yg melalui telepon atau hasil


pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi
perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi
keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara
konsisten.
SASARAN 3 : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YG PERLU DIWASPADAI (HIGH
ALERT)

 mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-


obat yang perlu diwaspadai (high alert)

 Melakukan sosialisasi dan mewaspadai obat Look Like dan Sound


Alike (LASA) atau Nama Obat Rupa Mirip (NORUM)
 Menerapkan kegiatan DOUBLE CHECK dan COUNTER SIGN
setiap distribusi obat dan pemberian obat pada masing-masing
instansi pelayanan.
 Menerapkan agar Obat yang tergolong HIGH ALERT berada di
tempat yang aman dan diperlakukan dengan perlakuan khusus
 Menjalankan Prinsip delapan Benar dalam pelaksanaan
pendelegasian Obat (Benar Instruksi Medikasi, Pasien, Obat, Masa
Berlaku Obat, Dosis, Waktu, Cara, dan Dokumentasi).
SASARAN 4: KEPASTIAN TEPAT
LOKASI, TEPAT PROSEDUR, TEPAT
PASIEN OPERASI
 Mengembangkan suatu pendekatan utk memastikan tepat-lokasi, tepat-
prosedur dan tepat-pasien.
 RS menggunakan suatu tanda yang jelas & dimengerti untuk identifikasi
lokasi operasi dan melibatkan pasien didalam proses penandaan.
 RS menggunakan suatu cheklist/proses lain untuk memverifikasi saat pre
operasi tepat- lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen
serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat dan fungsional
 Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum
"incisi/time out"tepat sebelum dimulainya suatu prosedur tindakan
pembedahan.
 Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung suatu proses
yang seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-
pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar
kamar operasi.
SASARAN-5
PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN

 Mengembangkan s/ pendekatan utk mengurangi resiko infeksi


yang terkait pel.kes
 RS mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum dari
WHO Guidelines on Patient Safety.
 RS menerapkan program hand hygiene yang efektif.
 Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan resiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
SASARAN 6: PENGURANGAN RESIKO
PASIEN JATUH
Mengembangkn s/ pendekatn utk mengurangi
resiko pasien dari cidera karena jatuh.
 RS menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap resiko
jatuh dan melakukan asesmen ulang bila pasien diindikasikan
terjadi perubahan kondisi atau pengobatan dan lain-lain.
 Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi
mereka yang pada hasil asesmen dianggap beresiko jatuh.
 Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan,
pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian yang
tidak diharapkan.
 Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan berkelanjutan resiko pasien cedera akibat jatuh di
rumah sakit.
7 STANDAR KESELAMATAN
PASIEN

 Hak pasien
 Mendidik pasien dan keluarga
 Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
 Penggunaan metode-metode dalam peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
 Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
 Mendidik staf tentang keselamatan pasien
 Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
RUMAH SAKIT WAJIB MEMBENTUK TKPRS

 Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 6


mewajibkan setiap Rumah Sakit membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (TKPRS) yang ditetapkan oleh Kepala Rumah Sakit sebagai pelaksana
kegiatan keselamatan pasien.

 TKPRS bertanggung jawab kepada Kepala Rumah Sakit.

 Keanggotaan TKPRS terdiri dari manajemen Rumah Sakit dan unsur dari profesi
kesehatan di Rumah Sakit.
TUGAS TPKRS ADALAH :
 Mengembangkan program keselamatan pasien Rumah Sakit sesuai dengan
kekhususan Rumah Sakit tersebut;
 Menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program keselamatan
pasien Rumah Sakit;
 Menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi,
pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluasi) tentang terapan
(implementasi) program keselamatan pasien Rumah Sakit;
 Bekerja sama dengan bagian pendidikan dan pelatihan Rumah Sakit untuk
melakukan pelatihan internal keselamatan pasien Rumah Sakit;
 Melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta
mengembangkan solusi untuk pembelajaran;
 Memberikan masukan dan pertimbangan kepada Kepala Rumah Sakit
dalam rangka pengambilan kebijakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
 dan Membuat laporan kegiatan kepada Kepala Rumah Sakit
   APLIKASI PATIENT SAFETY

