Anda di halaman 1dari 65

Laporan Jaga 21 Juli 2019

Stase Ilmu Penyakit Dalam RSPAD Gatot Subroto


Periode 27 Mei 2019 - 3 Agustus 2019

Dokter Jaga : dr. M Hafis

Coas Jaga:
Cynthia Octaviani – 112017173
Silma Yuniarty Rammang - 112018028
Identitas Pasien
Autoanamnesis, Tanggal 21 Juli 2019
Nama : Tn. S
Umur : 14-10-1964 (54 tahun)
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Islam
Status : Menikah
Suku : Jawa
Alamat : Jl. Sumur Batu RT 001/005
Masuk RS : Bangsal tanggal 21-07-2019
KELUHAN UTAMA

Demam 2 hari SMRS


Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan demam 2 hari SMRS. Demam yang


dirasakan naik turun, demam timbul mendadak, demam naik pada saat pagi
atau malam hari. Demam turun saat minum obat paracetamol, kemudian bisa
naik kembali. Terdapat ruam/bintnti-bintik merah (ptekie) di daedah dada.
Mimisan, gusi berdarah, BAB darah disangkal oleh pasien. Ada nyeri pada
perut, perut terasa kembung, nyeri kepala (+), nafsu makan menurun, mual
(+), muntah (+) berisi cair dan sisa-sisa makanan, sebanyak > 5 kali, BAB
normal dan BAK normal , tidak ada nyeri berkemih.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Tampak Lemas
TD : 150/90 mmHg
Frek. Nadi : 100 X/menit
Frek. Napas : 20 X/menit
Suhu : 36,5°C
SpO2 : 99%

BB : 83 Kg
TB : 168 cm
Keadaan Gizi : Obesitas I (IMT = 29,4 Kg/m²)
Status Generalis
Kepala Normochepal, wajah simetris, tidak tampak pelebaran pembuluh
darah
Mata Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, penglihatan kabur+/-
Hidung Simetris kanan dan kiri, septum deviasi (-), sekret (-), benjolan (-)
Mulut Mukosa bibir kering, lidah normal, stomatitis (-),
coated tounge (-)
Tenggoroka T1-T1 tenang, bau pernapasan khas (-),
n
Telinga Normotia, liang telinga lapang, peradangan -/-, serumen +/+ minimal
Leher Pembesaran KGB (-), tidak terdapat perbesaran kelenjar tiroid,
massa (-), benjolan (-)
Thoraks Pulmo→I : Pergerakkan dinding dada dextra-sinistra asimetris saat
statis dan dinamis, bekas luka operasi (-), benjolan (-)
→P: Sela iga normal, vocal fremitus normal,
massa (-), nyeri tekan (-)
→P: Sonor pada paru kanan dan kiri
→A: Suara napas vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-, friction rub (-)
Cor →I : Ictus Cordis tidak tampak
→P : Ictus Cordis tidak teraba
→P : Batas jantung kanan bawah di ICS III-IV kanan,
di linea parastrenalis kanan
Batas jantung kanan atas di ICS II kanan,
di linea parasternalis kanan
Batas jantung kiri bawah di ICS V kiri agak ke medial
linea midklavikularis kiri
Batas jantung kiri atas di ICS II kiri di linea parasternalis kiri
(pinggang jantung)
→A : BJ I dan BJ II Reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen →I : perut buncit, benjolan (-), sikatrik (-), tidak tampak pelebaran
pembuluh darah, bekas luka operasi (-)
→A: BU (+) normoperistaltik
→P: Supel (+), hepar teraba membesar nyeri tekan (+), ginjal tidak
teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan regio epigastrium (-)
→P: Timpani pada seluruh regio abdomen

Extremitas Extremitas Atas


→ Akral panas, jaringan parut (-), effloresensi (-), pelebaran pembuluh
darah (-), oedem (-), deformitas (-), sianosis (-), CRT <2dtk
Extremitas Bawah
Pemeriksaan Penunjang
• Hematologi
Jenis
Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Hemoglobin 14,7 g/dL 13.0 – 18.0 g/dL

Hematokrit 41% 40 – 52%

Eritrosit 4,9 juta/µL* 4.3 – 6.0 juta/µL

Leukosit 10.000 /µL 4,800 – 10,800/µL

Trombosit 82.000/µL 150,000 – 400,000/µL

MCV/MCH/MCHC 84/30/36 80 – 96 fL/ 27 – 32 pg/ 32 – 36 g/dL

RDW 12.70 11.5-14.5%


Pemeriksaan Penunjang
• Hematologi
Jenis
Hasil Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Hitung Jenis

