Anda di halaman 1dari 50

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERTANIAN

MELALUI DANA BANTUAN SOSIAL (BANSOS)


PADA SUB SEKTOR PERKEBUNAN
TAHUN 2008

DEPARTEMEN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN 1
DASAR PELAKSANAAN BANSOS
1. UU NO. 17 TAHUN 2003 ttg KEUANGAN NEGARA 
Mengatur ttg pola penganggaran terpadu (unified
budget) dan berbasis kinerja (perfomance budget)

2. UU NO.18 TAHUN 2004  ttg. PERKEBUNAN

3. Peraturan Menteri Pertanian


No.12/Permentan/OT.140/2/2008 tanggal 11 Februari
2008  Pedoman Penyaluran Bantuan Sosial kepada
Petani Tahun Anggaran 2008

4. PEDOMAN UMUM Pengelolaan Dana Bantuan Sosial


Departemen Pertanian Tahun 2008
2
I. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

• Peran sektor pertanian/perkebunan Strategis 


memiliki kaitan kuat di hulu dan hilir, - belum mampu
mendorong partisipasi masyarakat/petani secara
maksimal karena faktor keterbatasan modal petani
dan akses ke sumber permodalan (lembaga
perbankan).
• Pemberdayaan melalui fasilitasi BANSOS berupa
bantuan dana yang langsung ditransfer ke rekening
kelompok untuk pemantapan kelembagaan kelompok
menjadi usaha ekonomi produktif  jaringan
kelembagaan lembaga usaha petani yang kokoh.

3
LANJUTAN PENDAHULUAN...

TUJUAN DAN SASARAN


TUJUAN

1. Memperkuat modal pelaku usaha kelompok dalam


mengembangkan usaha agribisnis berbasis perkebunan.

2. Meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan


pelaku usaha kelompok agribisnis berbasis perkebunan.

3. Mengembangkan usaha kelompok pertanian/


perkebunan dan agroindustri di kawasan perkebunan.

4. Meningkatkan kemandirian dan kerjasama kelompok.

5. Mendorong berkembangnya lembaga keuangan mikro


agribisnis berbasis perkebunan dan kelembagaan
ekonomi perdesaan lainnya.
4
LANJUTAN PENDAHULUAN...

SASARAN
1. Menguatnya modal pelaku usaha kelompok dalam
mengembangkan usaha agribisnis berbasis perkebunan.

2. Meningkatnya produksi, produktivitas dan pendapatan


pelaku kelompok agribisnis berbasis perkebunan.

3. Berkembangnya usaha kelompok agribisnis berbasis


perkebunan dan agroindustri di kawasan perkebunan.

4. Meningkatnya kemandirian dan kerjasama kelompok.

5. Tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan mikro


agribisnis berbasis perkebunan dan kelembagaan
ekonomi perdesaan lainnya.

5
LANJUTAN PENDAHULUAN...

INDIKATOR KEBERHASILAN
OUTCOME
1. Tumbuhnya usaha kelompok yang mampu
mengelola permodalan sesuai kaidah-kaidah
bisnis.
2. Terjadinya peningkatan produktivitas
usahatani kelompok tani perkebunan.
3. Terjadinya pemupukan modal usaha
kelompok.

6
LANJUTAN PENDAHULUAN...

Indikator Pemberdayaan Masyarakat

1. Peningkatan modal usaha agribisnis berbasis


perkebunan.
2. Peningkatan produksi, produktivitas dan pendapatan
pelaku agribisnis berbasis perkebunan.
3. Perkembangan usaha agribisnis dan agroindustri di
kawasan perkebunan.
4. Peningkatan kemandirian dan kerjasama kelompok;
5. Pertumbuhan dan perkembangan lembaga keuangan
mikro agribisnis dan lembaga ekonomi perdesaan
lainnya.
6. Berkembangnya desa mandiri pangan.
7. Berkurangnya jumlah penduduk miskin/ rawan pangan
di pedesaan.
7
II. KELOMPOK SASARAN, KRITERIA, TATA CARA SELEKSI,
DAN PENYALURAN DANA

1. KEGIATAN UTAMA YANG DIBIAYAI


DANA BANTUAN SOSIAL (sesuai Permentan No.12 th 2008)

• Pengembangan pertanian terpadu tanaman,


ternak, kompos dan biogas;
• Peningkatan produksi, produktivitas dan
mutu produk pertanian serta pengembangan
kawasan;
• Pengembangan bahan baku bio-energi;
• Pengembangan desa mandiri energi
• Peremajaan tanaman perkebunan rakyat;
• Bantuan benih/bibit kepada petani dalam
mendukung pengembangan agribisnis.
8
LANJUTAN KELOMPOK……..

2. KELOMPOK SASARAN
Kelompok (termasuk gapoktan dan koperasi) yang
menjalankan usaha agribisnis, dengan pertimbangan :
 diprioritaskan kelompok yang memiliki kendala modal krn
akses ke sumber modal terbatas
 prospek pengembangan usaha dan aspek jender
 proses seleksi kelompok sasaran dan calon lokasi
dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota sec terbuka
kelompok sasaran ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau Kepala
Dinas yang membidangi perkebunan atau pejabat yang ditunjuk
atas usul Tim Teknis Kab/Kota dengan tembusan KPPN setempat.
Bila dana DIPA Provinsi penetapan kelompok oleh Kepala Dinas
Perkebunan Provinsi dengan proses seleksi sesuai pedoman
kegiatan dimaksud.

3. KRITERIA UMUM CALON KELOMPOK SASARAN


1) Kelompok usaha pertanian yang sudah ada/telah eksis dan
aktif, berpengalaman, bukan bentukan baru, dapat
dipercaya serta mampu mengembangkan usaha melalui
kerjasama kelompok, jumlah anggota minimal 20 Orang. 9
LANJUTAN KELOMPOK ...

2) Kelompok tani tidak mendapat penguatan modal,


BLM, BPLM atau fasilitasi dari kegiatan lain pada saat yang
bersamaan.

3) Kelompok yang bersangkutan tidak bermasalah dengan


perbankan, kredit atau sumber permodalan lainnya.

4) Anggota Kelompok adalah pelaku usaha yg berpotensi.

5) Anggota Kelompok kesulitan akses ke sumber modal


komersil.

 kriteria calon kelompok sasaran dapat diatur lebih rinci


dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang disusun oleh
Provinsi berdasarkan kondisi wilayah dan harus diatur
secara lebih spesifik dalam Petunjuk Teknis (Juknis) oleh
Kabupaten/Kota sesuai kondisi petani dan Sosial Budaya
setempat.
10
LANJUTAN KELOMPOK ...

3. TATA CARA SELEKSI CALON KELOMPOK SASARAN DAN


PENETAPAN KELOMPOK SASARAN
1) Sebelum dilakukan seleksi calon kelompok terlebih
dahulu dilakukan inventarisasi/pendataan (long list)
terhadap para petani yang telah ada, meliputi :
- nama dan alamat kelompok tani/Gapoktan beserta
jumlah anggotanya;
- lokasi dan luas areal usaha tani yang dikuasai atau
diusahakan;
- jenis dan varietas serta produksi yang dihasilkan;
- lama berusaha; dan
- hal-hal lain yang masih terkait.

2) Proses seleksi kelompok sasaran dilakukan dalam dua


tahap yaitu :
Seleksi Tahap I (short list) didasarkan kepada
aspek kelengkapan persyaratan administrasi kelompok
sesuai kriteria (Pedum, Juklak dan Juknis).
Seleksi Tahap II, penilaian dilakukan terhadap usulan/
11
proposal/rencana usaha kelompok.
LANJUTAN KELOMPOK ...

Seleksi Tahap II :
- Tim Teknis Kabupaten/Kota melakukan penilaian
terhadap usulan/proposal/rencana usaha dari
kelompok pelaku usaha.

-> Proposal/rencana usaha, memuat :


~ diskripsi usaha kelompok saat ini;
~ sumberdaya dan sarana yang telah dimiliki
kelompok;
~ potensi yang dapat dikembangkan;
~ rencana usaha yang akan dilakukan;
~ kelayakan rencana usaha dan prospek pasarnya;
serta
~ besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk
untuk pengembangan usaha kelompok.

12
LANJUTAN KELOMPOK ...

3) Hasil seleksi tahap I dan II, Tim Teknis menyelenggarakan


musyawarah kabupaten/kota melalui forum Koordinasi Perencanaan
Pembangunan Pertanian Kabupaten/Kota yang dihadiri oleh
stakeholder, meliputi : instansi terkait baik Pusat maupun Provinsi,
perguruan tinggi, KTNA,tokoh masyarakat, LSM dan pelaku usaha
lainnya dan hasilnya dituangkan dalam Berita Acara.

Berita Acara memuat daftar kelompok pelaku usaha calon penerima


penguatan modal

4) Berdasarkan berita acara hasil musyawarah Kabupaten/Kota,Tim


Teknis mengusulkan untuk ditetapkan dengan Keputusan Bupati/
Walikota atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Kab/Kota.
5). Tim teknis mengumumkan/mensosialisasikan hasil seleksi dan
penetapan kelompok kepada masyarakat luas melalui media massa
baik cetak/elektronik atau media lainnya.

13
LANJUTAN KELOMPOK ...

4. MEKANISME PENETAPAN KELOMPOK SASARAN,TAHAPAN PENYUSUNAN


RENCANA USAHA KELOMPOK (R U K) DAN PENCAIRAN DANA BANSOS

Pembentukan Tim
Teknis Kab./Kota
KPA SPM LS KPPN

Menyusun Juknis dan


Kriteria Seleksi CP/CL Diverifikasi Tim Teknis
SP2D

Seleksi Tahap I (Adm)


Didampingi oleh PPL
Seleksi Tahap II (Proposal)

Menyusun RUK
Forum Musyawarah & Membuka
Berita Acara CP/CL rekening di Bank

Kelompok BANK
Terdekat
Penetapan Kelompok Sasaran
Pencairan dana 14
dari rekening
LANJUTAN KELOMPOK ...

5. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
Organisasi kelompok adalah organisasi yang berorientasi
bisnis bukan bersifat sosial dan mempunyai prinsip-prinsip
pengembangan organisasi sebagai berikut :
1) mempunyai Struktur Organisasi berikut uraian
tugas dan fungsi secara jelas yang disepakati
anggota.
2) pengurus dipilih secara demokratis oleh anggota,
bertanggung jawab kepada anggota dan
pertanggungjawabannya disampaikan dalam
rapat kelompok yang dilakukan secara periodik.
3) mekanisme dan tata hubungan kerja antar
anggota didalam kelompok maupun antar
kelompok dalam gabungan krlompok (gapoktan)
disusun secara partisipatif.
4) Proses pengambilan keputusan dilakukan secara
musyawarah dan dituangkan dalam berita acara
atau risalah rapat yang ditandatangani oleh
pengurus dan di ketahui oleh unsur pembina atau 15
instansi terkait.
LANJUTAN KELOMPOK ...

5) Anggota melakukan pengawasan terhadap perkembangan


usaha.
6) Kelompok membangun kerjasama kemitraan dengan pihak
terkait.
7) Pengembangan kelompok/gapoktan diarahkan menuju
terbangunnya lembaga ekonomi seperti koperasi atau unit
usaha berbadan hukum lainnya.

6. PENGAJUAN DAN PENYALURAN DANA BANTUAN SOSIAL

Berdasarkan Permentan No. 12/Permentan/OT.140/2/2008, Pos


Anggaran Kegiatan yang menggunakan pola penyaluran Bantuan
Sosial ditampung dalam Pos Belanja Bantuan Sosial DIPA Pusat,
Provinsi dan DIPA Tugas pembantuan Kab/Kota

16
LANJUTAN KELOMPOK ...
PROSES PENGAJUAN DAN PENYALURAN

1. RUK disusun oleh KT dan ditandatangani Ketua dan 2 (dua)


anggota.
2. Ketua KT buka rekening tabungan pada Bank BRI/Pos atau
lainnya  beritahukan ke PPK Kab/Prov.
3. Ketua KT usulkan RUK ke PPK setelah diverifikasi Penyuluh dan
disetujui Ketua Tim Teknis.
4. PPK teliti RUK  ajukan ke KPA  KPA mengajukan SPP-LS dg
lampiran : (a) SK Bupati/Walikota atau Kepala Dinas atau pejabat
yang ditunjuk, ttg penetapan kelompok; (b) Rekapitulasi RUK
format lampiran 3 yg mencantumkan (i) nama kelompok;(ii)
nama ketua kelompok;(iii) nomor rekening a.n kelompok; (iv)
nama cabang Bank terdekat; (v) jumlah dana; (c) Kuitansi
ditandatangani ketua KT dan disetujui PPK (format lampiran 4);
dan (d) Surat Perjanjian Kerjasama PPK dg KT (format lampiran
5).
5. Sesuai SPP-LS, P4 menguji dan menerbitkan SPM-LS dan KPA
menyampaikan SPM-LS ke KPPN setempat.
6. KPPN setempat menerbitkan SP2D.
17
LANJUTAN KELOMPOK ...

7. PEMANFAATAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA BANSOS

• Dana Bantuan Sosial yang dikelola kelompok disalurkan melalui mekanisme LS


untuk memperkuat modal, simpan pinjam, pendampingan, pengembangan
SDM, kegiatan produksi dan operasionalisasi usaha kelompok.
• Anggaran yang kegiatannya dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota dimanfaatkan
untuk penyusunan Juknis, Perencanaan, seleksi calon kelompok
sasaran,sosialisasi, pembinaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan serta
berbagai jenis pelatihan baik bagi penyuluh pertanian, maupun kelompok dan
administrasi kegiatan serta lainnya.
• Untuk modal usaha pemanfaatannya direncanakan bersama secara transparan
oleh kelompok yang dituangkan dalam Berita Acara Hasil Rapat kelompok dan
difasilitasi oleh pendamping.
• Untuk pengadaan saprotan dilaksanakan oleh kelompok, secara langsung tanpa
lelang/tender berdasarkan musyawarah anggota kelompok.
• Penyaluran sarana produksi (natura) kepada anggota dilegitimasi dengan berita
acara serah terima barang.
• Pengurus kelompok membukukan seluruh aktivitas penarikan dana,
pembelanjaan dan penyerahan barang kepada anggota kelompok.
18
8. PEMUPUKAN MODAL KELOMPOK

• Dana Bansos yang disalurkan kepada kelompok merupakan


penguatan modal dalam rangka pemberdayaan masyarakat untuk
pengembangan usaha pertanian sehingga kelompok ybs mandiri.
Dana Bansos tidak digulirkan dan tidak dikembalikan ke Kas
Negara, Kas Daerah, rekening Dinas maupun rekening individu
aparat, namun dikelola oleh Kelompok/ Gapoktan/LM3 dalam
format yang dibangun sendiri oleh kelompok sasaran. Kelompok
sasaran harus memupuk dan mengembangkan usaha sesuai kondisi
masing-masing kelompok. Khusus untuk PMUK/Bansos kegiatan
pengembangan tebu diatur dengan PEDUM tersendiri.
• Untuk mengatasi permasalahan permodalan dan penyediaan modal
jangka panjang perlu dirangsang tumbuhnya LKM agribisnis yang
fasilitasi penumbuhannya dg dana bersumber dari pembinaan
operasional yang pelaksanaannya dapat melibatkan LSM,
perguruan tinggi dan lembaga lainnya yang berpengalaman dalam
pengembangan LKM di pedesaan.

19
• Proses pemberdayaan perlu waktu panjang sehingga
harus dirancang secara sistematis dengan tahapan
kegiatan yang jelas secara terus menerus dalam
waktu yang cukup sesuai kemampuan dan potensi
usaha agribisnis masyarakat.

( Kalimat kunci : PMUK/Bansos merupakan upaya


pemerintah untuk menjadi “manager” diusahanya
sendiri, sebagai subyek sekaligus obyek
pembangunan)

20
LANJUTAN KELOMPOK ...

Tata cara penggunaan dana bantuan sosial dapat diatur


secara jelas dalam Juklak yang disusun oleh Tim
Pembina Provinsi dan harus diatur secara spesifik
berdasarkan jenis komoditas yang diusahakan dan
tingkat perkembangan usaha kelompok didalam Juknis
yang Disusun oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota.
21
III. PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PERTANIAN
3.1. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERTANIAN
3.1.1. KONSEPSI
• Upaya untuk meningkatkan kemampuan kelompok/masyarakat
pertanian dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya
secara mandiri dan berkelanjutan yang mencakup aspek
kelembagaan, manajemen dan usaha pertaniannya. Sehingga
fokus pemberdayaan kelompok diarahkan untuk
pengembangan aspek-aspek tersebut.

• Proses pemberdayaan kelompok dilakukan dengan


menumbuhkan kesadaran kelompok dalam mengembangkan
usahanya secara partisipatif. Juga sebagai upaya mengurangi
ketergantungan kelompok terhadap fasilitas dan kemudahan
yang disediakan Pemerintah serta meningkatkan kemandirian
kelompok.
22
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...

3.1.2. RUANG LINGKUP PEMBERDAYAAN KELOMPOK


Bantuan Sosial merupakan salah satu bentuk
fasilitasi dalam kerangka dasar pemberdayaan kelompok.
Prinsip Dasar pemberdayaan kelompok adalah :
1) Dana Bansos merupakan dana stimulan dalam
mendukung usaha kelompok, sedangkan motor pengerak
utama pengembangan usaha kelompok adalah kemauan
dan kemampuan kelompok itu sendiri.
2) Dana Bansos wajib digunakan untuk usaha produktif.
3) Besarnya penyaluran dana, disesuaikan dengan tahapan
kebutuhan pengembangan usaha kelompok, yang
dituangkan dalam proposal/RUK.
4) Dana Bansos dipergunakan untuk kegiatan usaha
agribisnis maupun usaha ketahanan pangan yang
diarahkan untuk menumbuhkan dan memperbesar skala
usaha, efisiensi dan jaringan usaha, memanfaatkan
sumberdaya local dg optimal dan pemenuhan tambahan23
pangan dan gizi keluarga.
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...