 Pelayanan keperawatan yang baik adalah pelayanan keperawatan yang


memperhatikan keselamatan pasien. Setiap tindakan keperawatan yang
dilakukan beserta dengan peralatan dan lingkungan sekitar sudah
seharusnya dikondisikan secara sempurna untuk menunjang keselamatan
pasien.
 aplikasi keselamatan pasien dapat dilakukan pada tempat dan dengan
standar aplikasi sebagai berikut.
 Kamar operasi
 Unit Gawat Darurat
 Intensif Care Unit (ICU)
BUDAYA DALAM RUANG
LINGKUP KERJA
PERAWAT DALAM
PENINGKATAN
KESELAMATAN PASIEN
 Semua organisasi mempunyai budaya kerja masing-masing.
Biasanya budaya kerja dalam organisasi ini bisa langsung
dirasakan begitu kita masuk kedalamnya.
 Misalnya ketika kita masuk ke salah satu unit di rumah sakit, kita
akan bisa segera menilai apakah petugasnya ramah, siap
membantu, pelayanannya cepat, dll.
 Ini adalah contoh dari dimensi budaya patient safety yang bisa
dirasakan. dimensi budaya patient safety yang bisa langsung
dirasakan hanyalah sebagian kecil dari budaya patient safety.
BUDAYA KERJA
 Schein (1992) mendefinisikan budaya kerja sebagai kebiasaan orang bekerja
dalam suatu kelompok, nilai, filosofi dan aturan-aturan dalam kelompok yang
membuat mereka bisa bekerjasama.
 Karakteristiknya antara lain:
 budaya kerja sebagai suatu pola yang dibentuk berdasarkan asumsi-asumsi dasar;
 dibentuk oleh kelompok sebagai upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang
muncul dalam lingkungan kerja dan untuk beradaptasi dengan lingkungan
eksternal;
 mencerminkan tradisi yang dianggap berjalan dengan baik, diajarkan kepada
anggota-anggota baru dalam organisasi, dianggap sebagai cara terbaik untuk
berperilaku dan berfikir.
 Secara singkat budaya kerja adalah bagaimana kita menyelesaikan pekerjaan
ditempat kerja. Budaya kerja berperan penting dalam keberhasilan atau kegagalan
suatu organisasi pelayanan kesehatan dan juga dalam konteks patient safety.
TABEL 1. FUNGSI DAN EFEK DARI BUDAYA
KERJA

Fungsi: Efek:
 menurunkan kecemasan yang muncul
 Menetapkan batas-batas akibat ketidakmampuan untuk mengerti,
 Membentuk identitas memprediksi dan mengontrol kejadian.
 Memiliki potensi untuk meningkatkan
 Membentuk komitment untuk
performa, kepuasan, ekspektasi, sikap
mencapai tujuan organisasi yang dan perilaku dalam organisasi
lebih tinggi  Mempengaruhi kesehatan (well-beings)
 Mengembangkan stabilitas sistem pekerja
sosial  Jika tidak disesuaikan dengan perubahan
harapan stakeholders internal dan
 Sebagai mekanisme regulasi
eksternal, efektifitasnya bisa menurun.
terhadap perilaku dan sikap
BUDAYA KERJA INI BERADA
DALAM 3 LEVEL
 level inti,
 strategis,
 manifestasi.

Berdasarkan tipenya, budaya kerja dibedakan


menjadi 3 yaitu :
 Budaya yang konstruktif
 Pasif-defensif,
 Agresif-defensif.
BUDAYA KESELAMATAN DALAM
ORGANISASI

 Berbagai penelitian pada berbagai industri yang


membutuhkan ketepatan tinggi (high reliability
organization), seperti industri pesawat terbang,
atau instalasi pembangkit tenaga nuklir
menunjukkan bahwa safety culture merupakan
prioritas pertama dalam industri tersebut.
INDUSTRI-INDUSTRI SEMACAM INI
MEMPUNYAI BEBERAPA KARAKTERISTIK[
 Mempunyai otonomi yang tinggi, tetapi tetap ada saling ketergantungan. Setiap individu dalam organisasi mempunyai
otonomi sebagai pekerja yang independen, tetapi tetap membutuhkan pekerja yang lain untuk menyelesaikan pekerjaannya.
 Mempunyai beberapa tim dengan budaya kerja yang berbeda-beda yang juga saling membutuhkan. Misalnya seorang dokter
merupakan bagian dari tim dokter dan seorang perawat merupakan bagian dari tim perawat. Tetapi dokter membutuhkan
perawat dalam prakteknya dan demikian pula sebaliknya.
 Selalu waspada terhadap semua resiko yang mengancam keselamatan (safety). Untuk menciptakan budaya ini biasanya
organisasi sudah mempunyai aturan-aturan dan prosedur formal, tetapi yang lebih penting adalah adanya perhatian khusus
terhadap situasi-situasi yang beresiko tinggi dan tidak hanya sekedar mematuhi aturan dan prosedur secara rutin. Untuk itu,
biasanya ada satu petugas yang secara rutin mensupervisi dan memonitor respon terhadap situasi yang beresiko.
 Training mendapatkan prioritas yang tinggi. Kompetensi staf secara rutin dievaluasi , seringkali dengan melakukan simulasi-
simulasi.
 Untuk situasi beresiko tinggi digunakan pendekatan kolaborasi. Pada situasi yang beresiko tinggi, garis hirarki formal
ditinggalkan dahulu, semua anggota tim meningkatkan kewaspadaan, dan masing-masing anggota tim ikut memonitor
perkembangan situasi dan aktifitas anggota tim yang lain. Umpan balik terhadap performa setiap anggota tim diberikan
secara langsung dan bebas. Tujuan utamanya adalah keselamatan.
BUDAYA PATIENT SAFETY
 Budaya patient safety adalah produk dari nilai, sikap,
kompetensi, dan pola perilaku individu dan kelompok yang
menentukan komitmen, style dan kemampuan suatu
organisasi pelayanan kesehatan terhadap program patient
safety.
 Jika suatu organisasi pelayanan kesehatan tidak
mempunyai budaya patient safety maka kecelakaan bisa
terjadi akibat dari kesalahan laten, gangguan psikologis
dan physiologis pada staf, penurunan produktifitas,
berkurangnya kepuasan pasien, dan bisa menimbulkan
konflik interpersonal
KARAKTERISTIK DARI POSITIVE
SAFETY CULTURE

 Komunikasi dibentuk dari keterbukaan dan saling percaya


 Alur informasi dan prosesing yang baik
 Persepsi yang sama terhadap pentingnya keselamatan
 Disadari bahwa kesalahan tidak bisa sepenuhnya dihindari
 Identifikasi ancaman laten terhadap keselamatan secara proaktif
 Pembelajaran organisasi
 Memiliki pemimpin yang komit dan eksekutif yang bertanggung jawab.
 Pendekatan untuk tidak menyalahkan dan tidak memberikan hukuman
pada insiden yang dilaporkan.
PERGESERAN PARADIGMA
DALAM PATIENT SAFETY

PARADIGMA LAMA PARADIGMA BARU

 Mengapa bisa terjadi?


 Siapa yang melakukannya?
 Berfokus pada near miss
 Berfokus pada bad events
 Bottom up
 Top down
 Memperbaiki sistem supaya tidak
 Yang salah dihukum
terulang
TIGA STRATEGI PENERAPAN
BUDAYA PATIENT SAFETY:

 Strategy 1
 Lakukan safe practices
 Rancang sistem pekerjaan yang memudahkan orang lain untuk melakukan
tindakan medik secara benar
 Mengurangi ketergantungan pada ingatan
 Membuat protokol dan checklist
 Menyederhanakan tahapan-tahapan
MENURUT CARTHEY &CLARKE (2010),  ORGANISASI
KESEHATAN AKAN MEMILIKI BUDAYA KESELAMATAN
PASIEN YANG POSITIF, JIKA MEMILIKI DIMENSI BUDAYA
SEBAGAI BERIKUT

 Budaya keterbukaan (open culture)


 Budaya keadilan (just culture)
 Budaya informasi (informed culture)
 Budaya pelaporan (reporting culture)
 Budaya belajar (learning culture)
TIGA STRATEGI PENERAPAN
BUDAYA PATIENT SAFETY:

 Edukasi
a. Kenali dampak akibat kelelahan dan kinerja
b. Pendidikan dan pelatihan patient safety
c. Melatih kerjasama antar tim
d. Meminimalkan variasi sumber pedoman klinis yang mungkin membingungkan
 Akuntabilitas
a. Melaporkan kejadian error
b. Meminta maaf
c. Melakukan remedial care = perbaikan perawatan
d. Melakukan root cause analysis = akar penyebab
e. Memperbaiki sistem atau mengatasi masalahnya.
MENGUKUR MATURITAS
BUDAYA PATIENT SAFETY
Maturitas budaya patient safety dalam organisasi diklasifikasikan oleh Ashcroft
et.al. (2005) menjadi lima tingkat maturitas:
 patologis,
 reaktif,
 kalkulatif,
 proaktif
 generatif.
PENGUKURAN BUDAYA
KESELAMATAN PASIEN
Beberapa alat ukur yang sering digunakan dalam penilaian budaya keselamatan
pasien di rumah sakit adalah :
 Hospital Survey on Patient Safety Culture
 Dapat menilai budaya organisasi
 Dapat melihat perubahan budaya yang terjadi
 Dapat untuk melakukan evaluasi pasca intervensi
 Dapat menilai pada tingkat individu , unit dan organisasi
 Dapat membandingkan dengan data negara lain
kelemahan yang ada pada alat ukur ini adalah penggunaannya terbatas pada
konteks rumah sakit dan adanya beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa
tidak semua item valid, reliabel dan dapat digeneralisir.
PENGUKURAN BUDAYA
KESELAMATAN PASIEN
 manchester Patient Safety Culture Assesment Tool
 Mampu menilai lima tingkat kematangan organisasi
 Dapat digunakan pada tingkat organisasi atau tim
 Dapat menunjukkan area prioritas untuk perbaikan
Beberapa item dalam kuesioner ini sulit untuk dinilai
sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk melengkapi.
Dan meskipun telah digunakan di Inggris ,namun tidak
banyak penelitian yang melaporkan penggunaan dari
kuesioner ini
ADA BEBERAPA FAKTOR YANG MENJADI PENYEBAB KENAPA
BUDAYA KESELAMATAN PASIEN BELUM BENAR-BENAR
DITERAPKAN DI BERBAGAI RUMAH SAKIT.

