Anda di halaman 1dari 15

Askep meningitis

Kelompok 2
1. Ika
2. Evri ulfianasari
3. Jihan Fitriah
4. Nurhikmah Tussya’adah
5. Alma
6. Vidia
7. Siti Lilah
8. Indah Oktaviani
9. Indah Lestari
10. Indah Mawadah
11. Dede
12. Dinda
13. Agung
Definisi
Pengertian Meningitis
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada
selaput otak (araknoidea dan piamater).
Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam
organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan
meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti
fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau
sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan di
atas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus
dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan
meningitis serosa.
Manisfestasi klinis
Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat,
perubahan tingkahlaku.
Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien
menjadistupor.
Sakitkepala
Sakit-sakit padaotot-otot
Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya
diarahkan pada matapasien
Adanya disfungsi pada saraf III, IV, danVI
Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal
dan pada tahap lanjutan bisa terjadi hemiparese, hemiplegia,
dan penurunan tonusotot.
Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial
meningitis dan tidak terdapat pada virusmeningitis.
Nausea
Vomiting
Demam
Takikardia
Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks
cerebri atauhiponatremia
Pasien merasa takut dancemas.
Patofisiologi
Di otak mikroorganisme berkembang biak dan membentuk koloni
yang mampu menginfeksi lapisan otak. Kumpulan toksik, jaringan
rusak, cairan sel berkumpul menjadi satu membentuk cairan yang
kental disebut pustula. Toksik akan sampai ke hipotalamus kemudian
menaikan suhu sebagai tanda adanya bahaya, dan diikuti kenaikan
mediator kimiawi yang dapat meningkatkan metabolism sehingga
dapat terjadi kenaikan suhu tubuh, sakit kepala, rasa mual dan
muntah. Volume pustula yang semakin meningkat bisa merusak pusat
pernafasan, gastrointestinal, mengganggu fungsi sensorik maupun
motoric, merusak memori yang terdapat pada serebrum sehingga
mengalami penurunan kesadaran. Peningkatan tekanan intracranial
juga dapat mengakibatkan munculnya kejang, tanda Kernig, dan
Brudinsky. Kejang terjadi pada anak dapat mengakibatkan spasme
pada otot bronkus kemudian terjadi penyempitan jalan nafas.
Kasus
Sebelumnya di rumah klien sudah seminggu
menderita demam, flu dan batuk. klien mulai kejang
pada tanggal 13 Februari 2010 jam 23.00 (pada saat
kejang mata melirik ke atas, kejang pada seluruh
badan, setelah kejang klien sadar dan menangis
pada saat kejang keluar buih lewat mulut) dan
langsung dibawa ke IRD RSUD.
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan
tekanan intracranial
2. Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
3. Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang,
perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaran
4. Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan
informasi
No Diagnosa Tujuan Kriteria Rencana tindakan Rasional
keperawatan hasil
1. Pasien bed rest total
Gangguan perfusi  Pasien - Tanda- 1. Perubahan pada tekanan intakranial akan
1 dengan posisi tidur
jaringan kembali tanda vital terlentang tanpa bantal dapat meyebabkan resiko untuk
pada, dalam 2. Monitor
sehubungan dengan terjadinya herniasi otak
keadaan batas tanda-tanda status
peningkatan 2. Dapat mengurangi kerusakan
tekanan intrakranial status normal neurologis otak lebih lanjut
neurologis - Kesadaran dengan GCS. 3. Pada keadaan normal autoregulasi
sebelum meningkat 3. Monitor mempertahankan keadaan tekanan darah
sakit - Adanya intake dan output sistemik berubah secara fluktuasi.
 Meningkatn peningkata 4. Monitor Kegagalan autoreguler akan
ya n tanda-tanda vital seperti menyebabkan kerusakan vaskuler
kesadaran kognitif TD, Nadi, Suhu, Respirasi cerebral yang dapat dimanifestasikan
pasien dan tidak dan hati-hati pada dengan peningkatan sistolik dan diikuti
dan ada hipertensi sistolik oleh penurunan tekanan diastolik.
fungsi atau 5. Bantu Sedangkan peningkatan suhu dapat
sensoris hilangnya pasien untuk membatasi menggambarkan perjalanan infeksi.
tanda- gerak atau berbalik di 4. hipertermi dapat menyebabkan
tanda tempat tidur. peningkatan IWL dan
tekanan meningkatkan resiko dehidrasi

