Anda di halaman 1dari 20

Analgesia Regional

Yunita Arum Wulandari


Dhiya Mariyah
Rahmi Raneafri

Pembimbing : Ronie Putra Daniel, Sp.An


1. Analgesia Spinal
Analgesia spinal (intratekal, intradural, subdural,
subarachnoid) ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam
ruang subarachnoid.

Gambar: Analgesia Spinal


Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan :
Alat minim dan teknik relatif sederhana, sehingga biaya relatif
lebih murah.
Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (operasi emergency,
lambung penuh) karena penderita sadar.
Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.
Perawatan post operasi lebih ringan.
Kerugian :
 Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi secara regional.
 Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif.
 Sulit diterapkan pada anak-anak.
Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi regional.
Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional.
Pembagian Analgesia Regional
Blok sentral (blok neuroaksial), yaitu meliputi blok spinal,
epidural, dan kaudal. Tindakan ini sering dikerjakan.
Blok perifer (blok saraf), misalnya analgesia topikal,
infiltrasi lokal, blok lapangan, dan analgesia regional
intravena.
1. Analgesia Spinal
Analgesia spinal (intratekal, intradural, subdural,
subarachnoid) ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam
ruang subarachnoid.

Anestetik lokal yang paling sering digunakan:


 Lidokaine(xylocain,lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat
isobarik, dosis 20-100mg (2-5ml)
 Lidokaine(xylocain,lignokain) 5% dalam dextrose 7.5%: berat
jenis 1.033, sifat hyperbarik, dosis 20-50mg(1-2ml)
 Bupivakaine(markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat
isobarik, dosis 5-20mg (1-4ml)
 Bupivakaine(markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis
1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15mg(1-3ml)
Teknik analgesia spinal
Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan
tusukan pada garis tengah ialah posisi yang paling sering
dikerjakan. Biasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa
dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan
posisi pasien. Perubahan posisi berlebihan dalam 30 menit
pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.
1. Setelah dimonitor, tidurkan pasien dalam posisi lateral
dekubitus. Beri bantal kepala, Buat pasien membungkuk
maximal agar processus spinosus mudah teraba. Posisi lain
adalah duduk.

Gambar: Posisi Duduk dan Lateral Decubitus


2. Tusukan pada L1-L2
3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.
4. Beri anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan
lidokain 1-2% 2-3ml
5. Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum
spinal besar 22G, 23G, 25G dapat langsung digunakan.
Sedangkan untuk yang kecil 27G atau 29G dianjurkan
menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa
spuit 10cc. Untuk analgesia spinal kontinyu dapat
dimasukan kateter.
Gambar : Tusukan Jarum pada Analgesia Spinal

6. Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal


misalnya bedah hemoroid (wasir) dengan anestetik
hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum flavum dewasa ± 6cm.
2. Analgesia Epidural
Analgesia epidural adalah blokade saraf dengan
menempatkan obat di ruang epidural. Ruang ini berada
diantara ligamentum flavum dan duramater. Kedalaman ruang
ini rata-rata 5mm dan dibagian posterior kedalaman maksimal
pada daerah lumbal.

Gambar : Anestesi Epidural


Analgesia lokal yang digunakan untuk epidural :
1. Lidokain (Xylokain, Lidonest)
 Umumnya digunakan 1-2%, dengan mula kerja 10 menit dan
relaksasi otot baik.
 0.8% blokade sensorik baik tanpa blokade motorik.
 1.5% lazim digunakan untuk pembedahan.
 2% untuk relaksasi pasien berotot.
2. Bupivakain (Markain)
 Konsentrasi 0.5% tanpa adrenalin, analgesianya sampai 8 jam.
Volum yang digunakan <20ml.
Teknik analgesia epidural :
Pengenalan ruang epidural lebih sulit dibanding dengan
ruang subarakhnoid.
1. Posisi pasien saat tusukan seperti pada analgesia spinal.
2. Tusukan jarum epidural biasanya dilakukan pada ketinggian
L3-4.
3. Jarum yang digunakan ada 2 macam, yaitu:
a. jarum ujung tajam (Crawford)
b. jarum ujung khusus (Tuohy)