Basofil 0% 0-1 %

Eosinofil 0% 1-3 %

Neutrofil 91 % 50 - 70 %

Limfosit 3% 20 – 40 %

Monosit 6% 2-8 %
Kimia Klinik
Jenis Pmeriksaan Saat ini Nilai Rujukan

Ureum 33 mg/dL 20-50 mg/dL

Kreatinin 1,15 mg/dL 0,5 – 1,5 mg/dL

eGFR (Formula MDRD) 71,74

GDS 113 mg/dL <140 mg/dL

135-147 mmol/L
Natrium 121 mmo/L*

Kalium 3.5 mmol/L 3.5-5.0 mmol/L

Clorida 94 mmol/L 95-105 mmol/L


Resume
Pasien laki-laki 54 tahun datang dengan keluhan demam 2 hari SMRS.
Demam yang dirasakan naik turun, demam timbul mendadak, demam naik pada saat
pagi atau malam hari. Demam turun saat minum obat paracetamol, kemudian bisa
naik kembali. Terdapat ruam/bintnti-bintik merah (ptekie) di daedah dada. Mimisan,
gusi berdarah, BAB darah disangkal oleh pasien. Ada nyeri pada perut, perut terasa
kembung, nyeri kepala (+), nafsu makan menurun, mual (+), muntah (+) berisi cair
dan sisa-sisa makanan, sebanyak > 5 kali, BAB normal dan BAK normal , tidak ada
nyeri berkemih.
Resume
• PF : TD: 150/90mmHg, HR : 100x/menit,
RR : 20x/menit, suhu : 37,3C. Hepar teraba
membesar nyeri tekan (+),
• PP : Trombosit : 82.000/uL, Natrium
(Na) : 121 mmol/L, Klorida : 94 mmol/L
Daftar Masalah
Daftar Masalah

Febris H+2 ec Suspect DHF


grade II dd/ Viral Infection
1. Febris H+2 ec Suspect DHF grade II dd/ Viral
Infection
• ATAS DASAR :
Demam mendadak tinggi 2 hari SMRS, mual (+), muntah (+),
T=37,3˚C
Trombosit = 82.000/uL, Hepatomegali nyeri tekan (+)
 Rencana Diagnosis : Cek DR/24jam, cek IgG, IgM
anti dengue hari ke 5 demam, cek Widal (typidot),
Rontgen Thorax
 Rencana Monitoring : Cek KU, TTV tiap 2 jam,
tanda-tanda perdarahan.
 Rencana Terapi : IVFD NaCl 500cc 20 tpm,
paracetamol 2x1gr drip, omeprazole 1x40mg (iv)
Edukasi : makan dan minum cukup, perhatikan tanda-
tanda perdarahan.
PROGNOSIS

Ad Vitam Dubia ad bonam

Ad Fungtionam Dubia ad bonam

Ad Sanationam Dubia ad bonam


Daftar Masalah

2. Hiponatremia
2. Hiponatremia
• ATAS DASAR :
Lamas, Lab Natrium 121 mmol/L
Rencana Diagnosis : Pemeriksaan/koreksi
elektrolit/12jam, ureum, kreatinin
Rencana Monitoring : Observasi KU
dan TTV secara berkala
Rencana Terapi : NaCl 3x2 caps PO,
IVFD NaCl 500 cc 20 tpm.
Edukasi : Menjelaskan penyakit, tindakan dan
penatalaksanaan.
PROGNOSIS

Ad Vitam Dubia ad bonam

Ad Fungtionam Dubia ad malam

Ad Sanationam Dubia ad malam


Daftar Masalah

3. Hipertensi Grade I
3. Hipoalbumin
• ATAS DASAR :
Anamnesis : sakit kepala (+), TD 150/90mmHg
 Rencana Diagnosis : Tes Fungsi Ginjal,
Urinalisis, Profil Lipid.
 Rencana Monitoring : Observasi KU dan TTV
 Rencana terapi : Candesartan 1x8mg PO
Edukasi : Diet rendah garam, konsumsi makan rendah
lemak, turunkan BB, perbanyak buah, sayur, dan
produk susu rendah lemak jenuh
PROGNOSIS

Ad Vitam Dubia ad Bonam

Ad Fungtionam Dubia ad Bonam

Ad Sanationam Dubia ad Bonam


Tinjauan Pustaka
Demam Berdarah
• Pengertian
Merupakan penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus
serta memenuhi kriteria WHO untuk demam
berdarah dengue

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit
Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Pendekatan Diagnosis
Anamnesis :
•Demam mendadak tinggi dengan tipe bifasik
•Kecenderungan perdarahan (perdarahan kulit, perdarahan
gusi, epistaksis, hematemesis, melena, hematuria)
•Sakit kepala, nyeri otot dan sendi, ruam, nyeri di
belakang mata, mul, muntah, pemanjangan siklus
menstruasi.
•Riwayat penderita DBD di sekitar tempat tinggal, sekoalh
atau di tempat kerja di waktu yang sama,
•Pasien juga datang disertai dengan keluhan sessak, lemah
hingga penurunan kesadaran.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit
Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Pemeriksaan Fisik
• Demam
• Gejalah infeksi viral seperti : infeksi konjungtiva, mialgia,
atrtalgia
• Tanda-tanda perdarahan : ptekie, purpura, ekimosis
• Hepatomegali
• Tanda-tanda kebocoran plasma : efusi pleura, asites, edema,
kandung empedu

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit
Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah rutin : leukopenia, trombositopenia,
hemokonsentrasi
• Serologi : IgG-IgM anti dengue (+), pemeriksaan protein
virus NS-1 Dengue,
• Foto Thorax: penumpulan sudut kostofrenikus
• USG abdomen : double layer pada dinding kandung
empedu, atau asites.

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit
Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Kriteria Diagnosis
Definisi Kasus untuk Demam Dengue
Probable-demam akut disertai dua atau lebih gejala berikut :
•Sakit kepala
•Nyeri retro-orbital
•Myalgia
•Artralgia
•Ruam
•Maniifestasi prdarahan
•Leukopenia
•Hasil pemeriksaan serologi (+) atau adanya demam dengue di
lokasi waktu yang sama
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Confirmased- kasus di konfimasi dengan kriteria
laboratorium
•Isolasi virus dengue dari serum atau sempel otopsi
•Kenaikan ≥ 4 kali titer antibody IgG atau IgM pada
sampel plasma
•Terdapatnya antigen virus dengue pada sampel
otopsi virus jaringan, plasma, atau LCS, dengan
Teknik imunihistokimia, imunofluoresens, atau
ELISA
•Deteksi sekuens genom virus dengue di sampel
jaringan atau LCS dengan cara PCR
Reportable – setiap kejadian kasus probable atau
confirmed harus dilaporkan
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang
Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Kriteria Diagnosis Klinis Demam Berdarah Dengue
(DBD) WHO 1997

1. Demam atau riwayat demam akut, antara


2-7 hari, biasa bifasik
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi
perdarahan berikut :
– Uji bendung (+)
– Ptekie, ekimosis, atau purpura
– Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau
perdarahan gusi), perdarahan dari tempat lain.
– Hematemesis atau melena.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang
Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ml)
4. Terdapar minimal satu tanda plasma leakage
(kebocoran plasma) sebagai berikut:
– Peningkatan hematokrit >20 % dibandingkan standar
sesuai dengan umur dan jenis kelamin
– Penurunan hematocrit >20 % setelah mendapat terapi
cairan, dibandingkan dengan nilai hematocrit
sebelumnya.
– Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites,
hypoproteinemia, atau hiponatremia

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit
Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Derajat Keparahan
Demam Berdarah Dengue
Derajat I : Demam disertai gejala-gejala konstitusional
yang tidak spesifik; satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah hasil uji tourniquet yang (+)
Derajat II : sebagai tambahan dari manifestasi pasien
derajat I, terdapat perdarahan spontan, biasanya dalam
bentuk perdarahan kulit dan/atau perdarahan lainnya.

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan
Praktik Klinis. P 873-5.
Derajat Keparahan
Demam Berdarah Dengue
Derajat III : Kegagalan sirkulasi dengan manifestasi
nadi yang lemah dan cepat, menyempitnya tekanan nadi
(20 mmHg atau kurang) atau hipertensi, serta gelisah
dan kulit teraba dingin
Derajat IV : Renjatan / syok berat dengan nadi dan
tekanan darah yang tidak terdeteksi.

