Pidana
PROSES PEMERIKSAAN DI SIDANG PENGADILAN
Kelompok V :
Putri Alya Zalsabila Hasan
Berdasarkan dua pendapat diatas, maka pada dasarnya eksepsi adalah hak yang diberikan oleh KUHAP
kepada terdakwa untuk mengajukan keberatan yang dapat diajukan langsung atau melalui penasihat hukum yang
ditunjuk atas dakwaan penuntut umum yang tidak berkaitan dengan pokok perkara pidana.
Pengajuan eksepsi diatur dalam Pasal 156 ayat (1) KUHAP yang berbunyi sebagai berikut dalam hal
terdakwa atau penasihat hukum mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau
dakwaan tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan kepada penuntut
umum untuk menyatakan pendapatnya, hakim mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil
keputusan.
Tanggapan Atas Eksepsi
Setelah terdakwa atau penasihat hukumnya diberi kesempatan untuk mengajukaneksepsi, maka majelis hakim yang
memeriksa perkara pidana memberikan kesempatan atau hak juga kepada Jaksa Penuntut Umum atau JPU untuk
menanggapi keberatan yang diajukan oleh terdakwa atau melalui penasihat hukumnya tersebut. Dalam proses beracara
pidana biasanya langkah-langkah yang diambil oleh Jaksa Penuntut Umum yakni sebagai berikut:
1)Tidak menerima dan membenarkan keberatan yang diajukan oleh terdakwa atau penasihat hukum terdakwa yang biasanya
diajukan secara lisan;
2)Tidak menanggapi keberatan yang diajukan oleh terdakwa atau penasihat hukum terdakwa;
3)Menolak secara tegas keberatan yang diajukan oleh terdakwa atau penasihat hukum terdakwa dengan mengajukan
tanggapan secara tertulis yang nantinya dibacakan pada persidangan berikutnya;
•4)Menolak
Putusan Sela
secara tegas keberatan yang diajukan oleh terdakwa atau penasihat hukum terdakwa dengan memberikan
tanggapan melalui argument-argumen atau alasan-alasan pada saat itu juga.
Dalam pasal 156 ayat (1) KUHAP dapat ditarik makna dari putusan sela yakni putusan yang dijatuhkan oleh hakim
terhadap hal-hal yang belum menyangkut materi pokok perkara yaitu hal-hak yang berkaiatan dengan masalah kewenangan
mengadili atau berkaitan dengan diterima ditolaknya surat dakwaan. Dengan kata lain materi pokok yang dimaksudkan
disini yakni berkaitan hal yang menyebabkan batalnya surat dakwaan.
Pada dasarnya putusan sela tidak diatur secara jelas dalam KUHAP. Namun demikian istilah putusan sela lahir dari
adanya praktik hukum dalam arti putusan sementara yang dijatuhkan sebelum putusan akhir dengan maksud untuk
memungkinkan atau memperlancar pemeriksaan terhadap pokok perkara guna memperoleh putusan akhir.
Berdasarkan kenyataan yang ada dalam praktik proses peradilan pidana
menutup kemungkinan majelis hakim yang memeriksa perkara pidana tersebut
menjatuhkan putusan dalam bentuk penetapan yang menyatakan bahwa surat
dakwaan JPU tidak dapat diterima berdasarkan pada argument atau alasan yang
menyatakan bahwa dalam beberapa kali persidangan JPU tidak dapat
mengahdirkan terdakwa di depan siding pengadilan.
Makna sesungguhnya dari ketentuan pasal 182 ayat (1) huruf c KUHAP tersebut yakni pledoi adalah
surat resmi yang dibuat, dibacakan dan disampaikan oleh terdakwa dan atau penasihat hukumnya dalam
persidangan kepada majelis hakim yang memeriksa perkara pidana tersebut.
Pledoi merupakan suatu hak dari terdakwa. Oleh sebab itu hak yang sudah diberikan kepada
terdakwa ini merupakan rangkaian dalam proses beracara pidana, dan dapat digunakan oleh
terdakwa sepanjang yang bersangkutan menginginkan. Dengan demikian tidak ada pihak manapun
dapat menghilangkan atau mengurangi hak terdakwa untuk mengajukan pledoi.
Sebagaimana telah disebutkan diatas dalam pasal 182 ayat (1) huruf c KUHAP, yang secara
tegas dapat dinyatakan bahwa pasal ini merupakan dasar hukum dari pengajuan pledoi. Selain itu
dasar hukum lain yang berkaitan dengan pledoi antara lain yakni pasal 54 KUHAP yang berbunyi
ayat (1) tersangka berhak segera mendapatkan pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dapat
diajukan kepada penuuntut umum. Ayat (2) tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke
pengadilan oleh penuntut umum. Ayat (3) terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan.
• REPLIK DAN DUPLIK
Ketika pengajuan nota pembelaan atau pledoi yang dibuat secara tertulis kemudian dibacakan dan diserahkan
kepada mejelis hakim daan jaksa penuntut umum sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 182 ayat (1) huruf c
KUHAP. Kesempatan berikutnya oleh majelis hakim diberikan kepadaa jaksa penuntut umum untuk menjawab nota
pembelaan terdakwa dan penasihat hukum, vide pasan 182 ayat (1) butir b KUHAP. Dalam praktik hukum acara
pidana hak yang diberikan kepada jaksa penuntuk umum disebut replik.
Dalam ketentuan pasal 182 ayat (1) butir b KUHAP berbunyi selanjutnya terdakwa
atau penasihat hukum mengajukan pembelaannya yang dapat dijawab oleh penuntut
umum dengan ketentuan bahwa terdakwa atau penasihat hukum selalu medapat giliran
terakhir.
Selanjutnya setelah pengajuan jawaban yang diajukan oleh jaksa penuntut umum
atau replik selesai, maka majelis hakim memberikan kesempatan lagi terdakwa dan
penasihat hukumnya untuk menjawab replik tersebut. Dalam praktik hukum acara pidana
hak yang diberikan kepada terdakwa dan penasihat hukumnya disebut dengan duplik.
Sekian
Dan
Terima Kasih