Gambar : Jarum Analgesia


Epidural
4. Untuk mengenal ruang epidural digunakan banyak teknik. Namun yang
paling populer adalah teknik hilangnya resistensi dan teknik tetes
tergantung.
a. Teknik hilangnya resistensi (loss of resistance)
Teknik ini menggunakan semprit kaca atau semprit plastik rendah
resistensi yang diisi oleh udara atau NaCl sebanyak ± 3ml. Setelah
diberikan anestetik lokal pada tempat suntikan, jarum epidural ditusuk
sedalam 1-2 cm. Kemudian udara atau NaCl disuntikkan perlahan dan
terputus-putus. Sembari mendorong jarum epidural sampai terasa
menembus jaringan keras (ligamentum flavum) yang disusul hilangnya
resistensi. Setelah yakin ujung jarum berada dalam ruang epidural, lakukan
uji dosis (test dose)
b. Teknik tetes tergantung (hanging drop)
Persiapan sama seperti teknik hilangnya resistensi, tetapi pada teknik
ini menggunakan jarum epidural yang diisi NaCl sampai terlihat ada tetes
Nacl yang menggantung. Dengan mendorong jarum epidural perlahan
secara lembut sampai terasa menembus jaringan keras yang kemudian
disusul oleh tersedotnyatetes NaCl ke ruang epidural. Setelah yakin,
lakukan uji dosis (test dose)
5. Uji dosis anestetik lokal untuk epidural dosis tunggal dilakukan setelah
ujung jarum diyakini berada dalam ruang epidural dan untuk dosis
berulang (kontinyu) melalui kateter. Masukkan anestetik lokal 3 ml yang
sudah bercampur adrenalin 1:200.000.
6. Cara penyuntikan: setelah yakin posisi jarum atau kateter benar,
suntikkan anestetik lokal secara bertahap setiap 3-5 menit sampai tercapai
dosis total.Suntikan terlalu cepat menyebabkan tekanan dalam ruang
epidural mendadak tinggi, sehingga menimbulkan peninggian tekanan
intrakranial, nyeri kepala dan gangguan sirkulasi pembuluh darah
epidural.
7. Dosis maksimal dewasa muda sehat 1,6 ml/segmen yang tentunya
bergantung pada konsentrasi obat. Pada manula dan neonatus dosis
dikurangi sampai 50% dan pada wanita hamil dikurangi sampai 30% akibat
pengaruh hormon dan mengecilnya ruang epidural akibat ramainya
vaskularisasi darah dalam ruang epidural.
8. Uji keberhasilan epidural
Keberhasilan analgesia epidural :
a. Tentang blok simpatis diketahui dari perubahan suhu.
b. Tentang blok sensorik dari uji tusuk jarum.
c. Tentang blok motorik dari skala bromage
3. Analgesia Kaudal
Analgesia kaudal sebenarnya sama dengan anestesi
epidural, karena kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari
ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang kaudal melalui
hiatus sakralis.

Gambar : Analgesia Kaudal


Teknik anelgesia kaudal :
1. Posisi pasien terlungkup dengan simfisis diganjal (tungkai dan kepala lebih
rendah dari bokong) atau dekubitus lateral, terutama wanita hamil.
2. Dapat menggunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter vena ukuran
20-22 pada pasien dewasa.
3. Untuk dewasa biasa digunakan volum 12-15 ml (1-2 ml/ segmen)
4. Identifikasi hiatus sakralis dengan menemukan kornu sakralis kanan dan kiri dan
spina iliaka superior posterior. Dengan menghubungkan ketiga tonjolan tersebut
diperoleh hiatus sakralis.
5. Setelah dilakukan tindakan a dan antisepsis pada daerah hiatus sakralis, tusukkan
jarum mula-mula 90oterhadap kulit. Setelah diyakini masuk kanalis sakralis,
ubah jarum jadi 450-600 dan jarum didorong sedalam 1-2 cm. Kemudian suntikan
NaCl sebanyak 5 ml secara agak cepat sambil meraba apakah ada pembengkakan
di kulit untuk menguji apakah cairan masuk dengan benar di kanalis kaudalis.
4. Analgesia Spinal Total
Analgesia spinal total ialah analgesia spinal intratekalatau epidural
yang naiksampai di atasdaerahservikal. Anestesi ini biasanya tidak
di sengaja, pasien batuk-batuk, dosis obat berlebihan, terutama
pada analgesia epidural dengan posisi pasien yang tidak
menguntungkan.
5. Analgesia Regional Intravena (Bier Block)
Analgesia jenis ini dapat dikerjakan untuk bedah singkat
sekitar 45 menit pada lengan atau tungkai. Biasanya dikerjakan
untuk orang dewasa dan pada lengan.

Teknik analgesia regional intravena:


1. Pasang kateter vena (venocath) pada kedua punggung tangan.
Pada sisi tangan atau lengan yang akan dibedah digunakan untuk
memasukkan obat anestetik lokal, sedangkan sisi lain untuk
memasukkan obat-obat yang diperlukan seandainya terjadi
kegawatan atau diperlukan cairan infus.
2. Eksanguinasi (mengurangi darah) pada sisi lengan yang akan
dibedah dengan menaikkan lengan dan peraslah lengan secara
manual atau dengan bantuan perban elastik (eshmark bandage)
dari distal ke proksimal. Tindakan ini untuk mengurangi sirkulasi
darah dan tentunya dosis obat.
3. Pasang pengukur tekanan darah pada lengan atas seperti akan mengukur
tekanan darah biasa dengan torniket atau manset ganda dan bagian
proksimal dikembangkan dahulu sampai 100 mmHg di atas tekanan
sistolik supaya darah arteri tidak masuk ke lengan dan tentunya juga
darah vena tidak akan masuk ke sistemik. Perban elastik dilepaskan.
4. Suntikkan lidokain atau prilokain 0,5% 0,6 ml/kg (bupivakain tidak
dianjurkan karena toksisitasnya besar) melalui kateter di punggung
tangan dan kalau untuk tungkai lewat vena punggung kaki dosis 1-1,2
ml/kg. Analgesia tercapai dalam waktu 5-15 menit dan pembedahan
dapat dimulai.
5. Setelah 20-30 menit atau kalau pasien merasa tak enak atau nyeri pada
torniket, kembangkan manset distal dan kempiskan manset proksimal.
6. Setelah pembedahan selesai, deflasi manset dilakukan secara bertahap,
buka tutup selang beberapa menit untuk menghindari keracunan obat.
Pada bedah sangat singkat, untuk mencegah keracunan sistemik, torniket
harus tetap dipertahankan selama 30 menit untuk memberi kesempatan
obat keluar vena menyebar dan melekat ke seluruh jaringan sekitar.
Untuk tungkai jarang dikerjakan karena banyak pilihan lain yang lebih
mudah dan aman seperti blok spinal, epidural, atau kaudal.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai