Coas Jaga:
Cynthia Octaviani – 112017173
Silma Yuniarty Rammang - 112018028
Identitas Pasien
Autoanamnesis, Tanggal 21 Juli 2019
Nama : Tn. S
Umur : 14-10-1964 (54 tahun)
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Sumur Batu RT 001/005
Masuk RS : Bangsal tanggal 21-07-2019
KELUHAN UTAMA
BB : 83 Kg
TB : 168 cm
Keadaan Gizi : Obesitas I (IMT = 29,4 Kg/m²)
Status Generalis
Kepala Normochepal, wajah simetris, tidak tampak pelebaran pembuluh
darah
Mata Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, penglihatan kabur+/-
Hidung Simetris kanan dan kiri, septum deviasi (-), sekret (-), benjolan (-)
Mulut Mukosa bibir kering, lidah normal, stomatitis (-),
coated tounge (-)
Tenggoroka T1-T1 tenang, bau pernapasan khas (-),
n
Telinga Normotia, liang telinga lapang, peradangan -/-, serumen +/+ minimal
Leher Pembesaran KGB (-), tidak terdapat perbesaran kelenjar tiroid,
massa (-), benjolan (-)
Thoraks Pulmo→I : Pergerakkan dinding dada dextra-sinistra asimetris saat
statis dan dinamis, bekas luka operasi (-), benjolan (-)
→P: Sela iga normal, vocal fremitus normal,
massa (-), nyeri tekan (-)
→P: Sonor pada paru kanan dan kiri
→A: Suara napas vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-, friction rub (-)
Cor →I : Ictus Cordis tidak tampak
→P : Ictus Cordis tidak teraba
→P : Batas jantung kanan bawah di ICS III-IV kanan,
di linea parastrenalis kanan
Batas jantung kanan atas di ICS II kanan,
di linea parasternalis kanan
Batas jantung kiri bawah di ICS V kiri agak ke medial
linea midklavikularis kiri
Batas jantung kiri atas di ICS II kiri di linea parasternalis kiri
(pinggang jantung)
→A : BJ I dan BJ II Reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen →I : perut buncit, benjolan (-), sikatrik (-), tidak tampak pelebaran
pembuluh darah, bekas luka operasi (-)
→A: BU (+) normoperistaltik
→P: Supel (+), hepar teraba membesar nyeri tekan (+), ginjal tidak
teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan regio epigastrium (-)
→P: Timpani pada seluruh regio abdomen
Basofil 0% 0-1 %
Eosinofil 0% 1-3 %
Neutrofil 91 % 50 - 70 %
Limfosit 3% 20 – 40 %
Monosit 6% 2-8 %
Kimia Klinik
Jenis Pmeriksaan Saat ini Nilai Rujukan
135-147 mmol/L
Natrium 121 mmo/L*
2. Hiponatremia
2. Hiponatremia
• ATAS DASAR :
Lamas, Lab Natrium 121 mmol/L
Rencana Diagnosis : Pemeriksaan/koreksi
elektrolit/12jam, ureum, kreatinin
Rencana Monitoring : Observasi KU
dan TTV secara berkala
Rencana Terapi : NaCl 3x2 caps PO,
IVFD NaCl 500 cc 20 tpm.
Edukasi : Menjelaskan penyakit, tindakan dan
penatalaksanaan.
PROGNOSIS
3. Hipertensi Grade I
3. Hipoalbumin
• ATAS DASAR :
Anamnesis : sakit kepala (+), TD 150/90mmHg
Rencana Diagnosis : Tes Fungsi Ginjal,
Urinalisis, Profil Lipid.
Rencana Monitoring : Observasi KU dan TTV
Rencana terapi : Candesartan 1x8mg PO
Edukasi : Diet rendah garam, konsumsi makan rendah
lemak, turunkan BB, perbanyak buah, sayur, dan
produk susu rendah lemak jenuh
PROGNOSIS
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit
Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Pendekatan Diagnosis
Anamnesis :
•Demam mendadak tinggi dengan tipe bifasik
•Kecenderungan perdarahan (perdarahan kulit, perdarahan
gusi, epistaksis, hematemesis, melena, hematuria)
•Sakit kepala, nyeri otot dan sendi, ruam, nyeri di
belakang mata, mul, muntah, pemanjangan siklus
menstruasi.
