Anda di halaman 1dari 37

Definisi

• Hiperplasia prostat atau Benign


prostate Hypertrophy (BPH) 
Tumor prostat jinak adalah
Pembesaran prostat jinak akibat
sel-sel prostat memperbanyak diri
melebihi kondisi normal.
Anatomi

• Gambar prostat
• Prevalensinya meningkat sejalan
dg peningkatan usia

• Insiden di negara berkembang


meningkat karena adanya
peningkatan umur harapan hidup
Etiologi
• Etiologi BPH belum jelas
• Terdapat faktor resiko umur dan hormon
androgen

• Perubahan mikroskopik pada prostat telah


terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila ini
berkembang, akan terjadi perubahan
patologik anatomi pada usia 50 tahun angka
kejadiannya sekitar 50%, usia 80 tahun
sekitar 80%, dan usia 90 tahun 100%
Patogenesis
• Teori dihidrotestosteron
– Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit
androgen yang sangat penting pada pertumbuhan
sel-sel kelenjar prostate. pada BPH, aktivitas
enzim 5α-reduktase dan jumlah reseptor
androgen lebih banyak. Hal ini menyebabkan
sel-sel prostate pada BPH lebih sensitif terhadap
DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi
dibandingkan dengan prostate normal
• Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
– Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun,
sedangkan kadar estrogen relatif tetap. Estrogen dalam
prostate berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel
kelenjar prostate dengan cara meningkatkan sensitifitas
sel-sel prostate terhadap rangsangan hormone androgen,
meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan
jumlah kematian sel-sel prostate (apoptisis) sehingga sel-
sel prostate yang telah ada mempunyai umur yang lebih
panjang sehingga massa prostate jadi lebih besar.
• Faktor interaksi stroma dan epitel
– Banyak dipengaruhi oleh growth factor.
Basic fibroblast growth factor (b-FGF)
dpt menstimulasi sel stroma dan
ditemukan dg konsentrasi yg lebih besar
pada pasien dg BPH
– b-FGF dpt dicetuskan oleh mikrotrauma
kerna miksi, ejakulasi atau infeksi
• Teori kebangkitan kembali
(reawakening) atau reinduksi dari
kemampuan mesenkim utk
berproliferasi dan membentuk
jaringan prostat
Manifestasi klinis

• Keluhan pada saluran kemih sebelah


bawah (LUTS) terdiri atas gejala
obstruktif dan gejala iritatif.
• Gejala iritatif:
– Sering miksi
– Nokturia
– Urgensi
– disuria
• Gejala obstruktif
– Pancaran melemah
– Rasa tidak lampias sehabis miksi
– Hesitancy
– Harus mengedan (straining)
– Intermittency
– Waktu miksi memanjag yg akhirnya
menjadi retensio urin dan inkontinen
karena overflow
Skor internasional gejala-
gejala prostat WHO
pertanyaan Jawaban dan skor
Tidak
Keluhan pada <1 sampai 5 >5 sampai Lebih dari Hampir
sama 15 kali
bulan terakhir kali <15kali 15 kali selalu
sekali
a. Adakah anda
merasa buli-buli
0 1 2 3 4 5
tidak kosong
setelah berkemih
b. Berapa kali anda
berkemih lagi
0 1 2 3 4 5
dalam waktu 2
menit
c. Berapa kali
terjadi arus urin
0 1 2 3 4 5
berhenti sewaktu
berkemih
pertanyaan Jawaban dan skor
Tidak
Keluhan pada bulan <1 sampai 5 >5 sampai Lebih dari Hampir
sama 15 kali
terakhir kali <15kali 15 kali selalu
sekali
d. Berapa kali anda
tidak dapat menahan 0 1 2 3 4 5
untuk berkemih
e. Beraapa kali terjadi
arus lemah sewaktu 0 1 2 3 4 5
memulai kencing
f. Berapa keli terjadi
bangun tidur anda
0 1 2 3 4 5
kesulitan memulai
untuk berkemih
g. Berapa kali anda
bangun untuk
0 1 2 3 4 5
berkemih di malam
hari
Jumlah nilai :
• 0 = baik sekali
• 1 = baik
• 2 = kurang baik
• 3 = kurang
• 4 = buruk
• 5 = buruk sekali
Komplikasi

• Hidroureter
• Hidronefrosis
• Gagal ginjal
Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan laboratorium
– Analisis urin dan mikroskopik urin
penting utk melihat adanya sel leukosit,
bakteri, dan infeksi
– Hematuria  harus diperhitungkan
etiologi lain seperti keganasan pada sal.
Kemih, batu, infeksi sal. kemih.
Walaupun BPH sendiri dapat
menyebabkan hematuria
• Elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah
 informasi dasar dari fungsi ginjal dan
status metabolik
• Pemeriksaan PSA (prostate spesific antigen)
 dasar penentuan perlunya biopsi atau
sebagai deteksi dini keganasan
• Bila nilai PSA 4-10 ng/ml, hitunglah PSAD
yaitu PSA serum dibagi dg volume prostat
PSAD ≥ 0.15  dilakukan biopsi prostat,
demikian juga bila PSA > 10 ng/ml
• Pemeriksaan radiologis
– Foto polos abdomen  dpt dilihat
adanya batu pada traktus urinarius,
pembesaran ginjal dan buli-buli, lesi
osteoblastik sbgai tanda metastasis
dari genasan prostat serta
osteoporosis akibat kegagalan ginjal
• Pielografi intravena  dapat dilihat supresi komplit
dari fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, fish
hook appearance (gambaran ureter berbelok-belok
di vesika), residu urin
• USG  dapat diperkirakan besarnya prostat,
memeriksa massa ginjal, mendeteksi residu urin,
batu ginjal, divertikulum atau tumor buli-buli.
• Sistoskopi
Penatalaksanaan

