BARE
Referat
Preseptor :
Latar Belakang
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Menurut Centers of Disease Control and Prevention / CDC, Guillain Barre Syndrom (GBS)
adalah penyakit langka di mana sistem kekebalan seseorang menyerang sistem syaraf tepi dan
menyebabkan kelemahan otot bahkan apabila parah bisa terjadi kelumpuhan.
Hal ini terjadi karena susunan syaraf tepi yang menghubungkan otak dan sumsum belakang
dengan seluruh bagian tubuh kita rusak. Kerusakan sistem syaraf tepi menyebabkan sistem ini sulit
menghantarkan rangsang sehingga ada penurunan respon system otot terhadap kerja sistem
syaraf.
7
Epidemiologi
Tahun 1859. Nama Guillain Barre diambil dari dua ilmuwan Perancis, Guillain dan Barre yang
menemukan dua orang prajurit perang yang mengindap kelumpuhan kemudian sembuh setelah
menerima perawatan medis.
Penyakit ini merupakan proses autoimun. Tetapi sekitar setengah dari seluruh kasus
terjadi setelah penyakit infeksi virus atau bakteri seperti dibawah ini :
‐ 50% dari seluruh kasus terjadi sekitar 1-3 minggu setelah terjadi penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan Infeksi Saluran Pencernaan
9
Patofisiologi SGB
Tidak ada yang mengetahui dengan pasti bagaimana GBS terjadi dan
dapat menyerang sejumlah orang. Yang diketahui ilmuwan sampai
saat ini adalah bahwa sistem imun menyerang tubuhnya sendiri, dan
menyebabkan suatu penyakit yang disebut sebagai penyakit
autoimun.
Umumnya sel-sel imunitas ini menyerang benda asing dan organisme
pengganggu; namun pada GBS, sistem imun mulai menghancurkan
selubung myelin yang mengelilingi akson saraf perifer, atau bahkan
akson itu sendiri.
Next..
Terdapat sejumlah teori mengenai bagaimana sistem imun ini tiba-tiba
menyerang saraf, namun teori yang dikenal adalah suatu teori yang
menyebutkan bahwa organisme (misalnya infeksi virus ataupun bakteri)
telah mengubah keadaan alamiah sel-sel sistem saraf, sehingga sistem imun
mengenalinya sebagai sel-sel asing.
Organisme tersebut kemudian menyebabkan sel-sel imun, seperti halnya
limfosit dan makrofag, untuk menyerang myelin. Limfosit T yang
tersensitisasi bersama dengan limfosit B akan memproduksi antibodi
melawan komponen-komponen selubung myelin dan menyebabkan
destruksi dari myelin.
Patologi
Klasifikasi SGB
Acute pandysautonomia
KLASIFIKASI
15
Gejala klinis
Kelemahan
Gambaran klinis yang klasik adalah kelemahan yang ascending dan
simetris secara natural.
Keterlibatan saraf kranial
Keterlibatan saraf kranial tampak pada 45-75% pasien dengan SGB. Saraf
kranial III-VII dan IX-XII mungkin akan terpengaruh. Keluhan umum
mungkin termasuk sebagai berikut; wajah droop (bisa menampakkan palsy
Bell), Diplopias, Dysarthria, Disfagia, Ophthalmoplegia, serta gangguan
pada pupil.
Next..
Perubahan Sensorik
Gejala sensorik biasanya ringan.
Kebanyakan pasien mengeluh parestesia, mati rasa, atau perubahan
sensorik serupa yang umumnya dimulai pada jari kaki dan ujung jari,
berproses menuju ke atas.
Perubahan otonom
Perubahan otonom dapat mencakup sebagai berikut; Takikardia,
Bradikardia, Facial flushing, Hipertensi paroksimal, Hipotensi ortostatik.
Retensi urin karena gangguan sfingter urin
Pernapasan
40% pasien SGB cenderung memiliki kelemahan pernafasan atau orofaringeal.
Keluhan yang khas yang sering ditemukan adalah Dispnea saat aktivitas, Sesak
napas, Kesulitan menelan, Bicara cadel.