•Riwayat penderita DBD di sekitar tempat tinggal, sekoalh
atau di tempat kerja di waktu yang sama,
•Pasien juga datang disertai dengan keluhan sessak, lemah
hingga penurunan kesadaran.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit
Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Pemeriksaan Fisik
• Demam
• Gejalah infeksi viral seperti : infeksi konjungtiva, mialgia,
atrtalgia
• Tanda-tanda perdarahan : ptekie, purpura, ekimosis
• Hepatomegali
• Tanda-tanda kebocoran plasma : efusi pleura, asites, edema,
kandung empedu
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit
Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah rutin : leukopenia, trombositopenia,
hemokonsentrasi
• Serologi : IgG-IgM anti dengue (+), pemeriksaan protein
virus NS-1 Dengue,
• Foto Thorax: penumpulan sudut kostofrenikus
• USG abdomen : double layer pada dinding kandung
empedu, atau asites.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit
Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Kriteria Diagnosis
Definisi Kasus untuk Demam Dengue
Probable-demam akut disertai dua atau lebih gejala berikut :
•Sakit kepala
•Nyeri retro-orbital
•Myalgia
•Artralgia
•Ruam
•Maniifestasi prdarahan
•Leukopenia
•Hasil pemeriksaan serologi (+) atau adanya demam dengue di
lokasi waktu yang sama
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Confirmased- kasus di konfimasi dengan kriteria
laboratorium
•Isolasi virus dengue dari serum atau sempel otopsi
•Kenaikan ≥ 4 kali titer antibody IgG atau IgM pada
sampel plasma
•Terdapatnya antigen virus dengue pada sampel
otopsi virus jaringan, plasma, atau LCS, dengan
Teknik imunihistokimia, imunofluoresens, atau
ELISA
•Deteksi sekuens genom virus dengue di sampel
jaringan atau LCS dengan cara PCR
Reportable – setiap kejadian kasus probable atau
confirmed harus dilaporkan
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang
Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Kriteria Diagnosis Klinis Demam Berdarah Dengue
(DBD) WHO 1997
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit
Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Derajat Keparahan
Demam Berdarah Dengue
Derajat I : Demam disertai gejala-gejala konstitusional
yang tidak spesifik; satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah hasil uji tourniquet yang (+)
Derajat II : sebagai tambahan dari manifestasi pasien
derajat I, terdapat perdarahan spontan, biasanya dalam
bentuk perdarahan kulit dan/atau perdarahan lainnya.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan
Praktik Klinis. P 873-5.
Derajat Keparahan
Demam Berdarah Dengue
Derajat III : Kegagalan sirkulasi dengan manifestasi
nadi yang lemah dan cepat, menyempitnya tekanan nadi
(20 mmHg atau kurang) atau hipertensi, serta gelisah
dan kulit teraba dingin
Derajat IV : Renjatan / syok berat dengan nadi dan
tekanan darah yang tidak terdeteksi.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan
Praktik Klinis. P 873-5.
HIPERTENSI
• Pengertian
Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah (TD)
sama atau melebihi 140 mmHg sistolik dan/atau sama
atau lebih dari 90 mmHg diastolik pada seseorang
yang tidak sedang minum obat antihipertensi
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah
Berdasarkan Joint National Committee
VII (2007)
Klasifikasi TD sistolik TD diastolic
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 dan <80
Pre-hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi stage 140-159 atau 90-99
1
Hipertensi stage 3
160 atau 3
100
2
Hipertensi 3
140 dan <90
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan
Praktik Klinis. P 873-5.
sistolik
PENDEKATAN DIAGNOSIS
• Penilaian Awal Klinis Hipertensi
Penilaian awal klinis hipertensi sebaiknya meliputi tiga hal yaitu
klasifikasi hipertensi, menilai risiko kardiovaskular pasien,
dan mendeteksi etiologi sekunder hipertensi yang memerlukan
penganganan lebih lanjut.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
• Penilaian awal tersebut diperoleh dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah rutin,
specimen urin pagi, dan EKG 12-lead saat istirahat.
Pada pasien tertentu, pemantauan TD berjalan dan
ekokardiografi dapat memberikan informasi
tambahan mengenai beban sistem kardiovaskular
berdasarkan urutan waktu.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Indikasi Pemantauan TD Berjalan
(ambulatory blood pressure
monitoring)
Kecurigaan hipertensi white coat
Kecurigaan white coat aggravation pada pasien dengan
hipertensi tidak terkontrol secara medis
Kecurigaan hipertensi nocturnal atau hipertensi
terselubung (masked hypertension)
Hipertensi pada kehamilan
Kecurigaan hipertensi ortostatik atau kegagalan otonom
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-
5.