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan
Praktik Klinis. P 873-5.
HIPERTENSI
• Pengertian
Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah (TD)
sama atau melebihi 140 mmHg sistolik dan/atau sama
atau lebih dari 90 mmHg diastolik pada seseorang
yang tidak sedang minum obat antihipertensi

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah
Berdasarkan Joint National Committee
VII (2007)
Klasifikasi TD sistolik   TD diastolic
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 dan <80
Pre-hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi stage 140-159 atau 90-99
1
Hipertensi stage 3
160 atau 3
100
2
Hipertensi 3
140 dan <90
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan
Praktik Klinis. P 873-5.

sistolik
PENDEKATAN DIAGNOSIS
• Penilaian Awal Klinis Hipertensi
Penilaian awal klinis hipertensi sebaiknya meliputi tiga hal yaitu
klasifikasi hipertensi, menilai risiko kardiovaskular pasien,
dan mendeteksi etiologi sekunder hipertensi yang memerlukan
penganganan lebih lanjut.

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
• Penilaian awal tersebut diperoleh dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah rutin,
specimen urin pagi, dan EKG 12-lead saat istirahat.
Pada pasien tertentu, pemantauan TD berjalan dan
ekokardiografi dapat memberikan informasi
tambahan mengenai beban sistem kardiovaskular
berdasarkan urutan waktu.

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Indikasi Pemantauan TD Berjalan
(ambulatory blood pressure
monitoring)
 Kecurigaan hipertensi white coat
 Kecurigaan white coat aggravation pada pasien dengan
hipertensi tidak terkontrol secara medis
 Kecurigaan hipertensi nocturnal atau hipertensi
terselubung (masked hypertension)
 Hipertensi pada kehamilan
 Kecurigaan hipertensi ortostatik atau kegagalan otonom

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-
5.
ANAMNESIS
1. Durasi hipertensi
2. Riwayat terapi hipertensi sebelumnya dan efek sampingnya
bila ada
3. Riwayat hipertensi dan kardiovaskular pada keluarga
4. Kebiasaan makan dan psikososial
5. Faktor risiko lainnya : kebiasaan merokok, perubahan berat
badan, dislipidemia, diabetes, inaktivitas fisik

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
ANAMNESIS
6. Bukti hipertensi sekunder (table 2) : riwayat penyakit ginjal,
perubahan penampilan, kelemahan otot (palpitasi, keringat
berlebih, tremor), tidur tidak teratur, mengorok, somnolen di
siang hari, gejala hipo- atau hipertiroidisme, riwayat konsumsi
obat yang dapat menaikkan tekanan darah
7. Bukti kerusakan organ target : riwayat TIA, stroke, buta
sementara, penglihatan kabur tiba-tiba, angina, infark
miokard, gagal jantung, disfungsi seksual

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
ETIOLOGI
  Berikan subjudul pada tabel
Renal Penyakit parenkim, kista renalis (termasuk penyakit ginjal
polikistik), tumor renal, uropati obstruktif
Renovaskular Arterioskeloris, dysplasia fibromuskular
Adrenal Aldosteronisme primer, sindrom Cushing, defisiensi 17a-
hydroxylase, defisiensi 11β-hydroxylase, defisiensi 11-
hydroxysteroid dehydrogenase (licorice),
pheochromocytoma
Koarktaksio aorta  

Obstructive sleep apnea  

Preeclampsia/eklampsia  

Neurogenik Psikogenetik, sindrom diensefalik, disotonomia familial,


polyneuritis, peningkatan TIK akut
Kelainan andokrin Hipotiroidisme, hipertiroidisme, hiperkalsemia, akromegali
lainnya
Obat-obatan Estrogen dosis tinggi, steroid, dekongestan, penekan nafsu
makan, siklosporin, antidepresan trisiklik, kokain, NSAID,
Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran tinggi dan berat badan, tanda-tanda vital
2. Metode auskultasi pengukuran TD :
•Semua instrument yang dipakai harus dikalibrasi secara rutin
untuk memastikan keakuratan hasil
•Posisi pasien duduk di atas kursi dengan kaki menempel di
lantai dan telah beristirahat selama 5 menit dengan suhu
ruangan yang nyaman

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5
Pemeriksaan Fisik
• Dengan sfigmomanometer, oklusi arteri brakialis dengan
pemasangan cuff di lengan atas dan diinflasi sampai di
atas TD sistolik. Saat deflasi perlahan-lahan, suara pulsasi
aliran darah dapat dideteksi dengan auskultasi dengan
stetoskop tipe bell/genta di atas arteri tepat di bawah cuff

