Anda di halaman 1dari 20

Nama Kelompok

Fajar Shidiq (11761102054)


Olivian Exandro (11761101972)
Sundari Mardwiva (11760124910)
Suriati (11761200068)
Vasha Salwa (11761201206)
Pengertian Autisme
Autis merupakan salah satu kelompok dari gangguan
perkembangan pada anak. Menurut Veskarisyanti (2008 : 17) dalam
bahasa Yunani dikenal kata autis, “auto” berarti sendiri ditujukan
pada seseorang ketika menunjukkan geajala hidup dalam dunianya
sendiri atau mempunyai dunia sendiri.
Autisme pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun
1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai
ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan
berbahasa yang ditunjukkan dengan penguasaan bahasa yang
tertunda, echolalia, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain
repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan
obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.
Menurut (Veskarisyanti, 2008 : 18) Ada beberapa gangguan pada anak
penyandang autisme:

• Komunikasi
• Interaksi sosial
• Perilaku
• Gangguan sensoris
Penyebab Autisme
1. Faktor neurobilogis
Gangguan neurobiologis pada susunan saraf pusat (otak). Biasanya, gangguan
ini terjadi dalam tiga bulan pertama masa kehamilan, bila
pertumbuhan sel-sel otak di beberapa tempat tidak sempurna (Maulana, 2007)
2. Masalah Genetik
Menurut Maulana (2007 : 19) Faktor genetik juga memegang peranan
kuat, dan ini terus diteliti. Pasalnya, banyak manusia mengalami mutasi genetik
yang bisa terjadi karena cara hidup yang semakin modern (penggunaan zat
kimia dalam kehidupan sehari-hari, faktor udara yang semakin terpolusi).
Beberapa faktor yang juga terkait adalah usia ibu saat hamil, usia ayah saat istri
hamil, serta masalah yang terjadi saat hamil dan proses kelahiran (Ginanjar,
2008).
3. Masalah selama kehamilan dan kelahiran
Masalah pada masa kehamilan dan proses melahirkan, resiko
autismeberhubungan dengan masalah-masalah yang terjadi
pada masa 8 minggupertama kehamilan. Ibu yang
mengkonsumsi alkohol, terkena virus rubella, menderita infeksi
kronis atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang diduga
mempertinggi resiko autisme. Proses melahirkan yang sulit
sehingga bayi kekurangan oksigen juga diduga berperan
penting. Bayi yang lahir premature atau punya berat badan
dibawah normal lebih besar kemungkinnanya untuk mengalami
gangguan pada otak dibandingkan bayi normal (Ginanjar, 2008).
4. Terinveksi virus
Lahirnya anak autistik diduga dapat disebabkan oleh virus seperti
rubella, toxoplasmosis, herpes, jamur, nutrisi yang buruk, perdarahan, dan
keracunan makanan pada masa kehamilan yang dapat menghambat
pertumbuhan sel otak yang meyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung
terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi. Efek virus
dan keracunan tersebut dapat berlangsung terus setelah anak lahir dan terus
merusak pembentukan sel otak, sehingga anak kelihatan tidak memperoleh
kemajuan dan gejala makin parah. Gangguan metabolisme, pendengaran,
dan
penglihatan juga diperkirakan dapat menjadi penyebab lahirnya anak autistik
(Maulana, 2007: 19).
Sindrom Asperger

Sindrom Asperger adalah gangguan neurologis atau saraf yang


tegolong ke dalam gangguan spektrum autisme. Gangguan
spektrum autisme (autism spectrum disorder) atau yang lebih
dikenal dengan penyakit autisme merupakan gangguan pada
sistem saraf yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Sindrom Asperger memiliki sedikit
perbedaan dengan gangguan spektrum
autisme lainnya, misalnya gangguan
autistik. Pada penderita gangguan autistik,
terjadi kemunduran kecerdasan (kognitif)
dan penguasaan bahasa. Sedangkan pada
penderita sindrom Asperger, mereka cerdas
dan mahir dalam bahasa, namun tampak
canggung saat berkomunikasi atau
berinteraksi dengan orang-orang di
sekitarnya.

Sindrom ini menyerang anak-anak,


dan bertahan hingga mereka
dewasa. Meski belum ditemukan
obatnya, sindrom Asperger yang
terdiagnosis dan tertangani sejak
dini bisa membantu penderitanya
untuk meningkatkan potensi dan
kemampuan diri dalam
berkomunikasi serta berinteraksi
dengan orang lain.
Gejala Sindrom Asperger

• Sulit berinteraksi. Penderita sindrom Asperger mengalami kecanggungan dalam


melakukan interaksi sosial, baik dengan keluarga maupun orang lain. Jangankan
berkomunikasi, bahkan untuk melakuk
• Tidak ekspresif. Penderita sindrom Asperger jarang menampilkan ekspresi wajah
atau gerakan tubuh yang berkaitan dengan ungkapan emosinya. Ketika bahagia,
penderita sindrom Asperger akan susah untuk tersenyum atau tidak bisa tertawa
meskipun menerima suatu candaan yang lucu. Penderita juga akan berbicara
dengan nada yang datar-datar saja, tidak ubahnya seperti robot yang berbicara.
• Kurang peka. Saat berinteraksi dengan orang lain, penderita sindrom Asperger
hanya berfokus menceritakan diri sendiri serta tidak punya ketertarikan dengan apa
yang dimiliki oleh lawan bicara. Penderita sindrom Asperger bisa menghabiskan
waktu berjam-jam membahas hobi yang disenanginya, misalnya membicarakan
tentang klub, pemain, dan pertandingan sepak bola yang disukainya kepada lawan
bicara.
• Obsesif, repetitif, dan kurang menyukai perubahan. Rutin melakukan hal yang
sama secara berulang-ulang (repetitif) dan tidak menerima perubahan pada
sekitarnya ialah ciri khas penderita sindrom Asperger. Salah satu tanda yang paling
terlihat ialah suka mengonsumsi jenis makanan yang sama selama beberapa waktu
atau lebih suka berdiam diri di dalam kelas ketika jam istirahat berlangsung.
• Gangguan motorik. Anak yang menderita sindrom Asperger mengalami
keterlambatan dalam perkembangan motoriknya, jika dibandingkan dengan anak
seusianya. Oleh karena itu, mereka sering tampak kesulitan saat melakukan
kegiatan-kegiatan biasa, seperti menangkap bola, mengendarai sepeda, atau
memanjat pohon.
• Gangguan fisik atau koordinasi. Kondisi fisik penderita sindrom Asperger
tergolong lemah. Salah satu tandanya ialah gaya berjalan penderita cenderung kaku
dan mudah goyah.an kontak mata saja agak sulit.
Penyebab Sindrom Asperger

• Penyebab sindrom Asperger disejajarkan dengan penyebab gangguan spektrum


autisme. Penyebab pastinya belum diketahui hingga saat ini, tetapi para ahli
memercayai bahwa kelainan genetik yang diturunkan berperan dalam terjadinya
gangguan spektrum autisme dan juga sindrom Asperger.

Dalam beberapa kasus, sindrom Asperger juga diduga dipicu oleh:


• Infeksi saat kehamilan
• Terpapar agen atau faktor yang menyebabkan perubahan bentuk pada janin.
Pengobatan Sindrom Asperger
Bentuk penanganan ini diberikan melalui terapi yang berupa:
• Terapi bahasa, bicara, dan sosialisasi. Penderita sindrom Asperger
sebenarnya pandai dalam menguasai bahasa dan berbicara. Hanya saja,
kemampuan ini tidak mampu dilakukan kepada orang lain. Terapi ini
mencoba untuk membiasakan penderita berbicara kepada orang lain,
melakukan kontak mata ketika berinteraksi, serta membahas topik yang juga
diinginkan oleh lawan bicara.
• Terapi fisik. Terapi fisik atau fisioterapi bertujuan melatih kekuatan anggota-
anggota tubuh. Sejumlah latihan rutin yang bisa diterapkan ialah lari,
melompat, naik-turun tangga, atau bersepeda.
• Terapi okupasi. Terapi yang cukup lengkap dengan menggabungkan latihan
fisik, kognitif, dan pancaindra. Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki
sekaligus meningkatkan kemampuan kognitif, fisik, sensorik, motorik, serta
memperkuat kesadaran dan penghargaan kepada diri.
• Terapi perilaku kognitif. Terapi perilaku kognitif memberikan pengajaran
kepada anak mengenai cara-cara untuk mengungkapkan perasaannya dan
bergaul dengan teman sebaya atau orang-orang di sekitarnya. Penderita
akan dilatih untuk mengendalikan rangsangan yang diterima indera-indera
tubuh, rasa takut, cemas, keinginan, penolakan, dan ledakan emosi.