 Pertama, rendahnya tingkat kepedulian petugas kesehatan terhadap pasien, hal ini bisa
dilihat dengan masih ditemukannya kejadian diskriminasi yang dialami oleh pasien
terutama dari masyarakat yang tidak mampu.

 Kedua, beban kerja petugas kesehatan yang masih terlampaui berat terutama perawat. 

 ketiga, orientasi pragmatisme para petugas kesehatan yang saat ini masih melekat
disebagian petugas kesehatan. Masih ditemukan para petugas kesehatan yang hanya
berorientasi untuk mencari materi/keuntungan semata tanpa mempedulikan
keselamatan pasien.

 Keempat, lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh dinas kesehatan terhadap para
petugas kesehatan
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN MANUSIA
PADA KESELAMATAN PASIEN
FAKTOR-FAKTORNYA A/L:
 Pencahayaan
 Kebisingan
 Suhu Udara
 Siklus Udara (Ventilasi)
 Bau-Bauan
 Getaran Mekanis
PENGARUH FAKTOR MANUSIA
DALAM KESELAMATAN PASIEN
 Human factor memeriksa hubungan antara manusia dan sistem dan
bagaimana mereka berinteraksi dengan berfokus pada peningkatan
efisiensi, kreativitas, produktivitas dan kepuasan pekerjaan, dengan
tujuan meminimalkan kesalahan.

 Pengetahuan yang Diperlukan Istilah human factor atau ergonomik


umumnya digunakan mendeskripsikan interaksi antara tiga aspek
saling berhubungan: individu di tempat kerja, tugas yang dibebankan
untuk individu tersebut, dan tempat kerjanya.

 Hubungan Antara Human Factor Dengan Keslamatan Pasien yakni


ada Dua factor dengan dampak paling banyak adalah kelelahan dan
stress. Ada bukti ilmiah kuat yang menghubungkan kelelahan dan
penurunan kinerja sehingga menjadikan factor resiko dalam
keselamatan pasien.
MANFAAT MENERAPKAN HUMAN
FACTORS IN PATIENT SAFETY
 Model bagi seorang pemimpin di tatanan keperawatan adalah dapat
memahami  mengapa staf membuat kesalahan dan faktor mana yang
mengancam keselamatan pasien,
 memperbaiki budaya keselamatan tim dan organisasi,
 meningkatkan kerja tim dan memperbaiki komunikasi antar staf,
 memperbaiki disain sistem dan peralatan dalam menunjang mutu
pemberian asuhan keperawatan,
 mengidentifikasi apa yang 'salah' dan memprediksi apa yang 'bisa
salah' dan yang penting selanjutnya adalah
 menganalisa bagaimana alat tertentu dapat membantu mengurangi
kemungkinan bahaya pada pasien (Patient Safety First, 2010).
EBP UNTUK
KESELAMATAN
PASIEN
APA ITU EBP???

 Evidence Base Pratice adalah pendekatan sistematis


terhadap praktik yang menekankan penggunaan bukti yang
dikombinasikan dengan dokter, serta preferensi pasien dan
nilai, untuk membuat keputusan tentang keperawatan .
BEBERAPA LANGKAH KUNCI YANG
MENDASARI DAN MENDORONG
PROSES EBP ANTARA LAIN,

 Meminta pertanyaan klinis yang penting


 Mengumpulkan bukti yang paling relevan dan terbaik
 Menggali bukti secara kritis
 Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan
preferensi pasienuntuk membuat keputusan praktik
 Mengevaluasi hasil keputusan praktik.
MODEL EBP : STETLER

Model Stetler dikembangkan pertama kali tahun 1976 kemudian diperbaiki tahun 1994 dan
revisi terakhir 2001. Model ini terdiri dari 5 tahapan dalam menerapkan Evidence Base
Practice Nursing.

1)    Tahap persiapan.
2)    Tahap validasi.
3)    Tahap evaluasi perbandingan/ pengambilan keputusan.
 4)    Tahap translasi atau aplikasi.
5)    Tahap evaluasi.
MODEL EBP : IOWA

 Model IOWA diawali dengan adanya trigger atau masalah.


