Anda di halaman 1dari 14

Kerajaan Sriwijaya

Kelompok :
1. REZQINASARI
2. AGUS MARDIAH HARAHAP
3. IKHWAL DANY FATORY
Nama Raja-Raja Pada zaman kerajaan Sriwijaya :

 Dapunta Hyan Srijayanasa (terdapat dalam Prasasti Kedukan Bukit


tahun 683 Masehi dan Prasasti Talang Tuwo tahun 684 Masehi)
 Sri Indrawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun 724 Masehi
 Rudrawikrama (terdapat dalam Berita Cina tahun 728 Masehi)
 Wishnu (terdapat dalam Prasasti Ligor tahun 775 Masehi
 Maharaja (terdapat dalam Berita Arab tahun 851 Masehi)
 Balaputera Dewa (terdapat dalam Prasasti Nalanda tahun 860 Masehi)
 Sri Udayadityawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun 960 Masehi)
 Sri Udayaditya (terdapat dalam Berita Cina tahun 962 Masehi)
 Sri Sudamaniwarmadewa (terdapat dalam Prasasti Leiden tahun 1044
Masehi)
 Marawijayatunggawarman (terdapat dalam Prasasti Leiden tahun 1044
Masehi)
 Sri Sanggaramawijayatunggawarman (terdapat dalam Prasasti Chola
Raja yang terkenal
BalaPutraDewa
Ia memerintah sekitar abad ke-9 M . Bala Putra Dewa
adalah keturunan dari dinasti syailendra, yakni putra
dari raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari
sriwijaya. Bela putra Jawa adalah seorang raja yang
besar di Sriwijaya.
Pada tahun 990 M yang menjadi rasa sriwiajaya adalah
Sri Sudamaniwarma Dewa. Sri sudamaniwarma dewa
kemudian digantikan olehPutranya yang bernama
Marwijayanto Tungga warman.
Posisi/Lokasi kerajaan
Letak pusat kerajaan Sriwijaya ada berbagai pendapat.
Ada yang berpendapat bahwa pusat kerajaan
Sriwijaya di Palembang, ada yang berpendapat di
Jambi, bahkan ada yang berpendapat di luar indonesia.
Akan tetapi, pendapat yang banyak didukung oleh
para ahli, pusat kerajaan Sriwijaya berlokasi di
Palembang, di dekat pantai dan di tepi sungai Musi.
Ketika pusat kerajaan sriwijaya menunjukkan
kemunduran, Sriwijaya berpindah ke Jambi.
Bukti Sejarah Peninggalan :
1. Prasasti Ligor

Ditemukan di Nakhon Si Thammarat, Thailand Selatan. Pahatannya ditulis di kedua


sisi. Sisi pertama disebut prasasti ligor A, isinya menjelaskan tentang kegagahan Raja
Sriwijaya, raja dari segala raja dunia yang telah mendirikan Trisamaya caitya untuk
Kajara.
Sisi kedua disebut prasasti Ligor B, isinya menjelaskan tentang pemberian gelar
Visnu Sesawarimadawimathana pada Sri Maharaja yang berasal dari keluarga
Sailendravamsa.
2. Prasasti Palas Pasemah

Prasasti Palas Pasemah adalah sebuah prasasti yang ditemukan di sebuah


pinggiran rawa di desa Palas Pasemah, Lampung Selatan, Lampung.
Prasasti yang ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno beraksara
Pallawa ini tersusun atas 13 baris kalimat. Isinya menjelaskan tentang
kutukan atas orang-orang yang tidak tunduk pada kekuasaan Sriwijaya.
Diperkirakan dari bentuk aksaranya, salah satu prasasti peninggalan
kerajaan Sriwijaya ini diperkirakan berasal dari abad ke 7 Masehi.
3. Prasasti Hujung Langit
Ditemukan di desa Haur Kuning,
Lampung. Sama seperti prasasti
lainnya, prasasti ini juga ditulis
menggunakan bahasa Melayu
Kuno dan aksara Pallawa.
Susunan pesan dalam prasasti ini
tidak cukup jelas karena tingkat
keausan batunya sangat tinggi.
Akan tetapi, setelah diidentifikasi
prasasti ini diperkirakan berasal
dari tahun 997 Masehi dan isinya
menjelaskan tentang pemberian
tanah sima
4. Prasasti Kota Kapur
Ditemukan di pesisir Pulau Bangka sebelah
Barat. Prasasti yang ditulis menggunakan
bahasa Melayu Kuno beraksara Pallawa ini
ditemukan pada Desember 1892 oleh J.K.
van der Meulen. Isinya menjelaskan tentang
kutukan bagi siapa saja yang membantah
titah dari kekuasaan kemaharajaan
Sriwijaya.
5. Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu adalah
sekumpulan prasasti yang
ditemukan di sekitar kolam Telaga
Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kec. Ilir
Timur II, Kota Palembang.
Prasasti-prasasti ini berisi tentang
kutukan pada mereka yang
melakukan perbuatan jahat di
kedatuan Sriwijaya. Kini,
prasasti-prasasti ini disimpan di
Museum Nasional, Jakarta.
6. Prasasti Kedukan Bukit

Pada tanggal 29 November 1920, M. Batenburg menemukan


sebuah batu bertulis di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35
Ilir, Palembang-Sumatera Selatan. Prasasti berukuran 45 × 80 cm
ini ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara
Pallawa. Isinya menceritakan bahwa seorang utusan Kerajaan
Sriwijaya bernama Dapunta Hyang telah mengadakan sidhayarta
(perjalanan suci) menggunakan perahu. Dalam perjalanan yang
disertai 2.000 pasukan tersebut, ia telah berhasil menaklukan
daerah-daerah lain. Prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya ini
kini disimpan di Museum Nasional Indonesia.
7. Prasasti Talang Tuwo
Di kaki Bukit Seguntang tepian utara Sungai Musi, Louis
Constant Westenenk –seorang residen Palembang pada tanggal 17
November 1920 menemukan sebuah prasasti. Prasasti Talang
Tuwo –begitu kemudian disebut- adalah sebuah prasasti yang
berisi doa-doa dedikasi.
Prasasti ini menggambarkan bahwa aliran Budha yang
digunakan Sriwijaya pada masa itu adalah aliran Mahayana. Ini
dibuktikan dari digunakannya kata-kata khas aliran Budha
Mahayana seperti bodhicitta, vajrasarira,
annuttarabhisamyaksamvodhi, dan mahasattva.
8. Prasasti Leiden
Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya
adalah Prasasti Leiden. Prasasti ini ditulis di sebuah
lempeng tembaga dan ditulis dalam bahasa Sansekerta
dan Tamil. Saat ini prasastu Leiden berada di Musium
Belanda. Isinya menceritakan hubungan baik antara
dinasti Chola dari Tamil dengan dinasti Sailendra dari
Sriwijaya, India Selatan.
9. Prasasti Karang Birahi

Prasasti Karang Brahi ditemukan oleh Kontrolir L.M.


Berkhout pada tahun 1904 di tepian Batang Merangin,
Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi,
Kecamatan Pamenang, Merangin-Jambi. Sama seperti
prasasti Telaga Batu, Prasasti Palas Pasemah, dan
Prasasti Kota Kapur, prasasti ini menjelaskan tentang
kutukan pada mereka yang berbuat jahat dan tidak
setia pada sang Raja Sriwijaya.
Sistem Ekonomi

Pada mulanya penduduk Sriwjaya


hidup dengan bertani. cKarena Sriwjaya
terletak ditepi sungai Musi dekat pantai,
maka perdagangan menjadi cepat
berkembang.

Anda mungkin juga menyukai