Tanda-tanda melemahnya syaraf akan nampak semakin parah dalam
waktu 4 sampai 6 minggu.
Pasien penyakit GBS biasanya merasakan sakit yang akut, terutama pada
daerah tulang belakang dan lengan dan kaki.
Kriteria diagnostik GBS menurut The National Institute of
Neurological and Communicative Disorders and Stroke ( NINCDS) 4)
1. Protein CSS.
- Meningkat setelah gejala 1 minggu atau terjadi peningkatan pada LP serial.
2. Jumlah sel CSS < 10 MN/mm3
3. Varian :
a) Tidak ada peningkatan protein CSS setelah 1 minggu gejala
b) Jumlah sel CSS: 11-50 MN/mm3
c) Gambaran elektromiografi (EMG) yang mendukung diagnosa :
- Perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada 80%kasus.
- Biasanya kecepatan hantar kurang 60% dari normal.
d) Patologi
- Pada pemeriksaan makroskopis tidak tampak jelas gambaran pembengkakan saraf
tepi. Dengan mikroskop sinar tampak perubahan pada saraf tepi.
PERJALANAN KLINIS
Fase Fase Fase Fase
Prodromal Progresif Plateau Penyembuhan
Kelemahan Motorik
Fase Laten
Waktu antara timbul infeksi/ prodromal yang
mendahuluinya sampai timbulnya gejala klinis.
Lama : 1 – 28 hari, rata-rata 9 hari
PERJALANAN KLINIS
Fase Progresif
- Fase defisit neurologis (+)
- Beberapa hari - 4 mgg, jarang > 8 mgg.
- Dimulai dari onset (mulai tjd kelumpuhan yg
bertambah berat sampai maksimal
- Perburukan > 8 minggu disebut chronic inflammatory-
demyelinating polyradiculoneuropathy (CIDP)
PERJALANAN KLINIS
Fase Plateau
Kelumpuhan telah maksimal dan menetap.
Fase pendek :2 hr, >> 3 mg, jrg > 7 mg
Fase Penyembuhan
Fase perbaikan kelumpuhan motorik
beberapa bulan
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan neurologis ditemukan:
kelemahan otot yang bersifat difus dan paralisis.
mungkin ditemukan.
Refleks patologis seperti refleks Babinsky tidak ditemukan.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan LCS
Dari pemeriksaan LCS didapatkan adanya kenaikan kadar protein tanpa diikuti
kenaikan jumlah sel
2. Pemeriksaan EMG
Gambaran EMG pada awal penyakit masih dalam batas normal,
kelumpuhan terjadi pada minggu pertama dan puncaknya pada akhir minggu kedua
pada akhir minggu ke tiga mulai menunjukkan adanya perbaikan.
3. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan MRI akan memberikan hasil yang bermakna jika dilakukan kira-kira
pada hari ke-13 setelah timbulnya gejala
Diagnosa banding
Poliomielitis
Myositis Akut
Myastenia gravis
CIPD (Chronic Inflammatory Demyelinating Polyradical
Neuropathy)
KOMPLIKASI
Paralisis menetap
Gagal nafas
Hipotensi
Tromboembolisme
Pneumonia
Aritmia Jantung
Ileus
Aspirasi
Retensi urin
Problem psikiatrik
Tatalaksana
Monitoring disfungsi jantung dan paru
- Elektrokardiografi, tekanan darah, pulse oximetry untuk saturasi hemoglobin
(Hb), kapasitas vital dan kemampuan menelan harus dimonitor pada pasien
dengan gejala berat, setiap 2-4 jam, atau 6-12 jam jika pasien stabil.
- Penanaman pacemaker jantung sementara, gunakan ventilator mekanik, dan
pemasangan tabung nasogastric (NGT).
Imunoterapi
- Terapi imun globulin intravena (IV) atau penggantian plasma.
- Pada pasien yang telah stabil atau membaik, diobati dengan imunoterapi, tapi
jangan diberikan plasma jika sudah diterapi imun, atau sebaliknya.
PEMULIHAN