ANAMNESIS
1. Durasi hipertensi
2. Riwayat terapi hipertensi sebelumnya dan efek sampingnya
bila ada
3. Riwayat hipertensi dan kardiovaskular pada keluarga
4. Kebiasaan makan dan psikososial
5. Faktor risiko lainnya : kebiasaan merokok, perubahan berat
badan, dislipidemia, diabetes, inaktivitas fisik
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
ANAMNESIS
6. Bukti hipertensi sekunder (table 2) : riwayat penyakit ginjal,
perubahan penampilan, kelemahan otot (palpitasi, keringat
berlebih, tremor), tidur tidak teratur, mengorok, somnolen di
siang hari, gejala hipo- atau hipertiroidisme, riwayat konsumsi
obat yang dapat menaikkan tekanan darah
7. Bukti kerusakan organ target : riwayat TIA, stroke, buta
sementara, penglihatan kabur tiba-tiba, angina, infark
miokard, gagal jantung, disfungsi seksual
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
ETIOLOGI
Berikan subjudul pada tabel
Renal Penyakit parenkim, kista renalis (termasuk penyakit ginjal
polikistik), tumor renal, uropati obstruktif
Renovaskular Arterioskeloris, dysplasia fibromuskular
Adrenal Aldosteronisme primer, sindrom Cushing, defisiensi 17a-
hydroxylase, defisiensi 11β-hydroxylase, defisiensi 11-
hydroxysteroid dehydrogenase (licorice),
pheochromocytoma
Koarktaksio aorta
Preeclampsia/eklampsia
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5
Pemeriksaan Fisik
• Dengan sfigmomanometer, oklusi arteri brakialis dengan
pemasangan cuff di lengan atas dan diinflasi sampai di
atas TD sistolik. Saat deflasi perlahan-lahan, suara pulsasi
aliran darah dapat dideteksi dengan auskultasi dengan
stetoskop tipe bell/genta di atas arteri tepat di bawah cuff
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik
Klinis. P 873-5.
Pemeriksaan Fisik
• Klasifikasi berdasarkan hasil rata-rata pengukuran tekanan darah
yang dilakukan minimal 2 kali tiap kunjungan pada 2 kali
kunjungan atau lebih dengan menggunakan cuff
• Tekanan sistolik = suara fase 1 dan tekanan diastolik = suara fase 5
• Pengukuran pertama harus di kedua sisi lengan untuk
menghindarkan kelainan pembuluh darah perifer
• Pengukuran tekanan darah pada waktu berdiri diindikasikan pada
pasien dengan risiko hipotensi postural (lanjut usia, pasien DM, dll)
.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5
Tabel 3. Rekomendasi follow-up
pengukuran TD pada dewasa tanpa
kerusakan organ target
TD inisial Rekomendasi follow-up
(mmHg)a
Normal Periksa ulang dalam 2 tahun
Pre-hipertensi Periksa ulang dalam 1 tahunb
Hipertensi Konfirmasi dalam 2 bulanb
stage 1
Hipertensi Evaluasi atau rujuk ke
stage 2 pelayanan kesehatan dalam
waktu 1 bulan, apabila TD lebih
tinggi (misal>180/110mmHg),
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang
evaluasi
Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. Pdan
873-5. terapisegera atau
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik
Klinis. P 873-5.
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis, tes fungsi ginjal, ekskresi albumin, serum
BUN, kreatinin, gula darah, elektrolit, profil lipid, foto
toraks, EKG; sesuai penyakit penyerta : asam urat,
aktivitas renin plasma, aldosteron, katekolamin urin,
USG pembuluh darah besar; USG ginjal, ekokardiografi
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P
873-5.
Diagnosis Banding
Peningkatan tekanan darah akibat white coat
hypertension, rasa nyeri, peningkatan tekanan
intraserebral, ensefalitis, akibat obat, dll
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan
Praktik Klinis. P 873-5.