Trigger bisa berupa knowledge focus atau problem focus.
Jika masalah yang ada menjadi prioritas organisasi, maka
baru dibentuklah tim.
 Tim terdiri atas dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain
yang tertarik dan paham dalam penelitian. Langkah
berikutnya adalah minsintesis bukti-bukti yang ada.Apabila
bukti yang kuat sudah diperoleh, maka segera dilakukan uji
coba dan hasilnya harus dievaluasi dan didiseminasikan
MENGAPA EBP PENTING UNTUK
PRAKTIK KEPERAWATAN :
 Memberikan hasil asuhan keperawatan yang lebih baik
kepada pasien
 Memberikan kontribusi perkembangan ilmu keperawatan
 Menjadikan standar praktik saat ini dan relevan
 Meningkatkan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan
 Mendukung kebijakan dan rosedur saat ini dan termasuk
menjadi penelitian terbaru
 Integrasi EBP dan praktik asuhan keperawatan sangat penting
untuk meningkatkan kualitas perawatan pada pasien.
HAMBATAN MENGGUNAKAN
EBP
1. Kurangnya nilai untuk penelitian dalam praktek
2. Kesulitan dalam mengubah praktek
3. Kurangnya dukungan administratif
4. Kurangnya mentor berpengetahuan
5. Kurangnya waktu untuk melakukan penelitian
6. Kurangnya pendidikan tentang proses penelitian
7. Kurangnya kesadaran tentang praktek penelitian atau berbasis bukti
8. Laporan Penelitian/artikel tidak tersedia
9. Kesulitan mengakses laporan penelitian dan artikel
10. Tidak ada waktu dalam bekerja untuk membaca penelitian
11. Kompleksitas laporan penelitian
12. Kurangnya pengetahuan tentang EBP dan kritik dari artikel
13. Merasa kewalahan
ADVERSE EVENTS
 Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan
suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan
pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan
bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien.
KESALAHAN TERSEBUT BISA
TERJADI DALAM TAHAP SBB:
 Tahap diagnostic
 tahap pengobatan
 tahap preventive
6 JENIS KTD YANG MENJADI
SASARAN PATIENT SAFETY :

 Kejadian Tidak Diharapakn (KTD)/Adverse Event


 KTD yang tidak dapat dicegah (Unpreventable adverse
event)
 Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/Near miss
 Kesalahan Medis (Medical errors)
 Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident
 Kejadian sentinel / Sentinel Event
K3 DALAM
KEPERAWATAN
PENGERTIAN K3

 Keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai suatu


ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja.
TUJUAN
 Mewujudkan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan
selamat
 Mewujudkan tenaga kerja yang sehat dan produktif
 Mewujudkan sistem informasi hiperkes dan keselamatan
kerja
MANFAAT PROSEDUR KERJA K3

 Pekerjaan medis merasa aman melakukan pekerjaannya


dan rumah sakit juga diuntungkan.
 Hemat waktu – karena perawat tidak harus berfikir panjang
dan hanya mengikuti prosedur yang telah diterapkan
RUANG LINGKUP K3 KEPERAWATAN
RUANG LINGKUP KEGIATAN K3
RS

 KESELAMATAN TERHADAP FAKTOR PENYEBAB


PENYAKIT
 KESELAMATAN TERHADAP PEMAKAIAN
PERALATAN MEDIK DAN NON MEDIK
 KESELAMATAN TERHADAP BAHAN BERBAHAYA
 KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN
 KESELAMATAN TERHADAP BENCANA
RUANG LINGKUP K3 DALAM
KEPERAWATAN
 Rencana tangga darurat (peraturan jika ada kebakaran)

 Life safety

 Patient security

 Kesehatan pekerja

 Bahan berbahaya

 Sanitasi lingkungan

 Pengendalian limbah

 Pendidikan dan pelatihan

 Catatan dan pelaporan


RELEVANSI KEBIJAKAN K3
NASIONAL DENGAN TUGAS
PERAWAT :

 pemberi Asuhan Keperawatan


 penyuluh dan konselor bagi Klien
 pengelola Pelayanan Keperawatan
 peneliti Keperawatan
 pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
 pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
KONSEP DASAR KESEHATAN KERJA
PENGERTIAN

 Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna dari


fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan

 Definisi kesehatan menurut Kemenkes yang tertulis dalam


UU No. 23 tahun 1992 merupakan keadaan normal dan
sejahtera anggota tubuh, sosial dan jiwa pada seseorang
untuk dapat melakukan aktifitas tanpa gangguan yang
berarti dimana ada kesinambungan antara kesehatan fisik,
mental dan sosial seseorang termasuk dalam melakukan
interaksi dengan lingkungan
PADA DASARNYA KESEHATAN
MELIPUTI 4 ASPEK
DIANTARANYA;
1. kesehatan fisik
2. Kesehatan mental (jiwa)
3. kesehatan social
4. kesehatan dari aspek ekonomi
PENGERTIAN

 Menurut Sumakmur , kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu


kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar
pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial,
dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-
penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-
penyakit umum.

Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :


 1.      Sasarannya adalah manusia
 2.      Bersifat medis.
TUJUAN KESELAMATAN KERJA ADALAH SEBAGAI
BERIKUT:
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja.

 Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.

 Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja.

 Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan semangat kerja.

 Perlindungan bagi masyarakat sekitar lingkungan kerja agar terhindar dari bahaya-bahaya
pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan/organisasi

 Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-
produk perusahaan/organisasi
RISIKO

 Resiko adalah: sesuatu yang berpeluang untuk terjadinya


kematian, kerusakan, atau sakit yang dihasilkan karena
bahaya
MANEJEMEN RESIKO

Organisasi yang dapat menerapkan metode pengendalian


resiko apapun sejauh metode tersebut mampu
mengidentifikasi, mengevaluasi, memilih prioritas dan
mengendalikan resiko dengan melakukan pendekatan
jangka pendek dan jangka panjang Dengan melakukan
identifikasi bahaya dan resiko di tempat kerja akan
membantu dalam menyusun dan mengembangkan
program K3 yang diperlukan.
TUJUAN IDENTIFIKASI RESIKO

 Untuk mengetahui jenis resiko


 Untuk mengetahui sumber resiko
 Untuk mengetahui pekerja yang terpajang dari resiko
 Untuk mengetahui pengendalian yang sudah dilakukan
PENGERTIAN HAZARD (BAHAYA)
 Bahaya adalah aktifitas, kondisi, kejadian, gejala, proses,
material, dan segala sesuatu yang ada di tempat kerja/
berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi/ berpotensi
menjadi sumber kecelakaan/ cidera/ penyakit/ dan kematian.

 Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor dalam hubungan


pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan (Suma’mur
1996).

 Selain resiko yang berbeda-beda, setiap bahan mempunyai


intensitas atau tingkat bahaya yang berbeda, misalnya pengaruh
dari suatu bahan kimia ada yang akut dan ada yang kronis.
HAZARD YANG ADA DI RUMAH SAKIT

1. Hazard fisik
 Peralatan gelas yang dipakai dalam kegiatan Rumah Sakit.
 Benda-benda bergerak yang dapat membentur.
 Resiko terjepit,
 Resiko jatuh dari ketinggian yang sama
 Jatuh dari ketinggian berbeda.
 Radiasi Ultraviolet
 Laser
 Radiasi Magnetik
2. Hazard Biologis
 Pemaparan kontak melalui produk darah dan cairan tubuh.
 Penanggulangan Bahaya Biologi
 Mengenal Bahaya-bahaya Biologi Yang Ada Di Tempat Kerja
 Menghindari Kontak Langsung Dengan Sumber Penular
 Melakukan Tindakan Asepsis Yang Benar
 Menjaga Kebersihan Diri
 Menggunakan Alat Pelindung Diri Yang Sesua
3. Hazard Ergonomi
Sikap tubuh, penggunaan alat yang tidak sesuai dengan antropometri pekerja
dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Misalnya melakukan pekerjaan
memindahkan pasien dari tempat tidur ke restul atau sebaliknya, kalau tidak
dilakukan dengan tehnik yang benar akan menimbulkan gangguan kesehatan
mulai dari gangguan yang ringan seperti mialgia sampai berat terjadi HNP.
4. Hazard psikologis
 Dapat terjadi di seluruh rumah sakit berupa ketidakharmonisan
hubungan antar manusia didalam rumah sakit, baik sesama
pekerja, pekerja dengan pelanggan, maupun pekerja dengan
pimpinan
PENGENDALIAN RISIKO &
HAZARD
 Resiko bahaya biologi
 Resiko bahaya kimia
 Resiko bahaya ergonomi
 Resiko bahaya psikologi
RISIKO DAN HAZARD
DALAM PENGKAJIAN
ASKEP
RISIKO & HAZARD DALAM
PERENCANAAN ASUHAN
KEPERAWATAN

 Perencanaan tindakan asuhan keperawatan tidak sesuai


dengan apa yang harus diberikan kepada pasien

 Perawat tidak mengetahui rencana tindakan apa yang harus


diberikan kepada pasien
RISIKO & HAZARD DALAM
IMPLEMENTASI ASUHAN
KEPERAWATAN
 Perawat tidak kompeten dalam memberikan tindakan
asuhan keperawatan
 Perawat beresiko terhadap tindakan yang di lakukan tidak
menggunakan standar oprasional prosedur
 Perawat gagal dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan
 Tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan rencana
tindakan
RISIKO & HAZARD DALAM
EVALUASI ASUHAN
KEPERAWATAN