• Observasi (watchfull waiting)


– Pada pasien dg keluhan ringan (skor
madsen iversen ≤ 9). Nasehat yg
diberikan adalah mengurangi minum
setelah makan malam utk mengurangi
nokturia, menghindari obat-obat
dekongestan (parasimpatolitik),
mengurangi minum kopi dan tdk boleh
minum alkohol agar tdk terlalu sering
miksi
• Setiap tiga bulan lakukan kontrol
keluhan (sistem skor), sisa
kencing dan pemeriksaan colok
dubur
Terapi Medikamentosa
• Penghambat adrenergik a 
mengurangi obstruksi pada buli-buli
tanpa merusak kontraktilitas detrusor
dimana terjadi relaksasi di daerah
prostat. Cth: prazosin, doxazosin,
terazosin, afluzosin atau yg lebih
selektif a 1a (tamsulosin). Dosis
dimulai 1 mg/hari, dosis tamsulosin
0,2 – o,4 mg/hari.
• Penghambat enzim 5-a-reduktase
– Finasteride (proscar), dg dosis 1x5
mg/hari  menghambat pembentukan
DHT sehingga prostat yg membesar akan
mengecil. Efek samping: melemahkan
libido, ginekomastia, dapat menurunkan
nilai PSA
• Fitoterapi  di indonesia eviprostat
Terapi bedah
• Indikasi absolut:
– Retensio urin berulang
– Hematuria
– Tanda penurunan fungsi ginjal
– Infeksi saliran kemih berulang
– Tanda-tanda obstruksi berat yaitu divertikel,
hidroureter dan hidronefrosis
– Ada batu saluran kemih
• Intervensi bedah: TUR P
(transuretral resection of the
prostat), TUIP (transuretral
insision of the prostat),
prostatektomi terbuka,
prostatektomi dg laser
• TUR P  standar emas
• Indikasi TUR P : gejala sedang
sampai berat, volume prostat
kurang dari 90 g dan pasien cukup
sehat utk menjalani operasi
• Bila volume prostat tdk terlalu besar atau ditemukan
kontraktur leher vesika atau prostat fibrotik dapat
dilakukan TUIP

• Indikasi TUIP:
– Keluhan sedang atau berat
– Volume prostat normal/kecil
• Terapi invasif minimal
– Transuretral microwave thermotherapy (TUMT)
 pemanasan prostat dg gelombang mikro
– Dilatasi balon transuretral (TUBD)
– High-intensity focused ultrasound
– Ablasi jarum transuretral (TUNA)
– Stent prostat
KASUS PEMICU
Seorang laki-laki usia 68 tahun dibawa kepuskesmas dengan
keluhan selalu buang air kecil sedikit-sedikit. Namun walaupun
buang air kecilnya berlangsung lama, tetapi selesai BAK ia
merasa tidak. Keadaan ini dialaminya 5 hari yang lalu. Pasien
mengatakan cemas dengan kondisi yang dialaminya. Pasien
tampak lesu dan membran mukosa bibir kering. Selama ini pasien
berjalan tidak stabil, karena keluhan pada lututnya yang sering
sakit dan bengkak. Sejak 5 tahun terakhir ini pasien
mengkonsumsi obat-obatan kencing manis, tekanan darah tinggi
dan rematik. Tiga tahun yang lalu penderita mendapat serangan
stroke .
Instruksi kasus
1. Tentukan masalah keperawatan utama pada kasus
diatas
A. Gangguan eliminasi urin
B. Gangguan mobilitas fisik
C. Inkontinensia urin
D. Retensi urin
E. Kecemasan

2. Identifikasi pengkajian lanjutan terkait data fokus


yang perlu dilengkapi untuk mendukung diagnosa
keperawatan?
MASALAH KEPERAWATAN

Pre/Post-Op
 Gangguan eliminasi urin
 Retensi urin
 Nyeri
 Kecemasan

Post-Op
 Risiko tinggi infeksi
Intervensi/ Implementasi

• Melakukan edukasi perubahan


gaya hidup dengan melakukan
pola BAK rutin.
• Pengaturan minum
• Perubahan lingkungan
Evaluasi
1. Peningkatan pola BAK
2. Peningkatan kemampuan mengosongkan kandung
kemih dengan tuntas
3. Penurunan skala nyeri
4. Tidak mengalami trauma pasca bedah
5. Tidak terjadi infeksi luka
6. Informasi kesehatan terpenuhi
7. Penurunan tingkat kecemasan
PATOFISIOLOGI BPH

Skema Patofisiologi

Anda mungkin juga menyukai