Di samping terapi di atas, obat-obatan bisa diberikan untuk mengontrol gejala


pada sindrom Asperger. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah:
• Aripiprazole - meredakan keinginan untuk marah.
• Olanzapine - menekan sifat terlalu aktif (hiperaktif).
• Risperidone - mengurangi perasaan gelisah dan sulit tidur (insomnia).
• Antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) -
mengurangi keinginan untuk melakukan kegiatan yang berulang-ulang.
Komplikasi Sindrom Asperger

Meski tidak semua penderita mengalaminya, komplikasi sindrom


Asperger dapat berupa:
• Cemas
• Mudah marah
• Agresif
• Terlalu sensitif dengan lingkungan sekitar, misalnya suara bising
• Depresi
• Gangguan obsesif-komplusif
• Kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri.
Sejarah Sindrom Rett

Pada mulanya ia melaporkan suatu penemuan klinis


dan berkarakteristik, sepertia ataksia, apraksia,
kesulitan bernafas, gambaran EEG yang abnormal, dan
kejang. Andreas Rett juga menemukan beberapa
gejala yang menyerupai gejala autis.

1996

1996 1983

Andreas Rett, seorang dokter Austria, mengenali Setelah itu, Bengt Hagbert dan teman – temannya
suatu sindroma pada 22 anak perempuan yang melaporkan penemuan yang sama setelah
tampaknya memiliki perkembangan normal mengamati gejala ini pada 35 kasus anak
selama periode sekurang – kurangnya enam perempuan, dan sindrom rett menjadi lebih
bulan, diikuti oleh pemburukan perkembangan dikenal ketika Hagberg dan teman – temannya
yang menakutkan mempublikasikan ke dalam bahasa Inggris
Gejala Klinis

0-5 bulan Semua ketrampilan bahasa


Selama lima bulan pertama setelah lahir, hilang, dan ketrampilan
bayi memiliki ketrampilan motorik yang komunikatif reseptif maupun
sesuai dengan usia, lingkaran kepala yang ekspresif tampaknya mendatar
normal, dan pertumbuhan yang normal. pada tingkat perkembangan
antara 6 bulan dan 1 tahun.

6 bulan-2 tahun

anak – anak mengalami ensefalopati progresif,


perkembangan yang melambat, dengan sejumlah ciri
karakteristik.4,6 Tanda – tanda seringkali berupa
hilangnya gerakan tangan yang bertujuan, yang
digantikan oleh gerakan stereotipik, seperti
memutirkan tangan, hilangnya bicara yang sebelumnya 100
telah didapatkan, retardasi psikomotor, dan ataksia
90
80
70
60
Gerakan strereotipik lain pada tangan 50
dapat terjadi,seperti menjilat atau 40
menggigit jari dan gerakan menepuk 30
atau menjentik. Pertumbuhan lingkaran 20
kepala melambat, yang menyebabkan
10
mikrosefali.
0

t
Ca

Ca
Diagnosis berdasarkan DSM-IV
Pengobatan
Untuk saat ini belom ada pengobat yang spesifik
mampu menyembuhkan sindrom ini. pengobatan yang
bisa dilakukan hanya untuk gejala simtomatik yang
bersifat individu, dan berfokus untuk mengoptimalkan
fungsi kemampuan pasien masing-masing seperti,
pendekatan Farmakologi umtuk sindrom ini dengan
memberikan melatoni untuk gangguan tidur, dan
pemberian obat untuk mengoptimalkan atau
mengontrol seperti kejang, gangguan pernafasan dan
gejala-gejala lain.

Anda mungkin juga menyukai