 Perawat tidak mampu mengumpulkan data- data pasien ,


dan pasien berisiko terlalu lama dirumah sakit.
 Risiko pasien terlalu lama dirumah sakit pasien tertular
berbagai macam penyakit yang ada dalam ruangan
maupun ruangan luar .
 Tidak ada peningkatan pada hasil evaluasi asuhan
keperawatan
PENGERTIAN

 Manajemen risiko adalah proses mengidentifikasi, menganalisis,


mengevaluasi, mengendalikan, dan berusaha menghindari,
meminimalkan, atau bahkan menghilangkan risiko yang tidak dapat
diterima
 Manajemen risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa identifikasi dan
evaluasi untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien,
karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasinya sendiri (The Joint
Commission on Accreditation of Healthcare Organizations/JCAHO).

 Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses identifikasi, penilaian,


analisis dan pengelolaan semua risiko yang potensial dan kejadian
keselamatan pasien. Manajemen risiko terintegrasi diterapkan terhadap
semua jenispelayanan dirumah sakit pada setiap level
TUJUAN MANAJEMEN RISIKO
DALAM PELAYANAN
KESEHATAN
 Meminimalkan kemungkinan kejadian
 Yang memiliki konsekuensi negatif bagi konsumen/pasien,staf dan
organisasi.
 Meminimalkan risiko kematian,cederadan/atau penyakit bagi
konsumen/pasien,karyawan dan orang lain sebagai akibat dari
pelayanan yang diberikan.
 Meningkatkan hasil asuhan pasien.
 Mengelola sumber daya secara efektif.
 Mendukung kepatuhan terhadap regulasi/peraturan Perundang-
undangan dan memastikan kelangsungan dan pengembangan
organisasi.
PENILAIAN RISIKO (ANALISA
RISIKO DAN EVALUASI RISIKO)

  Hampir pasti terjadi : Dapat terjadi setiap saat dalam


kondisi normal. 
 Sering terjadi  :Terjadi beberapa kali dalam periode waktu
tertentu.
 Dapat terjadi Risiko : dapat terjadi namun tidak sering.
 Kadang-kadang :Kadang-kadang terjadi.
 Jarang sekali  :  Dapat terjadi dalam keadaan tertentu.
CARA PENGENDALIAN RISIKO
DILAKUKAN DENGAN:

 menghilangkan sumber bahaya (hazard),


 mengganti proses,
 mengganti input dengan yang lebih rendah risikonya.
 Selain itu mengurangi risiko dari bahaya dapat dilakukan dengan metode
rekayasa teknik pada alat kerja,
 melakukan pembuatan prosedur serta aturan, dan
 menggunakan alat perlindungan diri sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan.
LANGKAH – LANGKAH DALAM
PROSES MANAJEMEN RISIKO
PROSESNYA :
 Persiapan/Penentuan Konteks
 Identifikasi Bahaya Potensial
 Analisis Risiko
 Evaluasi Risiko
 Pengendalian Risiko
 Komunikasi dan Konsultasi
 Pemantauan dan telaah ulang
SECARA UMUM RISIKO-RISIKO
DAPAT DIGOLONGKAN
MENURUT PROSES SEBAGAI
BERIKUT:
 Risiko pada saat akses ke faskes
 Risiko pada saat pendaftaran
 Risiko pada saat pengkajian dan penyusunan rencana
asuhan
 Risiko pada pelaksanaan
 Risiko pada saat evaluasi dan tindak lanjut
 Risiko pada saat kembali ke rumah/masyarakat
PERSIAPAN/PENENTUAN
KONTEKS
Penetapan konteks proses menajemen risiko K3RS meliputi:

 Penentuan tanggung jawab dan pelaksana kegiatan manajemen


risiko
 Penentuan ruang lingkup manajemen risiko keselamatan dan
Kesehatan Kerja
 Penentuan semua aktivitas (baik normal, abnormal maupun
emergensi), proses, fungsi, proyek, produk, pelayanan dan aset di
tempat kerja.
 Penentuan metode dan waktu pelaksanaan evaluasi manajemen
risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nilai Tingkat Kemungkinan
Nilai Tingkat Keparahan
Skala Tingkatan Risiko
IDENTIFIKASI BAHAYA POTENSIAL

Identifikasi bahaya potensial merupakan langkah pertama manajemen risiko


kesehatan di tempat kerja. Pada tahap ini dilakukan identifikasi potensi bahaya
kesehatan yang terpajan pada pekerja, pasien, pengantar dan pengunjung yang
dapat meliputi:

