Anda di halaman 1dari 35

Anak dengan HIV / AIDS

Ns. Nurul Anjarwati, Sp.Kep.An


Konsep HIV
• HIV (Human Immunodeficiency Virus)
adalah virus yang menyebabkan penyakit
AIDS yang kelompok retrovirus.
• AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome) adalah bentuk lanjut dari
infeksi HIV, yang merupakan kumpulan
gejala mennurunnya sistem kekebalan
tubuh.
(Kemenkes RI, 2012)
Prevalensi HIV pada Anak

• 3,2 juta anak hidup dengan HIV;


• 240 ribu anak terinfeksi baru;
• 190 ribu anak meninggal karena AIDS;
• 660 anak terinfeksi HIV setiap harinya;
• 530 anak meninggal karena AIDS setiap harinya dan baru 24%
anak dengan HIV yang mendapatkan terapi ARV.

• Di Indonesia,
• Jumlah anak yang terinfeksi pada tahun 2010 sebanyak 795 anak,
kemudian pada tahun 2013 mencapai 1075 anak dan pada tahun
2014 mencapai hingga 1388 anak
New HIV infections among children aged 0–14 and adolescents aged 15–19, South
Asia, 2000–2015
Paediatric HIV infections Adolescent HIV infections

60,000

50,000

40,000

30,000

20,000

10,000

0
2000 2003 2006 2009 2012 2015

(UNICEF, 2016)
Data Global HIV AIDS (UNICEF,
2016)
Infeksi baru HIV pada anak
1,6 M

umur 10-14 th sejak th 2000

Anak umur 0-9 th mengidap


1,2 M

HIV pada th 2015

Anak umur 10-19 tahun


1,8 M

mengidap HIV pada th 2015


Cara Penularan HIV/AIDS :

1. Hubungan Seksual (berganti pasangan,


hubungan beresiko)
2. Pajanan oleh darah, produk darah, organ
yang terinfeksi
3. Penularan HIV dari ibu ke anak

(Kemenkes RI, 2012)


Stadium Klinis HIV pada Anak
• Stadium I : asimtomatik, limfadenopati
generalisata
• Stadium II : diare kronik > 30 hari, BB <,
Demam persisten > 30 hari, infeksi
bakterial berulang
• Stadium III : pneumosystis carinii
pneumonia, toksoplasmosis otak,
ensefalopati progresif, keganasan,
septikemia berulang
(Kemenkes RI, 2010)
Pencegahan Penularan HIV dari
Ibu ke Anak
PMCTC (Prevention of Mother to Child HIV
Transmission)
• Prong 1 : Pencegahan penularan HIV pada perempuan
usia produksi
• Prong 2 : Pencegahan kehamilan yang tidak
direncanakan pada perempuan dengan HIV
• Prong 3 : Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke
bayi yang dikandungnya
• Prong 4 : Pemberian dukungan psikologis sosial dan
perawatan kepada ibu dengan HIV beserta anak dan
keluarganya
• Intervensi PMTCT terbukti menurunkan
angka transmisi HIV di Amerika Serikat
(Peter et al., 2008)
• Penelitian di Thailand mengemukakan
bahwa Family Planing Service (edukasi
dan konseling) untuk persiapan
perencanaan kehamilan pada wanita
dengan HIV dibutuhkan untuk mencegah
transmisi ke anak (Munsakul, 2016).
Distribution of the number of pregnant women living with HIV receiving most
effective antiretroviral medicines for PMTCT, by regimen, South Asia, 2000-2015
Option B+ (ART) Option B (triple prophylaxis) Option A
Dual ARVs Single-dose nevirapine Pregnant women not receiving ARVs for PMTCT

70,000

60,000

50,000

40,000

30,000

20,000

10,000

0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(UNICEF, 2016)
Kebutuhan Nutrisi pada Anak
• Bayi yang lahir dari Ibu HIV, umumnya adalah
BBLR. Bayi yang terbukti positif HIV maka
pertumbuhannya akan tidak adekuat yang dapat
menyebabkan gangguan dalam perkembangan.
• Apabila tidak mampu memberikan ASI secara
eksklusif, maka dapat diberikan susu formula
dengan kriteria yang memenuhi kriteria AFASS.
(Kemenkes RI, 2010)
Pemberian Nutrisi pada Anak
dengan HIV
• Bayi 0-6 bulan : ASI eksklusif / sufor (jangan mixed
feeding)
 Kontraindikasi menyusui : puting lecet, mastitis.
• Bayi 6-24 bulan :
 Jika pada usia 4 bulan, terdeteksi gangguan tumbang,
segera konsultasi pemberian MP ASI.
 6-12 bulan, Susu : MP ASI = 50:50
 12-24 bulan : Susu 1/3, makanan lain 2/3
• Anak 2-12 tahun : 90% mengalami gizi buruk, dilakukan
penerapan tata laksana gizi buruk
• Anak 12-18 tahun : indikator gizi dengan IMT
(Kemenkes RI,
2010)
Etiologi malnutrisi pada anak
dengan HIV
• MEDIS :
- Kebutuhan nutrisi tinggi (→ menunjang tumbang normal,
Kebutuhan kalori meningkat krn komplikasi HIV)
- Diare dan infeksi lain (→diare kronik, infeksi TB
mnybbkan anureksia, BB↓)
- HIV enteropathy (→diare kronik, inflamasi lambung,
malabsorpsi)
• SOSIAL
- Food Insecurity (ketidakamanan makanan)
- Adanya halangan menuju pelayanan kesehatan
Pencegahan dan penanganan
Malnutrisi pada anak dengan HIV
• Penerapan
menyusui yang
baik dan benar
• Perawatan
malnutrisi
• Waktu yang tepat
untuk memulai
terapi ARV
• Perawatan anak
dengan SAM
(Severe Acute
Malnutrition/Malnutr
isi Berat) (WHO,
2009)
Stigma pada Anak-anak dengan
HIV/AIDS
• Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya stigma dan
diskriminasi kepada ODHA oleh tenaga kesehatan antara lain
(Paryati dkk, 2013):
1) Pengetahuan tentang HIV/AIDS,
2) Persepsi tentang ODHA
3) Tingkat Pendidikan
4) Lama bekerja,
5) Umur
6) Pelatihan
7) Jenis Kelamin
8) Dukungan institusi dan
9) Kepatuhan Terhadap Agama
Faktor Penyebab Munculnya
Stigma bagi ODHA:
 hidup dengan HIV dan AIDS behubungan dengan
kematian
 perilaku seksual menyimpang & berganti pasangan
dianggap perilaku tidak bermoral. Terkena infeksi →
hukuman atas perbuatannya, tanggungjawab pribadi
 Kesalahan persepsi dari masyarakat tentang resiko bagi
kehidupan ODHA.
 stgmatisasi dan diskriminasi merupakan faktor yang
menunjukkan ketidakmampuan individu,keluarga dan
masyarakat dalam melindungi dirinya sendiri dan
merespons peningkatan ODHA. (Hikmat, 2015)
HIV Drug Resistance
• mengacu pada pengurangan kemampuan dari
obat HIV tertentu atau kombinasi obat untuk
memblokir replikasi HIV.
• diperoleh perlawanan ketika resistensi mutasi
muncul karena tekanan seleksi obat pada
individu yang menerima terapi antiretroviral.
• Penyebab : obat
Prevalensi Drug Resistance
• Tingkat pra-perawatan HIV drug resistance pada low-
and middle-income countries telah meningkat
antara tahun 2004 dan 2010. (peningkatan kadar
resistensi terhadap inhibitor non-nucleoside reverse
transcriptase (NNRTI).
• Baru-baru ini, tingkat yang lebih tinggi dari HIV Drug
Resistance telah diamati antara orang-orang untuk
obat ARV di beberapa pengaturan low- and middle-
income countries, yaitu Angola (16%), Argentina
(10%), Botswana (10), Kuba (22%), Meksiko (9%),
Papua Nugini (16% ), dan Afrika Selatan (14%)
Prevalensi Drug Resistance
Tingkat global drug resistance pada 12
bulan selama periode yang sama rata-rata
20%, melebihi target WHO yang
direkomendasikan yaitu 15%. Selain itu,
tingkat global pelaporan data meningkat
secara signifikan dari waktu ke waktu dari
11,9% pada tahun 2004 menjadi 24,5%
pada tahun 2012.
Anak-anak HIV yang kehilangan Orang
tua

13,4 M Anak umur 0-17 th kehilangan satu atau


kedua orangtuanya (UNICEF, 2016)

• Anak-anak yang kehilangan orang tua


akan sangat beresiko mengalami
gangguan lain.
• Anak-anak ini sering dikenal dengan istilah
OVCs secara internasional. OVCs adalah
orphans, vulnerable children with HIV and
AIDS
Hak-hak khusus anak dengan OVCs :
• Hak untuk hidup, pengembangan, dan
perlindungan dari kekerasan dan
penelantaran.
• Hak untuk bebas dari diskriminasi.
• Hak untuk memiliki suara dan disimak
Kondisi berikut dapat mendukung
kesejahteraan semua OVCs:

• Dibebaskan dari kontribusi keuangan di sekolah.


• Mendapatkan pelayanan kesehatan gratis.
• Memiliki akses ke makanan, tempat tinggal dan
pakaian.
• Keluarga harus didorong untuk mengadopsi /
mengambil dalam OVCs dan harus didukung
dengan pinjaman kecil untuk memulai bisnis
mereka sendiri.
Situasi HIV / AIDS pada Anak dan
Remaja di Dunia (UNICEF,2016)
• Masih banyak anak yang menderita HIV tidak
mengetahui bahwa mereka menderita HIV
• Proporsi anak HIV yang menerima terapi masih
rendah
• AIDS mejadi penyebab kematian remaja nomor
2 secara global
• Remaja putri memiliki resiko tinggi tertular HIV /
AIDS
• Peningkatan jumlah penderita infeksi baru di
beberapa negara di seluruh dunia
Proporsi Anak yang Menerima
Terapi ARV

(UNICEF, 2016)
Penanganan dari UNICEF, 2016
• Early & Easy Diagnosis
• Life-saving treatment
• Resource for prevention
• Support to stay in school
• Social protection
UPAYA PENANGGULANGAN
HIV DI INDONESIA
• Dimulai semenjak pertengahan 1980-an,
• 1994/1995 → Komisi Penanggulangan AIDS Kepres No. 36
Tahun 1994.
• Keputusan Menko Kesra Ketua Komisi Penanggulangan
AIDS Nomor : 05/Kep/Menko/Kesra/II/1995 tentang Program
Nasional Penanggulangan HIV/AIDS Pelita sebagai rujukan
dalam penanggulangan HIV/AIDS di seluruh Indonesia.
• Sidang kabinet penanggulangan HIV/AIDS pada th 2002
• Rencana Strategi penanggulangan HIV/AIDS oleh Depkes th
2003-2007 dan Rentra penanggulangan HIV/AIDS secara
Multi sektor.
UPAYA PENANGANAN HIV
SECARA GLOBAL
End the Epidemic by 2030
UNAIDS | 2011-2015 Strategy
“Getting to Zero”
Tujuan Strategis Visi dan Target

Revolusionisasi Pencegahan HIV Zero New Infections

Katalisasi Fase Selanjutnya dari Zero AIDS-related Deaths


Pengobatan, Perawatan dan
Dukungan
Mementingkan HAM dan kesetaraan Zero Discrimination
gender untuk respons HIV

Tema
Inti Manusia Negara Kesinergisan
UNAIDS | 2014
“90-90-90”
An Ambitious Treatment Target to Help End
the AIDS Epidemic

90 % 90 % 90 %

Penekanan
Terdiagnosa Mendapat terapi ARV
perkembangan Virus
Asuhan Keperawatan

 Pengkajian
• Data demografi : nama, pekerjaan, pendidikan,
tempat tinggal
• Riwayat kesehatan : penyakit sebelumnya,
penyakit keturunan, imunologi, dan gaya hidup
• Manifestasi klinik (gagal berkembang,
gangguan sistem syaraf: kejang atau kesulitan
berjalan, sering mengalami infeksi: demam,
diare, dll)
Diagnosis Keperawatan
1. Hyperthermia related to chronic HIV infection, secondary
opportunistic infection, malignancy, autoimmune disorders,
diarrhea, dehydration, allergic response to medications, or
infection at IV sites, catheters, drains, and incisions
2. Fatigue related to chronic HIV infection, anemia, secondary
opportunistic infection, malnutrition, dehydration, prolonged
immobility, and psychological and situational factor
3. Imbalanced Nutrition : Less Than Body Requirements related
to increased nutrient requirements, decreased food intake
secondary to side effect of medications and infection such as
anorexia, nausea, vomiting,impaired swallowing or chewing
Intervensi Keperawatan
Diagnosis Keperawatan: Hipertermia
Luaran : Termoregulasi
Indikator 1 2 3 4 5
1. Kejang
2. Pucat
3. Takikardia
4. Takipnea
5. Bradikardi
6. Hipoksia

Intervensi: Manajemen Hipertermia


Observasi:
1. Monitor suhu tubuh
2. Identifikasi penyebab hipertermia
Terapiutik:
3. Berikan cairan oral
4. Sediakan lingkungan yang dingin
Edukasi: Anjurkan tirah baring
Kolaborasi: pemberian cairan dan elektrolit
Wassalam…

Anda mungkin juga menyukai