TATALAKSANA
• Modifikasi gaya hidup (Tabel 4)
• Pemberian β-blocker pada pasien unstable angina / non-
ST elevated myocardial infark (STEMI) atau STEMI
harus memperhatikan kondisi hemodinamik pasien. β-
blocker hanya diberikan pada kondisi hemodinamik
stabil.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
TATALAKSANA
• Pemberian angiotensin convertin enzyme inhibitor
(ACE-1) atau angiotensin receptor blocker (ARB) pada
pasien NSTEMI atau STEMI apabila hipertensi
persisten, terdapat infark miokard anterior, disfungsi
ventrikel kiri, gagal jantung, atau pasien menderita
diabetes dan penyakit ginjal kronik.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
TATALAKSANA
• Pemberian antagonis aldosteron pada pasien
disfungsi ventrikel kiri bila terjadi gagal jantung
berat (misal gagal jantung New York Heart
Association/NYHA kelas III-IV tau fraksi ejeksi
ventrikel kiri <40% dan klinis terdapat gagal
jantung)
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
TATALAKSANA
• Kondisi khusus lain :
Obesitas dan sindrom metabolik
Terdapat 3 atau lebih keadaan berikut : lingkar pinggang laki-laki >102
cm atau perempuan >89 cm, toleransi glukosa terganggu dengan gula
darah puasa 110 mg/dl, tekanan darah minimal 130/85 mmHg,
trigliserida tinggi 150 mg/dl, kolestetol HDL rendah <40 mg/dl pada
laki-laki atau <50 mg/dl pada perempuan) ά modifikasi gaya hidup
yang intensif dengan pilihan terapi utama golongan ACE-I. Pilihan lain
adalah ARB, CCB.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
TATALAKSANA
• Hipertrofi ventrikel kiri
Tatalaksana agresif termasuk penurunan berat badan dan restriksi
garam
Pilihan terapi : dengan semua kelas antihipertensi
Kontraindikasi : vasodilator langsung, hidralazin dan minoksidil
• Penyakit arteri perifer : semua kelas anti hipertensi, tatalaksana faktor
risiko lain, dan pemberian aspirin.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
TATALAKSANA
• Hipertrofi ventrikel kiri
• Tatalaksana agresif termasuk penurunan berat badan dan
restriksi garam
• Pilihan terapi : dengan semua kelas antihipertensi
• Kontraindikasi : vasodilator langsung, hidralazin dan
minoksidil
• Penyakit arteri perifer : semua kelas anti hipertensi,
tatalaksana faktor risiko lain, dan pemberian aspirin.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Tabel 4. Modifikasi Gaya Hidup
pada Penderita Hipertensi
Turunkan berat badan Target indeks massa tubuh (IMT)
< 25 kg/m2
Diet rendah garam < 6 g NaCL/hari
Adaptasi menu diet DASH Perbanyak buah, sayur, produk susu
(Dietary Approaches to Stop rendah lemak jenuh
Hypertension)
Membatasi konsumsi alcohol Bagi peminum alkohol, konsumsi ≤
2 gelas/hari pada pria dan ≤
gelas/hari pada wanita
Aktivitas fisik
Alwi I., Salim S., Hidayat R., KurniawanAerobik rutin,
J., Tahapary DL., seperti
Penatalaksanaan jalan
di Bidang cepat
Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
selama 30 menit/hari
Modifikasi gaya hidup
Pencegahan umum PJK Risiko tinggi PJK Stable angina, unstable Disfungsi ventrikel kiri
Target <140/90 Target <130/80 angina / NSTEMI, Target < 120/80
STEMI Target < 130/80
ACE-I atau ARB atau CCB β-blocker* + ACE-I atau ACE-I atau ARB dan β-
atau diuretik thiazid atau ARB blocker dan antagonis
kombinasi aldosteron dan diuretik
thiazid atau diuretik loop,
dan ISDN / hydralazine
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
PROGNOSIS
• Hipertensi tidak dapat disembuhkan, namun dapat
dikontrol dengan terapi yang sesuai. Terapi
kombinasi obat dan modifikasi gaya hidup umumnya
dapat mengontrol tekanan darah agar tidak merusak
organ target. Oleh karena itu, obat antihipertensi
harus terus diminum untuk mengontrol tekanan darah
dan mencegah komplikasi. Studi menunjukkan
kontrol tekanan darah pada hipertensi menurunkan
insidens stroke sebesar 35-44%.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
PROGNOSIS
Tetapi sampai saat ini belum jelas apakah golongan obat
antihipertensi tertentu memiliki perlindungan khusus
terhadap stroke. Satu studi menunjukkan efek ARB
(antagonis reseptor AII) dibandingkan dengan
penghambat ACE menurunkan risiko infark miokard,
stroke, dan kematian 13% lebih banyak, termasuk 25%
penurunan risiko stroke baik fatal maupun non-fatal.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Tabel 5. Obat Anti Hipertensi
Oral
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Tabel 5. Obat Anti Hipertensi
Oral
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Tabel 6. Petunjuk pemilihan obat
dengan indikasi khusus
Obat-obat yang direkomendasikan
Indikasi Antagonis Antagonis
Penyekat Penghamb Penghamb
Khusus Diuretik Reseptor Aldostero
Reseptor b at ACE at Kalsium
All n
Gagal √ √ √ √ √
Jantung
Pasca infark √ √ √
Miokard
Risiko Tinggi √ √ √ √
Peny.
Koroner
DM √ √ √ √ √
Penyakit √ √
Ginjal Kronik
Pencegahan √ √
Stroke
Berulang
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.