 Fisik,
 Kimia,
 Biologi,
 Ergonomi,
 Psikososial,
 Mekanikal,
 Elektrikal,
 Limbah,
ANALISIS RISIKO

 Analisis risiko bertujuan untuk mengevaluasi besaran (magnitude) risiko


kesehatan pada pekerja. Dalam hal ini adalah perpaduan keparahan gangguan
kesehatan yang mungkin timbul termasuk daya toksisitas bila ada efek toksik,
dengan kemungkinan gangguan kesehatan atau efek toksik dapat terjadi
sebagai konsekuensi pajanan bahaya potensial.
 Analisis awal ditujukan untuk memberikan gambaran seluruh risiko yang ada.
Kemudian disusun urutan risiko yang ada. Prioritas diberikan kepada risiko-
risiko yang cukup signifikan dapat menimbulkan kerugian.
MATRIKS RISIKO

Keterangan:
 Extreme High Risk (E): Sangat berisiko, dibutuhkan tindakan secepatnya
 High Risk (H): Risiko tinggi, dibutuhkan perhatian dari manajemen puncak
 Medium Risk (M): Risiko sedang, tanggung jawab manajemen harus spesifik
 Low Risk (L): Risiko rendah, ditangani dengan prosedur rutin
EVALUASI RISIKO

Sebuah program evaluasi risiko sebaiknya mencakup beberapa elemen sebagai


berikut:

 Inspeksi periodik serta monitoring aspek keselamatan dan higiene


 Wawancara nonformal dengan pekerja
 Pemeriksaan kesehatan
 Pengukuran pada area lingkungan kerja
 Pengukuran sampel personal
PENGENDALIAN RISIKO

 Menghilangkan bahaya (eliminasi)


 Menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat
risikonya lebih rendah/tidak ada (substitusi)
 Rekayasa engineering/pengendalian secara teknik
 Pengendalian secara administrasi
 Alat Pelindung Diri (APD)
 HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
HIRARKI PENGENDALIAN
RISIKO
 ELIMINASI

 SUBSTITUSI

 ENGINERING/ EKSPERIMEN

 ADMINISTRATIF

 ALAT PLINDUNG DIRI (APD) /PPE


MANAJEMEN RISIKO K3
DIDALAM GEDUNG RUMAH
SAKIT
TAHAP PERSIAPAN

 Mengacu pada SK Menkes 432/Menkes/SK2007 tentang pedoman K3 di


Rumah sakit. Pelaksanaannya harus dimulai dari direktur utama/ dikrektur
Rumah sakit (Manajemen puncak) dengan tindakan nyata, agar dapat
diketahui, dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan petugas.

 Membentuk kelompok kerja penerapan K3, anggota kelompok kerja


sebaiknya terdiri dari atas seorang wakil dari setiap unit kerja, biasanya
menajer unit kerja, peran, tanggung jawab dan tugas anggota kelompok kerja
ditetapkan.

 Sedangkan mengenai kualifikasi dan jumlah anggota kelompok kerja


disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit menetapkan sumber daya yang
diperlukan, sumber disini mencakup orang ( mempunyai tenaga K3), sarana,
waktu dan dana.
TAHAP PERENCANAAN

Perencanaan meliputi identifikasi sumber daya, penilaian


dan pengendalian faktor risiko. Instansi terkait perlu
melakukan pengkajian serta identifikasi sumber bahaya
dengan mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapat
menimbulkan potensi bahaya, jenis kecelakaan dan PAK
yang mungkin dapat terjadi
IDENTIFIKASI HAZARD
(BAHAYA)
Berikut adalah resiko bahaya yang dihadapi oleh petugas medis,paramedis
dan non medis:
 1) Tertular penyakit pasien
 2) Penyakit rangka akibat angkat angkut pasien
 3) Stress kerja
 4) Bahaya kebakaran akibat konsleting peralatan
 5) Bahaya ledakan tebung gas medik
 6) Bahaya radiasi pengion X ray
 7) Tertusuk jarum suntik
 8) Debu dari ruang koridor
 DLL.
UPAYA MANAJEMEN RESIKO K3
 Terhadap petugas
 Terhadap peralatan kerja
 Terhadap lingkungan kerja
 Terhadap bangunan
MANAJEMEN RISIKO K3 DILUAR
GEDUNG RUMAH SAKIT
PENGERTIAN

 Manajemen risiko K3 di luar gedung RS adalah suatu keadaan yang


menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari risiko
penderitanan,kerusakan atau kerugian di tempat kerja.
PENGENDALIAN RISIKO K3
DILUAR GEDUNG
Pengendalian risiko K3 diluar gedung yakni Hirarki
pengendalian risiko antar lain:
 Eliminasi
 Substitusi
 Enginering
 Andministratif
 Apd .

Anda mungkin juga menyukai