Anda di halaman 1dari 12

HUKUM PERKAWINAN ISLAM

Inisiasi Tuton Ke-5


Hukum Islam dan Acara Peradilan Agama
Program Studi Hukum
Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Penulis: Muhamad Kholid, S.H.,M.H.


E-mail : muhamadkholid270482@gmail.com
Penelaah : Megafury Apriandhini, S.H.,M.H.
E-mail :megafury@ecampus.ut.ac.id
1. Pengertian fiqih munakahat
Fiqih munakahat berasal dari dua kata yaitu fiqh berarti ilmu, munakat berasal dari bahasa arab
nakaha berarti perkawinan. Jadi fiqih munakahat adalah peraturan yang berhubungan dengan
perbuatan manusia berdasarakan wahyu Allah yang mengatur perkawinan dan berlaku bagi seluruh
umat Islam.
2. Pengertian perkawinan
Perkawinan dalam literature fiqih berbahasa araa disebut dengan dua kata yaitu nikah dan zawaj,
secara arti nikah berarti bergabung, hubungan kelamin dan juga berarti akad. Tapi dalam al-Quran
nikah berarti akad. Perkawinan menurut istilah adalah ikatan lahir batin antara pria dan wanitasebagai
suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluaraga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan
yang maha esa.
3. Hukum Melakukan Perkawinan
a. Wajib
Bagi orang yang tealh memiliki keinginan kuat untuk kawin, dan mampu untuk melaksanakan
dan memikul beban kewajiban, serta ada kekhawatiran jika tidak kawin akan terjerumus melakukan
zina.
b. Sunah
Bagi orang yang telah memiliki keinginan kuat untuk kawin, dan mampu untuk melaksanakan
dan memikul beban kewajiban, tapi jika tidak kawin tidak ada kekhawatiran melakukan zina.
c. Haram
Bagi orang yang belum berkeinginan, serta tidak mampu memikul kewajiban, sehingga bila
kawin akan menyusahkan istri
d. Makruh
Bagi orang yang mampu dari segi materil, cukup daya tana mental dan agama sehingga tidak
khawatir terjerumus berbuat zina, tapi ia khawatir tidak dapat memenuhi kewajibannya, meskipun
tidak berakibat menyusahkan istri.
e. Mubah
Bagi orang yang memiliki harta, tapi jika tidak kawin khawatir akan berbuat zina dan andaiakn
kawinpun tidak merasa khawatir akan menyia-nyiakan kewajiban terhadap istrinya.
4. Rukun Perkawinan Menurut Fiqih Munakahat
• Akad nikah
• Mempelai pria dan wanita
• Wali
• 2 orang Saksi
5. Rukun kawin berdasarkan Kompilasi Hukum Islam (KHI)
• Akad nikah
• Mempelai pria dan wanita
• Wali
• 2 orang Saksi
6. Syarat perkawinan menurut fiqih munakahat
a. Syarat akad nikah:
• Dimulai dengan ijab dan qabul
• Materi ijab dan qabul tidak boleh berbeda
• Ijab dan qabul harus dilakukan secara bersambungan tanpa terputus
• Ijab dan qabul tidak boleh mengandung ungkapan
• Ijab dan qabul harus menggunakan lafaz yang jelas dan terang
b. Syarat mempelai pria dan wanita:
• Kedua pihak jelas identitasnya
• Sama-sama beragama islam
• Antara keduanya tidak ada larangan menlangsungkan perkawinan
• Kedua pihak setuju untuk kawin
• Keduanya telah mencapai usia yang layak untuk kawin
c. Syarat wali:
Syarat wali adalah Dewasa; Berakal sehat; Laki-laki; Muslim; Orang merdeka; Tidak dalam
pengampuan; Berfikiran baik; Adil; dan Tidak sedang melakukan ihram.
d. Syarat saksi:
Syarat saksi adalah Saksi paling sedikit berjumlah 2 orang; Beragama Islam; Orang merdeka;
Laki-laki; Bersifat adil dalam arti tidak pernah melakukan dosa besar. Ulama Hanafiyah tidak
mensyaratkan adil pada saksi perkawinan; Dapat mendengar dan melihat.
7. Perkawinan berdasarkan Undang-Undang Perkawinan (UUP)
a. Pengertian
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
ketuhanan YME.”
b. Tujuan Perkawinan
Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
c. Syarat Sah Perkawinan
Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu. [Pasal 2 ayat (1)]. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
8. Perkawinan berdasarkan Kompilasi Hukum Islam (KHI)
a. Pengertian
