Anda di halaman 1dari 37

Tugas : Mata Kuliah Imunohematologi

Dosen pengampu : Hasnawati, S.Si.,M.Kes

“HIV’’ KELOMPOK 2

Anisa Fitri Utami Baso Nurul Annisa


Harlinda Nurul Syafika
Khaeriatussa’ada Sarah Shabirah
Muh Yusril St. Nur Halizah Rusman

1
APA ITU HIV / AIDS?

Human Immunodeficiency Virus atau yang sering


dikenal dengan HIV adalah virus yang bisa
menyebabkan suatu kondisi yang disebut AIDS. Virus
ini hidup dalam cairan tubuh seperti darah, air mani,
dan cairan vagina. Virus ini memperlemah kekebalan
pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan
menjadi rentan terhadap infeksi opertunistik ataupun
mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang
telah ada dapat memperlambat laju perkembangan
virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.
2
HIV sendiri adalah retrovirus yang biasanya
menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia
seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofag, dan sel
dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan
tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar
sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV
telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya
menyusut sampai kurang dari 200 per mikroliter darah,
maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan
akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut
HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis
kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya
AIDS yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel
T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu. 3
Epidemiologi HIV / AIDS

Penularan HIV/AIDS terjadi akibat cairan tubuh


yang mengandung virus HIV yaitu melalui hubungan
seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual,
jarum suntuk pada pengguna narkotika, tranfusi
komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke
bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu kelompok
resiko tinggi terhadap HIVAIDS misalnya pengguna
narkotika, pekerja seks komersial dan pelanggannya,
serta narapidana.

4
Namun, infeksi HIV/AIDS saat ini juga telah
mengenai semua golongan masyarakat, baik
kelompok resiko tinggi maupun masyarakat umum.
Jika pada awalnya, sebagian besar adalah berasal dari
kelompok homoseksual maka kini telah terjadi
pergeseran dimana persentase penularan secara
heteroseksual dan pengguna narkotika semakin
meningkat. Beberapa bai yang terbukti tertular HIV
dari ibunya menunjukkan tahap yang lebih lanjut dari
tahap penularan heteroseksual.

5
Pengguna narkotika suntik mempunyai resiko
tinggi untuk tertular oleh virus HIV atau bibit bibit
penyakit lain yang dapat menular melalui darah.
Penyebabnya adalah penggunaan jarum suntik secara
bersama dan berulang yang lazim digunakan oleh
sebagian besar pengguna narkotika. Satu jarum
suntuk dipakai bersama antara 2 sampai 15 orang
pengguna narkotika.

6
Etiologi HIV / AIDS
HIV terdiri atas HIV-1 dan HIV-2 terbanyak karena
HIV-1 terdiri atas dua untaian RNA dalam inti protein
yang dilindungi envelope lipid asal sel hospes. Virus
AIDS bersifat limpotropik khas dan mempunyai
kemampuan untuk merusak sel darah putih spesifik
yang disebut limfosit T-helper atau limfosit pembawa
factor T4 (CD4). Virus ini dapat mengakibatkan
penurunan jumlah limfosit T-helper secara progresif dan
menimbulkan imunodefisiensi, yang selanjutnya terjadi
infeksi sekuder atau oportunistik oleh kuman, jamur,
virus, dan parasit serta neoplasma.

7
Sekali virus AIDS menginfeksi seseorang, virus
tersebut akan berada dalam tubuh korban selama seumur
hidup. Badan penderita akan mengalami reaksi terhadap
invasi virus AIDS dengan jalannya membentuk antibody
spesifik, yaitu antibody HIV yang agaknya tidak dapat
menetralisasi virus tersebut dengan cara yang biasa
sehingga penderita tetap akan merupakan individu yang
infektif dan merupakan bahaya yang dapat menularkan
virusnya pada orang lain disekelilingnya. Kebanyakan
orang yang terinfeksi oleh virus AIDS hanya sedikit yang
menderita sakit atau sama sekali tidak sakit, akan tetapi
hanya pada beberapa orang perjalanan sakit dapat
berlangsung dan berkembang menjadi AIDS yang full-
blown.

8
Pathogenesis HIV / AIDS

Limfosit CD4 merupakan target utama


infeksi HIV karena virus mempunyai afinitas
terhadap molekuk permukaan CD4. Limfodit
CD4+ berfungsi mengkoordinasikan sejumlah
fungsi imunologis yang penting. Hiangnya
fungsi tersebut menyebabkan gangguan respons
imun yang progresif.

9
Antibody muncul di sirkulasi dalam beberapa
minggu setelah infeksi namun secara umum dapat
dideteksi pertama kali setelah replikasi virus telah
menurun sampai ke level “steady-state”. Walaupun
antibodi ini umumnya memiliki aktifitas netralisasi
yang kuat melawan infeksi virus, namun tenyata tidak
dapat mematikan virus. Virus dapat menghindar dari
netralisasi oleh antibody dengan melakukan adaptasi
pada amplopnya, termasuk kemampuannya mengubah
situs glikosilasinya, akibatnya konfigurasi 3 dimensi
berubaj sehingga netralisasi yang diperantarai
antibody tidak dapat terjadi.
10
Setelah infeksi, terdapat periode waktu yang
disebut fase eklips (7-10 hari), selama waktu itu
komplemen virus tidak mudah dideteksi. Studi telah
menunjukkan bahwa sebuah virus dapat memulai
infeksi da bahwa infeksi yang telah terjadi dapat
muncul dari sebuah focus pada sel T CD4 + mukosa
yang terinfeksi. Setelah fase eklips, sel yang
terinfeksi virus berseta virus bebas sampai di
kelenjar getah bening. Pada kelenjar getah bening,
terjadi interaksi sel sel imun, sel T CD4+ yang telah
terinfeksi virus atau dengan sel penyaji antigen
seperti sel dendritik, yang telah mengambil dan
menginternalisasi virus.
11
Sel B juga dapat berpartisipasi dalam
interaksi interaksi ini. Setelah masuk ke dalam
system limfoid, virus dengan cepat dapat
menyebar keseluruh tubuh melalui jaringan
limfoid.
Tingkat infeksi sel T CD4+ bergantung pada
jumlah sel sel ini didalam suaru area limfoid:
misalnya, pada jaringan limfoid terkait usus,
yang kaya sel-sel CD4+, 80% sel sel ini dapat
dihabisi dalam 20 hari pertama infeksi HIV.

12
Patofisiologi HIV / AIDS
Dalam tubuh odha, partikel virus bergabung
dengan DNA sel pasien sehingga satu kali
seseorang terinfeksi HIV, seumur hidup dia akan
tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi
HIV, sebagian berkembang masuk tahap AIDS
pada 3 tahun pertama, 50% berkembang menjadi
AIDS sesudah 10 tahun, dan sesudah 13 tahun
hamper semua orang terinfeksi HIV menunjukkan
gejala AIDS, dan kemudian meninggal. Perjalanan
penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit
yang kronis, sesuai dengan perusakan system
kekebalan tubuh yang juga bertahap.
13
Infeksi HIV tidak akan langsung
memperlihatkan tanda atau gejala tertentu.
Sebagian memperlihatkan tanda atau gejala
tertentu. Sebagian memperlihatkan gejala tidak
khas pada infeksi HIV akut, 3-6 minggu setelah
terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri
menelan, pembengkakan kelenjar getah bening,
ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut,
dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa
gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya
berlangsung selama 8-10 tahun. Tetapi ada
sekelompok kecil orang yang perjalanan
penyakitnya amat cepat, dapat hanya sekitar 2
tahun, dan ada pula yang perjalanannya lambat (non
progressor) 14
Pada waktu orang dengan infeksi HIV masih
terasa sehat, klinis tidak menunjukkan gejala, pada
waktu itu terjadi replikasi HIV yang tinggi, 10
partikel setiap hari. Replikasi yang cepat ini disertai
dengan mutasi HIV dan seleksi, muncul HIV yang
resisten. Bersamaan dengan replikasi HIV, terjadi
kehancuran limfosit CD4 yang tinggi, untungnya
tubuh masih bias mengkompensasi dengan
memproduksi limfosit CD4 sekitar 10 sel setiap
hari.

15
Perjalanan penyakit lebih progresif pada
pengguna narkotika. Lebih dari 80% pengguna
narkotika terinfeksi virus Hepatitis C. infeksi pada
katup jantung juga adalah penyakit yang dijumpai
pada odha pengguna narkotika an biasanya tidak
ditemukan pada odha yang tertular dengan cara
lain. Lamanya penggunaan jarum suntik berbanding
lurus dengan infeksi pneumonia dan tuberculosis.
Makin lama seseorang menggunakan narkotika
suntikan, makin mudah ia terkena pneumonia dan
tuberculosis. Infeksi secara bersamaan ini akan
menimbulkan efek yang buruk.

16
Siklus Hidup HIV / AIDS

Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki


waktu hidup yang sangat pendek atau singkat. Hal
ini berarti HIV secara terus menerus menggunakan
sel pejamu baru untuk mereplikasi diri. Sebanyak 10
miliar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan
pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrit pada
membrane mukosa dan kulit selama 24 jam pertama
setelah paparan. Sel yang terinfeksi tersebut akan
membuat jalur ke nodus limfa dan kadang kadang ke
pembuluh darah perifer selama 5 hari setelah
paparan, ketika replikasi virus menjadi semakin
cepat.

17
Siklus hidup HIV dapat dibagi
menjadi 5 fase, yaitu:
1. Masuk dan Mengikat
2. Reverse transkripstase
3. Replikasi
4. Budding
5. Maturasi

18
Tipe HIV / AIDS
Virus HIV dibagi dua tipe, yaitu : HIV-1 dan HIV2.
HIV-1 lebih cepat menyebabkan AIDS dan bersifat
akut, sedangkan HIV-2 menyebabkan AIDS lebih
lambat dan bersifat kronik. G data WHO 2010, angka
kejadian HIV dari 119 negara secara global menurut
mencapai 35.000.000 orang terinfeksi HIV (sekitar
33.200.00037.200.000 orang) dan 15.000.000 0rang
meninggal.
Struktur HIV-1 diameter virion mencapai 100 nm,
tersusun dari dua strand RNA yang identik (viral
genom) dengan panjang 9749 nukleotida yang
mengkode bermacammacam enzim diantaranya enzim
reverse transcriptase, integrase, protease yang
dibungkus dalam cone shapped core (lapisan
19
berbantuk kerucut)
yang tersusun dari protein capsid p24 dan bagian
dalam protein matrix p17 yang berasal dari
membran fosfolipid host yang memeiliki protein
membran gp 41 dan gp 120 yang akan berikatan
dengan CD4 dan Reseptor kemokin.
Secara morfologi HIV-2 sama dengan HIV-1,
tetapi kurang patogenik. Kedua tipe tesebut
dapat dibedakan melalui adanya atau tidak
adanya antibodi yang spesifik pada HIV-2.
Meskipun reaktivitas (cross reactivity) terjadi
antara protein inti kedua virus, tetapi protein
pembungkus (envelope) mereka berbeda.

20
Grup

HIV-1 dapat dibagi lagi menjadi empat


grup, yakni M (main atau major), N (new), O
(outlier), dan P. Grup M adalah yang paling
sering ditemukan di antara semua grup yang
tergabung dalam HIV-1. Grup O tampaknya
hanya ditemukan di Afrika Tengah-Barat.
Grup N ditemukan pada tahun 1998 di
Kamerun, sementara grup P baru ditemukan
pada tahun 2009 pada seorang wanita
Kamerun.

21
Subtipe (Clades)
Hingga saat ini dalam grup M telah ditemukan
beberapa subtipe, yakni subtipe A, B, C, D, F, G,
H, J, dan K. Berikut adalah persebaran utama
berbagai subtipe tersebut:
 Subtipe A : Afrika Tengah dan Timur
Serta Negara – Negara Eropa Timur yang
dulunya bagaian dari Uni Soviet.
 Subtipe B : Eropa Tengah dan Barat,
Amerika Utara, Australia, Amerika
Selatan, Karibia, dan beberapa Negara
Asia Tenggara ( Thailand dan Jepang),
Serta Afrika Utara dan Timur Tengah.

22
 Subtipe C: Merupakan subtipe yang paling
banyak menyebabkan infeksi di seluruh dunia.
Subtipe ini adalah yang paling dominan di
negara-negara Afrika Sub–Sahara, India,
Nepal, dan Brazil.
 Subtipe D: Afrika Utara dan Timur Tengah.
 Subtipe E : Thailand dan Afrika Tengah.
 Subtipe F: Asia Tenggara dan Selatan, Brazil,
dan Romania.
 Subtipe G: Afrika Tengah dan Barat, Rusia,
dan Gabon.
 Subtipe H: Afrika Tengah.
 Subtipe J: Amerika Tengah.
 Subtipe K: Kongo dan Kamerun.
23
Setiap subtipe memiliki kecenderungan metode
penularan masing-masing. Sebagai contoh, subtipe B lebih
mudah menular melalui hubungan homoseksual dan darah,
sedangkan penularan HIV-1 subtipe C dan E  lebih
cenderung melalui hubungan heteroseksual. Penularan
virus dari ibu ke anak tampaknya lebih efektif terjadi pada
subtipe D dan C dibandingkan subtipe A.
Dua virus dari subtipe yang berbeda dapat bertemu
dalam satu sel dan mengadakan rekombinasi, suatu proses
yang menyebabkan terjadinya percampuran materi genetik
kedua virus untuk menghasilkan suatu virus hybrid.
Biasanya virus hybrid ini tidak bertahan lama, tetapi virus
yang berhasil bertahan dan menginfeksi lebih dari satu
orang digolongkan sebagai CRF (Circulating Recombinant
Forms). Setidaknya ada dua puluh CRF berhasil
teridentifikasi.
24
Cara Penularan HIV/
AIDS
1. Hubungan seksual dengan
pengidap HIV/AIDS
2. Ibu pada janinnya
3. Darah dan produk darah yang
tercemar HIV/AIDS.
4. Pemakaian alat kesehatan
yang tidak steril
5. Alat alat untuk menorah kulit
6. Menggunakan jarum suntuk
secara bergantian
25
Gejala Penyakit
HIV/AIDS
Gejala awal infeksi HIV bervariasu dari satu individu
ke individu yang lain. Beberapa orang tidak mengalami
gejala apapun ketika mereka pertama kali terinfeksi oleh
HIV. Namun, yang lebih umum, gejala seperti flu
termasuk sakit kepala, mual, nyeri tenggorok, demam,
diare, dan pembesaran kelenjar getah bening muncul.
Penyakit ini disebut sindrom HIV akut, dapat
disalahartikan dengan infeksi virus sederhana lain dan
biasnya berlangsung dari 1 minggu hingga 1 bulan. Pada
stadium ini, viremia sangat tinggi. Ketika virus menyebar
melalui system limfatik; terjadi juga penurunan jumlah
sel T CD4+ secara cepat. 26
Gejala dini yang sering di jumpai berupa eksantem,
malaise, demam yang menyerupaii flu biasa. Sebelumnya
tes serologi positif, gejala dini lainnya berupa penurunan
berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula,
keringat malam, diare kronis, kelelahan, limfadenopati.
Beberapa alhi klinik telah membagi beberapa fase infeksi
HIV, yaitu:
 Infeksi HIV stadium pertama. Pada fase pertama
terjadi pembentukan antibody dan memungkinkan juga
terjadi gejala yang mirip influenza atau terjadi
pembekalan kelenjar getah bening.
27
 Persisten generalized limphadenopati. Terjadi
pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal,
dan keringat pada waktu malam atau kehilangan berat
badan tanpa penyebab yang jelas dan sariawan oleh
jamur kandida di mulut.
 AIDS relative complex (ARC). Virus sudah
menimbulkan kemunduran pada system kekebalan
sehingga mulai terjadi berbagai jenis infeksi yang
seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan tubuh.
 Full blown AIDS.
28
Pemeriksaan Penunjang HIV /
AIDS

 ELISA (encyme-linked immunosorbent assay) adalah metode


yang digunakan menegakkan diagnosis HIV dengan
sensitifitasnya tinggi, yaitu sebesar 98,1 -100%. Biasanya tes
ini memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi.
 Western blot adalah metode yang digunakan untuk
menegakkan diagnosis HIV dengan sensitivitasnya yang tinggi,
yaitu sebesar 99,6-100%. Pemeriksaanya cukup sulit, mahal,
dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam.
 Serosurvei, untuk mengetahui prevalensi pada kelompok
beresiko, dilaksanakan 2 kali pengujian dengan reagen yang
berbeda. 

29
 PCR (polumerase chain reaction) digunakan untuk:
1. Tes HIV pada bayi, karena zat antimaternal masih dapat
menghambat pemeriksaan secara serologis. Seorang ibu yang
menderita HIV akan membentuk zat ekebalan untuk melawan
penyakit tersebut. Zat kekebalan itu lah yang diturunkan
kepada bayi melalui plasenta yang akan mengaburkan hasil
pemeriksaan, seolah olah sudah ada infeksi pada bayi
tersebut. (Catatan: HIV seing merupakan deteksi dari zat anti
HIV bukan HIVnya sendiri).
2. Menetapkn status infeksi individu yang seronegatif pada
kelompok berisiko tinggi
3. Tes pada kelompok beresiko tinggi sebelum terjadi
serokonversi
4. Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai
sensitifitas rendah untuk HIV-2

