Disampaikan pada perkuliahan Mata Ajar Keperawatan Komunitas Prodi Ilmu Keperawatan Fikes UMP Latar Belakang Usia sekolah berjumlah 1/3 total penduduk Indonesia (55 juta) di SD sampai sekolah lanjutan dan perguruan agama (Depkes, 2001). UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 45. dikeluarkan UU no.36 tahun 2007. Anak sekolah termasuk kelompok rawan karena berada dlm periode tumbang (Pembina UKS, 1996). Latar Belakang Masalah kesehatan umum pada anak usia sekolah adalah anemia pada sebagian anak (Depkes, 1995). Penyakit cacingan 81,4% disalah satu wilayah di Indonesia (Hidayat, 1998). Hasil studi di Cibentang dan Kuripan ditemukan 34% anak malnutrisi, angka prevalensi kesakitan 98% (dlm 6 bulan ada keluhan sakit), kehilangan BB lebih dari 10%, rendahnya aktivitas fisik 67,8% dan mengalami injuri setidaknya 1 kali dlm 6 bulan. Latar Belakang Studi di kabupaten Bogor, pada 350 anak di 7 sekolah ditemukan anemia (Hb kurang dari 12 gr%) sebesar 21,14%. Upaya mengatasi belum optimal, bahkan program pemberian makanan tambahan dihentikan karena tdk menunjukkan perubahan status gizi anak. Intervensi menjadi tanggung jawab petugas kesehatan, ortu, guru dan masyarakat luas serta anak sekolah (Wong dkk, 1999). Perawat komunitas berperan sebagai pengelola, pendidik, pemberi asuhan dan kolaborator. Pengkajian Pendataan yang dilakukan sejak Desember 2002 s/d Januari 2003 dari jumlah sampel siswa SD/MI dari 7 sekolah (168 anak) didapatkan :siswa laki2 88 anak (52,4%), siswa perempuan 80 anak (47,6%) usia 5- 14 tahun. Keluhan dlm 6 bulan terakhir : ISPA 95,8%, demam 60,1%, diare 55,4%, sakit gigi 61,9%, sakit kulit 62,5%, sakit telinga 23,2%, cacingan 35,7%. Hasil pemeriksaan kebersihan diri yg tidakbersih pada: rambut 52,4%, kulit 37,5%, kuku 61,3%, telinga 46,4%, gigi 78%, mata 3,6%, pakaian 14,3%. Pengkajian Pengetahuan tentang kebersihan diri (mandi, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku) yang kurang: 60,7%. Perilaku kebersihan diri (mandi, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku) yang kurang: 48,2%. Pendidikan kesehatan yang didapat (mandi, kesehatan gigi, cuci rambut, ISPA, diare, cacingan, kebersihan diri) yang baik : 4,8%. Pengkajian Kebiasaan anak membuang sampah selalu di tempatsampah : 33,9%. Observasi tidak semuasekolah ada tempat sampah yang tersusun dikelas maupun ruang depan sekolah. Diskusi kelompok terfokus dari 9 orangtua yang hadir, tidak ada yang menegur anak yang membuang ludah sembarangan. Umumnya dari 29 ortu menyatakan anaknya sering batuk pilek, panas, sakit gigi sehingga tidak masuk sekolah. Keluhan dalam 6 bulan terakhir: pernah cidera sampai luka : 80,4%, cidera tidak pernah/jarang: 57,1%. Penggunaan alas kaki selalu: 46,4%, cidera karena lari: 63,7%, jatuh dari sepeda: 61,9%, silet/pisau: 60,1%, jatuh dari pohon: 26,2%, terbakar: 22%, kesetrum: 25,6%, tertabrak: 19%. Tertusuk duri/beling/paku: 51,2%. Pengkajian Kebiasaan yang dilakukan jika ada luka cidera: diberi ludah: 7,7%, didiamkan: 6%, diberi daun jambu batu: 6,5%, diberi obat luka: 79,8%. Wawancara dari 9 ortu menyatakan tidak terfikir adanya masalah seperti luka karena bermain pada anak usia sekolah.20 ortu lainnya memang mengeluhkan anaknya sering luka dan lecet karena terjatuh dari sepeda dan berlari, untuk luka karena lainnya kurang dirasakan selama ini. Status gizi berdasarkan KMS SD/MI: kurang: 7,7%, baik:88,7%, lebih:3,6%. Kebiasaan jajan 83,9%.Jumlah makan dalam sehari: 1 kali: 4,8%, 2 kali:32,1%, 3 atau lebih: 63,1%. Pengkajian Lapar dan tidak ada makanan dirumah dalam sehari: 1 kali 22%, 2 kali 16,7%, 3 kali 19%. Nafsu makan: kurang 16,7%. Sarapan: selalu 47,6%, sering 26,2%. Pengetahuan tentang komposisi makanan yang sehat: baik 45,2%. Komposisi makanan yang dimakan dalam 1 hari: lengkap (nasi+lauk+sayur+buah+susu): 3%, cukup (nasi+lauk+sayur): 66,7%, kurang (nasi saja /nasi+sayur/nasi+lauk): 22,6%. Pendidikan kesehatan tentang gizi yang belum pernah: 23,8%. Wawancara Puskesmas: belum semua kegiatan UKS dapat dilaksanakan karena terbatas dana dan tenaga. Pengkajian Kepala sekolah/guru: belum semua terlaksana program UKS, sebagian yg berhubungan dengan pendkes sudah dilaksanakan dalam pelajaran penjaskes. Dari 29 ortu: umumnya anak susah makan, senang jajan, kalau sarapan lebih mudah dengan memberi nasi uduk, ada juga nasi atau makanan seperti roti, lontong ada juga yang tidak sarapan sama sekali karena anaknya tidak mau. Data olahraga teratur dengan baik: 50%, rata2 lama olahraga: 2 jam perminggu, memiliki kelompok olahraga: 37,5%, pendapat dari 29 ortu siswa kegiatan olah raga anaknya belum cukup, hanya ada kelompok bola kaki yang diselenggarakan 1 kali dalam seminggu untuk anak laki2 didusun 3, didusun 2 hanya tidak ada kelompok khusus yang diikuti anaknya, didusun 1 anak main bola sering tapi belum mengikuti kelompok khusus. Untuk anak perempuan belum ada kelompok khusus. Disekolah dilakukan kegaiatan olah raga dalam mata ajar penjakes, dilaksanakan pada hari sabtu. Masalah Keperawatan 1. Gangguan kesehatan (diare, ISPA, kulit, cacingan) karena lingkungan yang kurang sehat pada siswa sekolah (SD/MI) didesa X 2. Kebersihan diri yang kurang (rambut, gigi, telinga, kuku, mata, kulit dan pakaian) pada siswa sekolah (SD/MI) didesa X. 3. Cidera (jatuh, luka) pada anak sekolah (SD/MI) didesa X. 4. Resiko peningkatan status gizi kurang pada anak sekolah (SD/MI) di desaX 5. Resiko gangguan perkembangan pada siswa sekolah SD/MI didesa X. Tujuan Tujuan Umum : setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas selama 1 tahun, diharapkan terjadi peningkatan status kesehatan anak usia sekolah. Tujuan Khusus : setelah asuhan keperawatan komunitas selama 1 tahun diharapkan : 1. Penurunan kasus cidera pada anak sekolah dari 80,4% minimal menjadi 75,4% 2. Penurunan kasus ISPA pada anak sekolah dari 95,8% minimal menjadi 95,4% 3. Penurunan kasus diare pada anak sekolah dari 55,4% minimal menjadi 54,4% 4. Penurunan kasus penyakit kulit pada anak sekolah dari 62,5% minimal menjadi 61,5%. Hasil yang diharapkan (output, strategi dan kegiatan serta rencana evaluasi). Output : 1. Peningkatan pengetahuan tentang kesehatan anak usia sekolah (SD/MI) seperti: personal hygiene, keamanan, nutrisi, aktivitas fisik dan masalah kesehatan lingkungan. 2. Peningkatan sikap, perilaku sehat anak usia sekolah (SD/MI) seperti :personal hygiene, keamanan, nutrisi, aktivitas fisik dan masalah kesehatan lingkungan. 3. Peningkatan pengetahuan keluarga terhadap perawatan kesehatan anak usia sekolah (SD/MI) seperti: personal hygiene, keamanan, nutrisi, aktivitas fisik dan masalah kesehatan lingkungan. 4. Model sekolah sehat 5. Peningkatan dukungan keluarga dan komunitas terhadap kesehatan anak usia sekolah. Output Strategi dan Kegiatan Rencana Evaluasi Sumber / Bahan 1. Dana (terlampir) 2. Nara sumber (pelatih olahraga, pembuatan kebun sekolah, pemberi materi pelatihan kader kesehatan dimasyarakat dan sekolah). 3. Buku screening/pemantauan anak sekolah, KMS dan alat pemantauan kesehatan anak sekolah. 4. Tempat /gedung untuk kegiatan: ~ pelatihan kader anak sekolah dan kaderkesehatan lingkungan ~ lapangan olahraga ~ kebun sekolah 5. Media: leaflet, poster, modul, lembar balik, model asli maupun tiruan seperti bentuk makanan, boneka, mainan untuk alat penyuluhan, gigi, alat demonstrasi kebersihan diri. 6. ATK (untuk penggandaan format2 asuhan dan pelayanan keluarga dan masyarakat, supervisi dan evaluasi, kegaiatan pelatihan). 7. CHN kit untuk anak sekolah (timbangan, meteran, termometer, senter, set perawatan luka, seanmed/untuk periksa HB) 8. Obat-obatan P3K untuk UKS di sekolah. POA Rencana Askep Komunitas anak usia sekolah