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik
Klinis. P 873-5.
Pemeriksaan Fisik
• Klasifikasi berdasarkan hasil rata-rata pengukuran tekanan darah
yang dilakukan minimal 2 kali tiap kunjungan pada 2 kali
kunjungan atau lebih dengan menggunakan cuff
• Tekanan sistolik = suara fase 1 dan tekanan diastolik = suara fase 5
• Pengukuran pertama harus di kedua sisi lengan untuk
menghindarkan kelainan pembuluh darah perifer
• Pengukuran tekanan darah pada waktu berdiri diindikasikan pada
pasien dengan risiko hipotensi postural (lanjut usia, pasien DM, dll)

.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5
Tabel 3. Rekomendasi follow-up
pengukuran TD pada dewasa tanpa
kerusakan organ target
TD inisial Rekomendasi follow-up
(mmHg)a
Normal Periksa ulang dalam 2 tahun
Pre-hipertensi Periksa ulang dalam 1 tahunb
Hipertensi Konfirmasi dalam 2 bulanb
stage 1
Hipertensi Evaluasi atau rujuk ke
stage 2 pelayanan kesehatan dalam
waktu 1 bulan, apabila TD lebih
tinggi (misal>180/110mmHg),
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang
evaluasi
Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. Pdan
873-5. terapisegera atau

dalam waktu 1 minggu


Pemeriksaan Fisik
3. Palpasi leher apabila terdapat pembesaran kelenjar
tiroid
4. Palpasi pulsasi arteri femoralis, pedis
5. Auskultasi bruit karotis, bruit abdomen
6. Funduskopi
7. Evaluasi gagal jantung dan pemeriksaan neurologis

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik
Klinis. P 873-5.
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisis, tes fungsi ginjal, ekskresi albumin, serum
BUN, kreatinin, gula darah, elektrolit, profil lipid, foto
toraks, EKG; sesuai penyakit penyerta : asam urat,
aktivitas renin plasma, aldosteron, katekolamin urin,
USG pembuluh darah besar; USG ginjal, ekokardiografi

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P
873-5.
Diagnosis Banding
Peningkatan tekanan darah akibat white coat
hypertension, rasa nyeri, peningkatan tekanan
intraserebral, ensefalitis, akibat obat, dll

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan
Praktik Klinis. P 873-5.
TATALAKSANA
• Modifikasi gaya hidup (Tabel 4)
• Pemberian β-blocker pada pasien unstable angina / non-
ST elevated myocardial infark (STEMI) atau STEMI
harus memperhatikan kondisi hemodinamik pasien. β-
blocker hanya diberikan pada kondisi hemodinamik
stabil.

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
TATALAKSANA
• Pemberian angiotensin convertin enzyme inhibitor
(ACE-1) atau angiotensin receptor blocker (ARB) pada
pasien NSTEMI atau STEMI apabila hipertensi
persisten, terdapat infark miokard anterior, disfungsi
ventrikel kiri, gagal jantung, atau pasien menderita
diabetes dan penyakit ginjal kronik.

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
TATALAKSANA
• Pemberian antagonis aldosteron pada pasien
disfungsi ventrikel kiri bila terjadi gagal jantung
berat (misal gagal jantung New York Heart
Association/NYHA kelas III-IV tau fraksi ejeksi
ventrikel kiri <40% dan klinis terdapat gagal
jantung)

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
TATALAKSANA
• Kondisi khusus lain :
 Obesitas dan sindrom metabolik
Terdapat 3 atau lebih keadaan berikut : lingkar pinggang laki-laki >102
cm atau perempuan >89 cm, toleransi glukosa terganggu dengan gula
darah puasa 110 mg/dl, tekanan darah minimal 130/85 mmHg,
trigliserida tinggi 150 mg/dl, kolestetol HDL rendah <40 mg/dl pada
laki-laki atau <50 mg/dl pada perempuan) ά modifikasi gaya hidup
yang intensif dengan pilihan terapi utama golongan ACE-I. Pilihan lain
adalah ARB, CCB.

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
TATALAKSANA
• Hipertrofi ventrikel kiri
 Tatalaksana agresif termasuk penurunan berat badan dan restriksi
garam
 Pilihan terapi : dengan semua kelas antihipertensi
 Kontraindikasi : vasodilator langsung, hidralazin dan minoksidil
• Penyakit arteri perifer : semua kelas anti hipertensi, tatalaksana faktor
risiko lain, dan pemberian aspirin.