intrakranial
yang
meningkat
Lanjutan…
        Kolaborasi
terutama pada pasien yang tidak sadar,
6. Berikan
nausea yang menurunkan intake per oral
cairan perinfus dengan 5. Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan
perhatian ketat. intrakranial dan intraabdomen.
7. Monitor
Mengeluarkan napas sewaktu bergerak
AGD bila diperlukan atau merubah posisi dapat melindungi diri
pemberian oksigen dari efek valsava
8. Berikan terapi sesuai advis 6. Meminimalkan fluktuasi pada beban
dokter seperti: Steroid,Aminofel, vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi
Antibiotika cairan dan cairan dapat menurunkan
edema cerebral
7. Adanya kemungkinan asidosis disertai
dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel
dapat menyebabkan terjadinya iskhemik
serebral
8. Terapi yang diberikan dapat menurunkan
permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunka metabolik sel / konsumsi dan
Kejang
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Rencana tindakan Rasional
keperawatan
2 Resiko terjadi
Klien tidak  Tidak 1. Longgark an pakaian, 1. proses konveksi akan terhalang oleh
kejang ulang mengalami terjadi serangan berikan pakaian tipis pakaian yang ketat dan tidak menyerap
berhubungan kejang selama kejang ulang. yang mudah menyerap keringat.
dengan berhubungan  Suhu 36,5 – 37,5 º C keringat 2. perpindahan panas secara konduksi
hipertermi. dengan (bayi), 36 – 37,5 º C 2. Berikan kompres 3. saat demam kebutuhan akan cairan
hiperthermi (anak) tubuh meningkat
dingin
 Nadi 110 – 120 4. Pemantauan yang teratur menentukan
3. Berikan ekstra cairan
x/menit (bayi) tindakan yang akan dilakukan
(susu, sari buah, dll)
 100-110 x/menit 5. aktivitas dapat meningkatkan
(anak) 4. Observasi kejang dan
metabolisme dan meningkatkan panas
 Respirasi 30 – 40 tanda vital tiap 4 jam 6. Menurunkan panas pada pusat
5. Batasi aktivitas selama
x/menit (bayi) hipotalamus dan sebagai propilaksis
anak panas
 24 – 28 x/menit 6. Berikan anti piretika
(anak) dan pengobatan sesuai
advis
 Kesadaran
composmentis
No Diagnosa Tujuan Kriteria Rencana tindakan Rasional
keperawatan hasil

3 Klien bebas 1. Independent


Resiko Pasien 1. Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
terjadinya bebas dari dari monitor kejang pada tangan, kaki, mulut memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
injuri injuri yang resiko injuri dan otot-otot muka lainnya intervensi yang tepat untuk mencegah
sehubungan disebabkan 2. Persiapkan lingkungan yang aman terjadinya komplikasi.
dengan adanya oleh kejang seperti batasan ranjang, papan 2. Melindungi pasien bila kejang terjadi
kejang, dan pengaman, dan alat suction selalu 3. Mengurangi resiko jatuh / terluka jika
perubahan penurunan berada dekat pasien vertigo, sincope, dan ataksia terjadi
status kesadaran 3. Pertahankan bedrest total selama fase 4. Untuk mencegah atau mengurangi
mental dan akut kejang.
Kolaborasi
penurunan Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan
tingkat 4. Berikan terapi sesuai advis respiratorius depresi dan sedasi
kesadaran dokter seperti; diazepam, phenobarbital,
dll.
 NO Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil  Rencana tindakan Rasional
keperawatan
Kurangnya Pengetahua  Keluarga 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga 1 Mengetahui sejauh mana pengetahuan
4
pengetahuan n keluarga tidak sering 2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab yang dimiliki keluarga dan kebenaran
keluarga bertambah bertanya dan akibat kejang informasi yang didapat
sehubungan tentang tentang 3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang 2. penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat
keterbataaan penyakit penyakit akan dilakukan membantu menambah wawasan keluarga
informasi anaknya anaknya. 4. Berikan Health Education tentang cara 3. agar keluarga mengetahui tujuan setiap
 Keluarga menolong anak kejang dan mencegah tindakan perawatan
mampu kejang, antara lain : 4. sebagai upaya alih informasi dan mendidik
diikutsertakan o Jangan panik saat kejang
keluarga agar mandiri dalam mengatasi
dalam o Baringkan anak ditempat rata dan masalah kesehatan
proses lembut. 5. mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan
keperawatan. o Kepala dimiringkan.
serangan kejang ulang
 keluarga o Pasang gagang sendok yang telah 6. sebagai upaya preventif serangan ulang
mentaati dibungkus kain yang basah, lalu 7. imunisasi pertusis memberikan reaksi panas
setiap proses dimasukkan ke mulut. yang dapat menyebabkan kejang demam
keperawatan o Setelah kejang berhenti dan
pasien sadar segera minumkan
obat tunggu sampai keadaan
tenang.
o Jika suhu tinggi saat kejang
lakukan kompres dingin dan beri
banyak minum
       
 
5. Berikan Health Education agar selalu
sedia obat penurun panas, bila anak
panas
6. Jika anak sembuh, jaga agar anak
tidak terkena penyakit infeksi dengan
menghindari orang atau teman yang
menderita penyakit menular sehingga
tidak mencetuskan kenaikan suhu
7. Beritahukan keluarga jika anak akan
mendapatkan imunisasi agar
memberitahukan kepada petugas
imunisasi bahwa anaknya pernah
menderita kejang demam
No.DP Pelaksanaan tindakan
1. 1. Melakukan bedrest total pada klien dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal
2. Memonitor tanda-tanda status neurologis
3. Memonitor intake dan output
4. memonitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada
hipertensi sistolik
5. Membantu pasien untuk membatasi gerak atau berbalik di tempat tidur.
6. Kolaborasi
• Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat
• Monitor AGD bila di perlukan pemberian oksigen
• Berikan terapi sesuai advis dokter seperti : Steroid, Aminofel, Antibiotika

Anda mungkin juga menyukai