Perkawinan adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan gholiidhan untuk
mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
b. Tujuan Perkawinan
Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah (tentram),
mawaddah (saling mencintai), dan rahmah (kasih sayang).
c. Syarat Sah
Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat (1)
Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
9. Poligami
Poligami adalah perbuatan dalam bidang perkawinan yang mana seorang suami memiliki lebih dari
satu istri. Syarat poligami menurut UU No 1 Tahun 74, yaitu: Istri tidak dapat melakukan kewajibannya
sebagai istri; Istri cacat badan yang tidak dapat disembuhkan; Istri tidak dapat melahirkan keturunan.
Syarat poligami menurut KHI, berdasarkan Pasal 55-59, yaitu: Maksimal 4 orang istri; Suami harus
adil terhadap istri dan anaknya; Jika syarat kedua tidak terpenuhi suami dilarang beristri lebih dari 1
orang; Harus dapat izin dari PA; Istri tidak dapat melakukan kewajibannya sebagai istri; Istri cacat
badan yang tidak dapat disembuhkan; Istri tidak dapat melahirkan keturunan
10. Hukum Melakukan Nikah Syiri
Menurut Pasal 2 ayat 1 UU No 1 Thn 1974 bahwa perkawinan adalah sah jika dilakukan menurut
hukum masing-masing agama dan kepercayaan itu.
11. Permasalahan kawin hamil
Menurut imam Abu Hanifah, boleh mengawini perempuan hamil dari perbuatan zina dengan syarat
kalau yang menghamili itu bukan lelaki yang menghamili dan tidak boleh menggaulli sampai
melahirkan. Menurut imam malik dan imam ibnu hambali, tidak boleh mengawini perempuan dari
perbuatan zina oleh laki-laki yang menghamili kecuali telah melahirakn dan habis masa iddah, ibnu
hambal menambahkan boleh mengawini perempuan yang hamil dari perbuatan zina yang bukan
menghamilinya jika ia tobat dari perbuatan maksiat. Menurut imam Syafi’i, boleh, mengawini
perempuan hamil karena zina, baik laki-laki yang menghamilinya atau laki-laki lain.
12. Prosedur Pernikahan Kawin Hamil
• Seorang perempuan hamil diluar nikah dapat dikawinkan dengan laki-laki yang menghamilinya
• Perkawinan dengan perempuan hamil yang disebut daitas dapat langsung tanpa menunggu
lebih dahulu kelahirannya
• Dengan dilangsungkannya perkawinan saat perempuan hamil, tidak diperlakukan perkawinan
ulang setelah anak yang dikandung lahir.
13. Jenis Putusnya Perkawinan
Perkawinan putus karena Talak; Khulu; Fasakh; Zhigar; Ila’; Li’an.
14. Mekanisme Rujuk
Mekanisme rujuk diatur dalam Pasal 167 s/d 168 dalam KHI
15. Akibat Putusnya Perkawinan Berkaitan dengan Iddah
• Iddah kematian, baik sudah diagauli atau belum oleh suaminya masa iddahnya 4 bulan 10 hari
• Perempuan yang belum digauli oleh suaminya maka tidak ada masa iddah
• Perempuan yang sedang hamil maka masa idahnya sampai melahirkan
• Perempuan yang sudah digauli suaminya dan masih haid, maka masa iddahnya 3 kali quru
(haid)
• Perempuan yang digauli suaminya tidak hamil dan terhenti masa haidnya maka masa iddahnya
3 bulan
16. Rukun dan Syarat Hadhanah
Rukun hadhanah, yaitu Orang tua yang mengasuh dan Anak yang akan diasuh. Syarat hadhanah,
yaitu:Orang tua yang mengasuh, syaratnya: Dewasa, Berfikiran sehat, Islam, adil, Anak yang diasuh,
syaratnya: Masih anak-anak, Tidak sempurna akalnya walaupun telah dewasa.
17. Seluk Beluk Pengingkaran Anak
Menurut UUP Pasal 44 Ayat 1 bahwa seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang
dilahirkan oleh istrinya jika ia dapat membuktikan bahwa istrinya telah berzina dan anak itu adalah
akibat dari perzinahan tersebut. Sedangkan menurut KHI pengingkaran anak diatur pada Pasal 101 s/d
103.
18. Perwalian Anak
UUP mengatur perwalian dalam Pasal 50 dan 51, sedangkan KHI mengatur perwalian pada Pasal
107 s/d 112.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai