Anda di halaman 1dari 15

ANAK AUTIS

Rabiyatul awaliyah
20151660085
Definisi
Secara harfiah autisme berasal dari kata autos ( diri )
sedangkan isme (paham / aliran). Autisme secara
etimologi adalah anak yang memiliki gangguan
perkembangan dalam dunianya sendiri.
Beberapa pengertian autis menurut para ahli adalah sebagai berikut:
Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak, mengalami
kesendirian, kecenderungan menyendiri ( Leo Kanker Handojo, 2003).
Autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami
kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan anak mengalami
keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku “sumber dari
pedoman pelayanan pendidikan bagi anak autis “. (American Psychiatic
Association 2000)
Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang interaksi sosial, komunikasi,
perilaku, emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan perkembangan terlambat
atau tidak normal. autisme mulai tampak sejak lahir atau saat masih bayi (biasanya
sebelum usia 3 tahun). ” sumber dari pedoman penggolongan diagnostik gangguan
jiwa” PPDGJ III
Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat
masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau
komunikasi yang normal . hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi dari anak
yang lain .( Baron-Cohen 1993)
Jadi anak autis merupakan anak yang mengalami
gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang
dapat diketahui sejak umur sebelum 3 tahun
mencangkul bidang komunikasi , interaksi sosial serta
perilakunya . anak kutu semua dapat ditinjau dari
beberapa segi yaitu:
 Segi pendidikan
 Segi medis
 Segi psikologi
 Segi sosial anak autis
Klasifikasi Anak Autis
Autisme Masa Kanak-kanak (Childbood Autism)
Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise
Specified (PDD-NOS)
Sindrom Rett (Rett’s Syndrome)
Gangguan Disintegratif Masa Kanak-kanak
(Childbood Disintegrative Disorder)
Asperger Syndrome (AS)
Etiologi
1. Faktor Psikososial
2. Faktor Pranatal, Perinatal, dan Pascanatal.
3. Teori Imunologi
4. Teori infeksi
5. Faktor genetik
6. Faktor Neuroanatomi
7. Faktor neurokimiawi/neurotransmiter
Patofisiologi
 Pada pemeriksaan  Pertumbuhan
darah bayi-bayi yang abnormal bagian otak
baru lahir, diketahui tertentu menekan
pertumbuhan pertumbuhan sel saraf
abnormal pada lain. Hampir semua
penderita autis dipicu peneliti melaporkan
oleh berlebih nya berkurangnya sel
neurotropin dan purkinye (sel saraf
neuropeptida otak tempat keluar hasil
(brain-derived pemrosesan indra dan
neurotrophic factor, impuls saraf) di otak
neurotrophin-4, kecil pada autisme.
vasoactive intestinal Berkurangnya sel
peptide, calcitonin- purkinye diduga
relatedgene peptide) merangsang
yang merupakan zat pertumbuhan akson,
kimia kotak yang glia (jaringan
bertanggung jawab penunjang padi sistem
untuk mengatur saraf pusat), dan
penambahan sel saraf, mielin sehingga
Manifestasi Klinis
1. Pada masa bayi
2. Pada masa anak
Gangguan perilaku
Gangguan Interaksi Sosial
Gangguan Komunikasi
Gangguan Kognitif
Response Abnormal Terhadap Rangsangan Indra
Gangguan Emosi

3. Pada Masa Pubertas


Pemeriksaan Penunjang
Pendengaran
Elektroensefalogram (EEG)
Screaning metabolic
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan Computer
Assited Axial Tomography (CAT SCAN)
Pemeriksaan Genetik
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan anak autis adalah:
 Maksimalkan kualitas hidup, kemandirian, dan
tanggung jawab;
Meminimalkan gejala-gejala autisme, mengurangi
masalah komunikasi, interaksi sosial, perilaku
maladaptif dan stereotipi;
Memfasilitasi perkembangan anak dan belajar;
Memberi pengertian, dukungan, dan monitoring
kepada keluarga untuk intervensi tambahan di rumah.
3 pendekatan utama yang dapat memerlukan
waktu bertahun-tahun
terapi psikodinamik,
terapi medis atau biologis,
dan terapi perilaku
Beberapa jenis terapi dijelaskan dibawah ini:
ABA (Applied Behaviour Analysis)
TEACCH (Treatment And Education Of Autistic And
Related Communication Handicapped Children).
Developmental, Individual-difference, Relationship-
based (DIR)/”Floortime model”
Terapi Wicara
Terapi Okupasi dan Sensori Integrasi
Terapi okupasi
Terapi sensori integrasi
Pengkajian
Identitas Klien
Riwayat kesehatan
Status perkembangan anak
Pemeriksaan fisik
Psikososial
Neurologis
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan komunikasi verbal dan non verbal


berhubungan dengan keterlambatan dalam berbahasa
2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
sensitif terhadap penglihatan
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
mikroorganisme atau jamur
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai