Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

” PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN TERHADAP PEREDARAN


KOSMETIK ILEGAL”

Disusun dan dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perlindungan
Konsumen

SITI KHODIJAH

NIM 1O11418196

KELAS G

PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGRI GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya  sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini di susun
sebagai tugas dari mata kuliah Hukum Perlindungan Konsumen“PERLINDUNGAN
HUKUM BAGI KONSUMEN TERHADAP PEREDARAN KOSMETIK ILEGAL”.

Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi tugas
mata kuliah Hukum Tata Negara dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
diri kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya
makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif dan
membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah
pada tugas yang lain dan pada waktu mendat
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................................
1.....................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
2
DAFTAR ISI................................................................................................................................
3
BAB 1...........................................................................................................................................
4
PENDAHULUAN........................................................................................................................
4
A. Latar Belakang..................................................................................................................
4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
6
C. Tujuan ..............................................................................................................................
6

BAB II..........................................................................................................................................
7
PEMBAHASAN..........................................................................................................................
7
A. Pengertian Kosmetik Ilegal...............................................................................................
7
B. Pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan terhadap peredaran produk
kosmetik di tiap-tiap daerah..............................................................................................
7
C. Penyebab kosmetik tanpa izin edar dapat beredar di masyarakat ....................................
9
D. Akibat dari pelaku usaha yang memproduksi kosmetik tanpa izin edar ..........................
9
E. Bentuk ganti rugi apabila konsumen mengalami kerugian akibat peredaran kosmetik
yang mengandung bahan berbahaya ................................................................................
9
F. Jenis bahan kimia obat yang mengandung bahan berbahaya ...........................................
10
G. Perlindungan hukum bagi konsumen terhadap peredaran kosmetik tanpa izin edar .......
10
H. Sanksi yang dikenakan kepada Pelaku Usaha...................................................................
10

BAB III.........................................................................................................................................
11
PENUTUP....................................................................................................................................
11
A. Kesimpulan ...................................................................................................................
11
B. Saran ................................................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perlindungan terhadap konsumen kerap kali menjadi masalah dalam dunia


perdagangan, bisnis ataupun ekonomi, yang salah satunya ada dari akibat yang ditimbulkan
oleh para pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Keadaan yang universal ini pada
beberapa sisi menunjukkan adanya berbagai kelemahan pada konsumen sehingga konsumen
tidak mempunyai kedudukan yang “aman”. Kerugian yang dialami oleh konsumen sendiri
bukan hanya secara materil, tetapi juga secara batin yang artinya langsung kepada diri
konsumen sendiri. Misalnya kerugian dari segi fisik yang ditimbulkan dari penggunaan suatu
produk yang mengandung bahan berbahaya. Hal inilah yang membuat terkadang hak-hak
yang seharusnya diperoleh oleh konsumen sesuai dengan pasal 4 UUPK menjadi tidak
terpenuhi.

Pelaku usaha sebagai pihak yang dalam hal ini memperdagangkan atau menjual suatu
barang atau jasa memiliki tanggung jawab sebagaimana diatur dalam pasal 7 UUPK harus
dilakukan atau dilaksanakan melalui suatu perjanjian, agar bisa menimbulkan keseimbangan
kebutuhan oleh konsumen dalam hal menjamin keamanan dan kenyamanan mengkonsumsi
suatu barang dan atau jasa dan juga bagi para pelaku usaha itu sendiri.

Seiring dengan perkembangan zaman dalam kehidupan masyarakat modern


khususnya kaum waita mempunyai keinginan untuk tampil cantik.Hal tersebut merupakan
sesuatu yang wajar, tidak diherankan lagi banyak wanita rela menghabiskan uangnya untuk
pergi ke salon, ke klinik-klinik kecantikan ataupun membeli kosmetik untuk memoles
wajahnya agar terlihat cantik. Pada era perdagangan bebas sekarang banyak kosmetik yang
beredar di pasaran dengan berbagai jenis merek.

Keinginan seorang wanita untuk selalu tampil cantik banyak dimanfaatkan oleh
pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab dengan memproduksi atau memperdagangkan
kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan untuk di edarkan ke masyarakat.Kebanyakan
wanita sangat tertarik membeli produk kosemetik dengan harga murah serta hasilnya cepat
terlihat.Oleh karena itu, wanita banyak yang memakai jalan alternatif untuk membeli suatu
produk walaupun produk kosmetik yang dibelinya tidak memenuhi persyaratan serta tidak
terdaftar dalam BPOM.Kosmetik tersebut malah di dapatkan dengan harga yang terjangkau
karena tidak adanya nomor izin edar dari BPOM. Tidak adanya label bahan baku kosmetik,
dan tidak adanya tanggal kadaluwarsa produk. Karena harganya yang murah, dan dapat dibeli
dengan mudah sehingga kosmetik tanpa izin edar ini mudah dikonsumsi oleh masyarakat.
Ketidaktahuan konsumen akan efek samping yang ditimbulkan dari kosmetik
mengandung bahan berbahaya biasa dijadikan suatu alasan mereka untuk masih tetap
menggunakan kosmetik tersebut. Konsumen biasanya tidak meneliti suatu produk sebelum
membeli, ini biasa menjadi salah satu faktor mengapa produk kosmetik yang mengandung
bahan berbahaya masih diminati oleh para wanita.Mereka umumya langsung membeli produk
kosmetik tanpa pertimbangan terlebih dahulu mengingat produk yang dibeli memberikan efek
samping secara langsung.
Pada faktanya masih banyak saja pelaku usaha yang sama sekali tidak mempedulikan
kewajibannya sesuai dengan apa yang tertuang di dalam pasal 7 UUPK ini, hal ini disebabkan
oleh adanya berbagai tuntutan dalam dunia persaingan usaha yang membuat banyak dari
mereka sebagai pelaku usaha yang tidak ingin dirugikan dan pada akhirnya mereka akan
menggunakan cara-cara yang tidak baik agar dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya.

Penjualan kosmetik illegal di Kota Gorontalo pada sekarang ini sangat marak terjadi
di berbagai area-area penjualan kosmetik, baik di toko-toko ataupun di pasar. Namun
disamping beredarnya kosmetik illegal ini tidak luput dari pengawasan dari lembaga terkait
yang selalu melakukan pengawasan terhadap setiap produksi makanan dan obat-obatan yang
akan diedarkan atau diperdagangkan kepada konsumen itu sendiri.

Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merupakan salah satu lembaga yang
berfungsi untuk melakukan pengawasan dan pengujian terhadap setiap produksi makanan
atau obat-obatan, yang akan diedarkan dan diperdagangkan kepada mayarakat atau
konsumen.

Namun pengawasan yang dilakukan oleh BPOM sendiri sampai sekarang ini dapat
dikatakan masih belum efektif atau masih belum adanya efek jera kepada pelaku usaha
tersebut. Hal ini dikarenakan kurang adanya kerjasama dari masyarakat sebagai penopang
dalam membantu terlaksananya pengawasan yang menjadi tugas dari BPOM itu sendiri, dan
juga peranan dari pelaku usaha dalam menyadari apa yang menjadi tanggung jawabnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen terhadap peredaran kosmetik ilegal ?


2. Bagaimana sanksi hukum terhadap para pelaku pengedar kosmetik elegal?

C. Tujuan
1. Untuk mengetatahui perlindungan hukum bagi konsumen terhadap peredaran
kosmetik ilegal
2. Untuk mengetahui sanksi hukum terhadap para pelaku pengedar kosmetik ilegal
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kosmetik Ilegal

Ilegal artinya tidak sah menurut hukum, dalam hal ini melanggar hukum, barang
gelap, liar, ataupun tidak ada izin dari pihak yang bersangkutan. Jadi Kosmetik Ilegal adalah
produk yang tidak memiliki izin edar dari balai pengawas obat dan makanan yang dibuat di
Indonesia maupun luar negeri dan tidak sesuai dengan ketentuan baik itu persyaratan mutu,
keamanan, kemanfaatan dan dapat merugikan masyarakat.
B. Pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan terhadap peredaran produk
kosmetik di tiap-tiap daerah

Pengawasan yang dilakukan terhadap peredaran produk kosmetik yang mengandung


bahan berbahaya di masyarakat adalah unutk menjamin mutu. Pengawasan oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ada 2 macam:

1. Pre market Pre market adalah pengawasan yang dilakukan serta penilaian dan
pengujian atas mutu keamanan sebelum kosmetik diedarkan.
2. Post market
Post market adalah pengawasan yang dilakukan setelah produk kosmetik diedarkan di
masyarakat, antara lain inspeksi sarana produksi dan distribusi, monitoring efek
samping kosmetik, sampling dan uji laboratorium untuk kosmetik di peredaran,
penilaian dan pengawasan iklan kosmetik atau promosi, serta penyebaran informasi
melalui edukasi masyarakat dan public warning.
BPOM dalam melakukan pengawasan, berkaitan dengan ius poenandi apabila
ditemukan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya maka kosmetik itu akan
disita dan apabila sudah mendapatkan persetujuan dari Pengadilan kemudian penyidik
melakukan pemusnahan untuk kemudian dibakar di tempat pembuangan akhir.
Pengawasan yang dilakukan oleh BPOM hanya melakukan pengamanan produk dan
penyitaan terhadap produk atau barangnya.
Berbicara mengenai prioritas utama yaitu produk kosmetik yang tidak ada izin
edarnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sistem pemesannya biasanya dengan cara dikirim misalnya: A memesan
kosmetik, karena tidak mungkin diambil di tempat tersebut lalu produk
kosmetik tersebut dikirim oleh ekspedisi.
2. Apabila membeli produk kosmetik tersebut dalam jumlah banyak maka akan
ditanya macam-macam oleh si pelaku usaha.
Berbicara mengenai law enforcement, misalnya toko A menjual kosmetik yang tidak
memiliki izin edar maka pemilik toko tersebut akan dilakukan:
 Diperingatkan
Pelaku usaha yang menjual kosmetik atau yang mempunyai toko diperigatan
dengan surat pernyataan bahwa benar telah menjual kosmetik tanpa izin edar dan
berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Apabila setelah membuat surat
pernyataan ternyata masih menjual kosmetik yang tanpa izin edar dan mengandung
bahan berbahaya terpaksa orang yang menjual akan diperkarakan dan tokonya tidak
ditutup karena terhadap saranya mengunakan kewenangan BPOM.
 Pembinaan pelaku usaha
Pembinaan pelaku usaha terdapat penyuluhan terhadap pelaku usaha. Pelaku
usaha di sini dianggap cakep karena untuk memperoleh izin mempunyai tahapan yang
rumit. BPOM bermaksud memberikan aspek jera berbasis pembinaan artinya apabila
orang tersebut melakukan kejahatan bukan berarti semuanya dirampas dan dia tidak
bisa bekerja, karena dia dituntut di pengadilan untuk orang yang tidak biasa
melakukan kejahatan itu merupakan obat yang sangat pahit dan terhadap toko tersebut
tetap tidak dilakukan penyegelan dengan harapan keluarganya meneruskan usahanya
untuk melanjutkan penjualannya tetapi dengan syarat toko tersebut menjual barang-
barang yang legal. Apabila selama menjalani proses ini pelaku usaha tertangkap
tangan lagi, maka hukumannya lebih berat yaitu dengan pemberatan.
 Pemusnahan terhadap barang atau produk
Pemusnahan ini dilakukan pada pabrik kosemtik ilegal yaitu apabila setelah
diperiksa dari hasil laboratorium ternyata tidak sesuai ketentuan dalam pembuatan
kosmetik, maka yang disegel atau dimusnahkan di tempat adalah barang atau produk
yang ilegal. Dalam pembuatan kosmetik tidak ada industri rumahan, berbeda dengan
pangan. Industri kosmetik memerlukan tenaga ahli dalam pembuatannya, tetapi jika
pangan ada industri rumahan. Karena kosmetik merupakan industri yang besar maka
pelaku usahanya harus mempunyai izin untuk pembuatan kosmetik yaitu pelaku usaha
mengajukan permohonan ke BPOM untuk mendapatkan izin, kemudian BPOM
melampirkan persyaratan lulus CPKB (Cara pembuatan kosmetik yang baik) meliputi
alur dan bahan baku, lalu setelah memenuhi semua persyaratan keluarlah izin edar
serta notifikasi kosmetika.
 Tingkat pendidikan dan pengatuhan pemilik toko masih rendah sehingga mereka
belum bisa membedakan kosmetik legal dan ilegal.
 Sales kosmetik biasanya lebih cenderung sekedar mencari target atau keuntungan
penjualan dari pada berpikir tentang keamanan kosmetik. Bahkan sales ini sedikit
banyak sudah mengetahui kosmetik tersebut ilegal tetapi tetap dijual.
 Pemilik toko tidak bisa menerima hal tersebut karena kurangnya pengetahuan tadi
ketika kosmetik dimusnahkan
C. Penyebab kosmetik tanpa izin edar dapat beredar di masyarakat

Kosmetik tanpa izin edar dapat beredar dan dikonsumsi oleh masyarakat dikarenakan
barang atau produk kosmetik yang beredar di pasaran ada ribuanitem sehingga tidak
memungkinkan untuk melihat satu persatu kelayakan atau keamanan dari produk atau barang
tersebut, oleh karena itu pengawasannya tidak bisa optimal dan efektif serta jumlah tenaga
yang terbatas untuk mengawasi seluruh Provinsi Gorontalo.

D. Akibat dari pelaku usaha yang memproduksi kosmetik tanpa izin edar

Pelaku usaha yang memproduksi kosmetik yang mengandung bahan berbahaya serta
tidak memiliki izin edar akan diberi surat peringatan 1 (satu) kali, 2 (dua) kali, tetapi kalau
samapi diberi surat peringatan 3 (tiga) kali apabila pabrik tersebut tetap memproduksi
kosmetik ilegal maka izin usahanya akan dicabut dan jika terangkap tanggan oleh dinas-dinas
yang mengawasi maka pabrik pembuatan kosmetik langsung ditutup. Perbedaan barang atau
produk yang bersentuhan dengan kulit apabila tidak mencantumkan label dan tanggal
kadaluwarsa maka produk tersebut bisa disita dan dijadikan sebagai alat bukti di pengadilan,
setelah itu menjadi kewenangan negara apakah barang atau produk tersebut akan
dimusnahkan atau dibakar.

E. Bentuk ganti rugi apabila konsumen mengalami kerugian akibat peredaran


kosmetik yang mengandung bahan berbahaya

Konsumen yang mengalami kerugian akibat penggunaan kosmetik mengandung


berbahaya diselsaikan melalui mediasi terlebih dahulu untuk mencari solusinya. Ganti rugi
tersebut tergantung pada kesepakatan antara kedua belah pihak karena merupakan sengketa
konsumen di luar pengadilan.

F. Jenis bahan kimia obat yang mengandung bahan berbahaya

Bahan kimia obat yang sering dipakai dalam pembuatan kosmetik berbahaya yaitu
mercury, yang sering digunakan pada pemutih wajah. Kecuali, hidrokuinon yang dipakai
pada cat kuku dan pewarna rambut. Tetapi kalau untuk kosmetik tidak boleh ditambahkan
dengan hidrokuinon.