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
TATALAKSANA
• Hipertrofi ventrikel kiri
• Tatalaksana agresif termasuk penurunan berat badan dan
restriksi garam
• Pilihan terapi : dengan semua kelas antihipertensi
• Kontraindikasi : vasodilator langsung, hidralazin dan
minoksidil
• Penyakit arteri perifer : semua kelas anti hipertensi,
tatalaksana faktor risiko lain, dan pemberian aspirin.

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015. Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Tabel 4. Modifikasi Gaya Hidup
pada Penderita Hipertensi
Turunkan berat badan Target indeks massa tubuh (IMT)
< 25 kg/m2
Diet rendah garam < 6 g NaCL/hari
Adaptasi menu diet DASH Perbanyak buah, sayur, produk susu
(Dietary Approaches to Stop rendah lemak jenuh
Hypertension)
Membatasi konsumsi alcohol Bagi peminum alkohol, konsumsi ≤
2 gelas/hari pada pria dan ≤
gelas/hari pada wanita
Aktivitas fisik
Alwi I., Salim S., Hidayat R., KurniawanAerobik rutin,
J., Tahapary DL., seperti
Penatalaksanaan jalan
di Bidang cepat
Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
selama 30 menit/hari
Modifikasi gaya hidup

Target TD <140/90 mmHg (atau <130/80 mmHg


pada pasien DM atau penyakit ginjal kronis) tidak
tercapai

Inisiasi obat lini pertama

Pencegahan umum PJK Risiko tinggi PJK Stable angina, unstable Disfungsi ventrikel kiri
Target <140/90 Target <130/80 angina / NSTEMI, Target < 120/80
STEMI Target < 130/80

ACE-I atau ARB atau CCB β-blocker* + ACE-I atau ACE-I atau ARB dan β-
atau diuretik thiazid atau ARB blocker dan antagonis
kombinasi aldosteron dan diuretik
thiazid atau diuretik loop,
dan ISDN / hydralazine

Target TD masih belum


tercapai setelah
optimalisasi dosis Alwi I., Salim S., Hidayat R.,
Kurniawan J., Tahapary DL.,
Penatalaksanaan di Bidang Penyakit
Pertimbangan rujuk ke spesialis
Dalam;2015. Panduan Praktik
hipertensi Klinis. P 873-5.
KOMPLIKASI
• Hipertrofi ventrikel kiri, proteinuria dan
gangguan fungsi ginjal, aterosklerosis
pembuluh darah, retinopati, stroke atau TIA,
infark miokard, angina pektoris, gagal jantung.

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
PROGNOSIS
• Hipertensi tidak dapat disembuhkan, namun dapat
dikontrol dengan terapi yang sesuai. Terapi
kombinasi obat dan modifikasi gaya hidup umumnya
dapat mengontrol tekanan darah agar tidak merusak
organ target. Oleh karena itu, obat antihipertensi
harus terus diminum untuk mengontrol tekanan darah
dan mencegah komplikasi. Studi menunjukkan
kontrol tekanan darah pada hipertensi menurunkan
insidens stroke sebesar 35-44%.
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
PROGNOSIS
Tetapi sampai saat ini belum jelas apakah golongan obat
antihipertensi tertentu memiliki perlindungan khusus
terhadap stroke. Satu studi menunjukkan efek ARB
(antagonis reseptor AII) dibandingkan dengan
penghambat ACE menurunkan risiko infark miokard,
stroke, dan kematian 13% lebih banyak, termasuk 25%
penurunan risiko stroke baik fatal maupun non-fatal.

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Tabel 5. Obat Anti Hipertensi
Oral

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Tabel 5. Obat Anti Hipertensi
Oral

Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.
Tabel 6. Petunjuk pemilihan obat
dengan indikasi khusus
Obat-obat yang direkomendasikan
Indikasi Antagonis Antagonis
Penyekat Penghamb Penghamb
Khusus Diuretik Reseptor Aldostero
Reseptor b at ACE at Kalsium
All n
Gagal √ √ √ √   √
Jantung
Pasca infark √ √ √
Miokard
Risiko Tinggi √ √ √ √  
Peny.
Koroner
DM √ √ √ √ √  
Penyakit √ √  
Ginjal Kronik
Pencegahan √   √      
Stroke
Berulang
Alwi I., Salim S., Hidayat R., Kurniawan J., Tahapary DL., Penatalaksanaan di Bidang Penyakit Dalam;2015.
Panduan Praktik Klinis. P 873-5.

Anda mungkin juga menyukai