30
Pemeriksaan HIV 1/2 Metode
Rapid Tet

Prinsip :
Pemeriksaan rapid tes ini merupakan uji kualitatif untuk
mendeteksi antibodi spesifik untuk HIV 1 (IgG, IgM, IgA)
termasuk subtipe O dan atibodi HIV-2 dalam serum, plasma atau
darah lengkap. Pada bagian tes (T) membaran strip dilekatkan
antigen recombinant HIV-1 capture antigen (gp41, p24) pada
daerah garis tes 1 dan antigen recombinant HIV-2 capture antigen
(gp36) pada daerah garis tes 2. Antigen recombinan HIV-1/2 dan
colloid gold conjugate di bagian well sampel akan berikatan
dengan antibodi HIV1/2 pada sampel dan bergerak pada membran
kromatografi menuju daerah tes (T),

31
sehingga apa bila terdapat antibodi HIV
1/2 akan membentuk garis nyata
berwarna ungu pada daerah tes (T) yang
merupakan ikatan komplek antigen –
antibodi – antigen gold partikel dengan
spesisfisistas dan sensitivitas yang tinggi.
Alat dan Bahan :
1. HIV 1/2 Rapid test ( test strip ,
diluent dan pipet kapiler).
2. Mikropipet (10 µL, 20 µL).
3. Tip kuning.
4. Timer.
5. Sampel pasien (serum atau plasma
atau darah lengkap).

32
Cara kerja
1. Siapakan alat dan bahan yang diperlukan,kemudian simpan
pada suhu kamar.
2. Buka kemasan kit pemeriksaan pada permukaan yang datar
dan kering.
3. Untuk sampel menggunakan pipet kapiler, dipipet 20µL
sampel darah dan masukkan ke dalam sampel well (S). Untuk
sampel yang menggunakan mikropipet, dipipet 10 µL untuk
serum atau plasma dan jika menggunakan sampel darah dipipet
20 µL , kemudian masukkan kedalam sampel well (S).
4. Tambahkan 4 tetes larutan diluent secara vertikal ke dalam
sampel well (S). Perhatian: jika meneteskan tidak vertikal
maka akan mempengaruhi keakuratan hasil, dianjurkan hanya
4 tetes, apabila berlebih (5-6 tetes) akan mempengaruhi
terbentuknya garis menjadi tidak jelas.
33
5. Baca hasil pengamatan 10-20 menit.
Peringatan : jangan membaca hasil lebih dari
20 menit.

 Interpretasi Hasil
 Negatif : Hanya terbentuk satu garis pada daerah kontrol
(C).
 Positif
1. Positif HIV-1 : Terbentuk dua garis ungu, satu garis
di daerah tes 1 (T1) dan satu garis di daerah kontrol
(C).
2. Positif HIV-2 : Terbentuk dua garis ungu, satu garis di
daerah tes 2 (T2) dan satu garis di daerah kontrol (C).
 Invalid : Tidak terbentuk garis pada daerah kontrol (C).

34
KESIMPULAN
1. HIV (Human ImmunoDevesiensi) adalah virus yang hanya
hidup dalam tubuh manusia, yang dapat merusak daya
kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acguired ImmunoDeviensi
Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala
kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
2. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus
HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda
dan gejala yang khas,  penderita hanya mengalami demam
selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat
mendapat kontak virus HIV tersebut.
3. Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk
serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari
Virus HIV penyebab  penyakit AIDS yang ada hanyalah
pencegahannya saja.
35
DAFTAR PUSTAKA
 Irianto Koes. 2014. Bakteriologi Medis, Mikologi Medias, dan
Virologi Medis (Medical Bacteriology, Medical Micology, and
Medical Virology). Bandung. Penerbit Alfabeta.
 Jean Pierre Attain. 1988. Laboratory Diagnosis of HIV Infections,
First Asia-Pasific Congress of Medical Virology, Singapore.
 Kuswiyanto. 2015. Buku Ajar Virology untuk Analis Kesehatan.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
 Nurachmah. Elly. Mustikasari., 2009. Factor Pencegahan HIV/AIDS
Akibat Perilaku Bersiko Tertular pada Siswa SLTP
 http://deeresnewbie.blogspot.com/2018/06/makalah-hivaids-ii-virologi
.html?m=1
 https://www.academia.edu/38287145/Makalah_hiv_dan_aids_doc
 https://www.academia.edu/29063969/makalah_hiv_aids_docx
 https://kmpa.fkunud.com/mengenal-tipe-grup-dan-subtipe hiv
/#:~:text=HIV%20dapat%20dibagi%20menjadi%20dua,sama-sama%2
0dapat%20menyebabkan%20AIDS
36

Anda mungkin juga menyukai