G. Perlindungan hukum bagi konsumen terhadap peredaran kosmetik tanpa izin


edar
Kasus tersebut perlindungan hukumnya dapat menuntut ganti kerugian tetapi dalam
hal ganti rugi tersebut bukan merupakan tugas pokok BPOM, karena BPOM hanya
melakukan pengawasan. Apabila penyegekan terhadap sarana, BPOM tidak mempunyai
kewenangan tetapi hanya melakukan pengawasan terhadap produk, yang mempunyai
kewenangan adalah Dinas Perindustrian dan Perdaangan. Undang-undang Perlindungan
Konsumen untuk penyelesaian sengketa konsumen ada lembaga tersendiri untuk
menyelesaikan sengketa tersebut.

H. Sanksi yang dikenakan kepada Pelaku Usaha yang memproduksi kosmetik


tanpa izin edar

Berbicara ius poenali (hukum positif yang ada dalam peraturan perundang-undangan),
dasar hukumnya yaitu Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu:
Untuk kosmetik yang tidak mempunyai izin edar atau belum terdaftar maka dapat dikenakan
Pasal 197 dengan ancaman pidana paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.500.000.000.00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka peneliti dapat memberikan
kesimpulan bahwa: Perlindungan hukum terhadap konsumen kosmetik agar merasa nyaman,
aman dan selamat berkaitan dengan peredaran kosmetik yang tanpa izin edar secara normatif
sebenarnya sudah diupayakan oleh pemerintah dan jajarannya dengan menetapkan peraturan-
peraturan mengenai pembinaan dan pengawasan berdasarkan Keputusan Badan POM RI
Nomor HK.03.1.23.12.11.10052 Tahun 2011 tentang Pengawasan produksi dan peredaran
kosmetika dan sanksi berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
yang diharapkan dapat membuat para pelaku usaha sadar sehingga melakukan usaha dengan
itikad baik.
Perlindungan terhadap hak konsumen kosmetik atas informasi yang benar, jelas, dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa dalam Peraturan Badan POM RI Nomor
HK.00.05.4.17.45 Tentang Kosmetik sebenarnya sudah diatur secara jelas berkaitan dengan
kewajiban pelaku usaha untuk memberi informasi yang selengkap-lengkapnya untuk
menghindari timbulnya kerugian pada pihak konsumen kosmetik. Dan bagi konsumen
kosmetik yang menderita kerugian, berdasarkan pasal 19 UUPK pelaku usaha diwajibkan
untuk memberi ganti rugi, sedangkan dari pihak pemerintah punya tanggung jawab untuk
membina, mengawasi dan menfasilitasi agar konsumen kosmetik mendapatkan apa yang
menjadi haknya.

B. Saran

Pelaku usaha dalam menjalankan usahanya sayangnya menunjukan iktikad baik dan
memberikan informasi yang jelas atas barang dan atau jasa yang diedarkan serta berupaya
memperhatikan hak-hak konsumen dan kewajibannya sebagai pelaku usaha yang telah
dirumuskan dalam UUPK. Pemerintah harus meningkatkan pengawasan terhadap peredaran
kosmetik yang tanpa izin edar di Provinsi Gorontalo untuk meminimalisir kerugian-kerugian
yang di derita oleh masyarakat. Dan konsumen kosmetik hendaknya lebih hati-hati dalam
membeli dan menggunakan produk kosmetik agar terhindar dari bahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ali, Menguak Takbir Hukum: Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Gunung
Agung, Jakarta, 2002.

Adijaya Yusuf dan John W Haed, Hukum Ekonomi, ELIPS, Jakarta, 1998. Adrian Sutedi,
Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen, Ghalia Indonesia, Bogor,
2008.

Agnes M Toar, Tanggung Jawab Produk, Sejarah dan Perkembangannya di Beberapa


Negara, 1988

Ahmad Miru, Hukum Perlindungang Konsumen,Ctk Delapan, Rajawali Press, Jakarta, 2014

Anda mungkin juga menyukai