5) Pengembangan kelembagaan diarahkan pada kelembagaan


berbadan hukum, koperasi dan dapat mengelola modal dana
bantuan sosial dengan manajemen profesional dan mandiri.
6) Pengembangan manajemen usaha kelompok diarahkan pada
peningkatan kemampuan pengurus kelompok dalam mengelola
usaha dan menumbuhkan partisipatif aktif para anggotanya
sehingga tercapai kemandirian kelompok.
7) Dalam rangka pengembangan kelembagaan, manajemen dan
usaha kelompok difasilitasi dengan kegiatan pembinaan,
pelatihan, sekolah lapang, pendampingan serta kemitraan
dengan swasta.
8) Untuk optimalisasi kinerja kelompok dan pengendalian
dilakukan kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

24
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...

3.2. PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS DAN KETAHANAN PANGAN


3.2.1. PENGUATAN KELEMBAGAAN USAHA

 Kelembagaan usaha dikembangkan seiring dengan semakin


meningkatnya skala usaha kelompok dan permintaan hasil
produknya.
 Pengembangan kelembagaan usaha kelompok bersifat
bertahap, dinamis dan berkelanjutan.
 Bila kelompok sudah mapan dan skala usaha makin besar
maka dapat ditingkatkan menjadi GAPOKTAN, koperasi
atau lainnya.
 Penguatan kelembagaan usaha dilakukan melalui :
pengembangan aktivitas kelompok, kemampuan memupuk
modal, kemampuan kelompok memilih bentuk dan
memanfaatkan peluang usaha serta jaringan kerjasama dg
pihak lain.

25
3.2.2.PENGEMBANGAN MANAJEMEN

 Manajemen usaha kelompok dikelola dalam


rentang kendali dibawah satu manajemen
usaha yang profesional dengan melibatkan
partisipatif anggota kelompok serta tercapainya
kesejajaran dan keterbukaan antara anggota
dan pengurus mulai tahap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi maupun dalam
proses pengambilan keputusan dan
penanggulangan resiko. Partisipasi dan peran
aktif anggota dapat ditingkatkan melalui
pelatihan, magang dll.

26
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...

3.2.3. PENGEMBANGAN JENIS USAHA


 Jenis – jenis usaha yang dikembangkan oleh kelompok
searah dengan pengembangan kawasan yang telah
ditetapkan disesuaikan dengan potensi dan kondisi
setempat/wilayah dengan focus usaha pertanian baik
on farm (budidaya) maupun off farm (pengolahan dan
pemasaran) yang diatur lebih lanjut dalam Juknis yang
disusun Tim Teknis.
 Penentuan jenis usaha kelompok sasaran agar dapat
dilakukan dengan pendekatan Participatory Rural
Appraisal (PRA) yang dilakukan oleh kelompok itu
sendiri dan disinergikan dengan kegiatan pemberdayaan
dan penyuluhan pertanian di kabupaten/kota.
 Tahapan pengembangan jenis usaha disesuaikan dengan
prioritas kebutuhan pengembangan dg criteria : potensi
SDA, SDM, permodalan, aksesibilitas dan infrastruktur,
kelayakan ekonomi dan potensi pasar.
27
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...

 Secara rinci, jenis usaha kelompok dan prioritas


kebutuhan pengembangan usaha disesuaikan
dengan potensi dan kondisi setempat dengan
mengacu pada kriteria tsb, diatur lebih lanjut dalam
Juknis yang disusun oleh Tim Teknis
Kabupaten/Kota.

3.3. PENGELOLAAN DANA BANTUAN SOSIAL

ACUAN :
• Pedoman Teknis Eselon I
• Besarnya alokasi dana sesuai kemampuan
anggaran
28
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...

Arahan penggunaan dana Bansos ini merupakan pilihan-


pilihan yang dapat disesuaikan dengan prioritas masing-
masing kelompok sasaran antara lain :
1. Digunakan untuk membiayai sarana dan fasilitasi
kelompok.
2. Digunakan untuk pengadaan/rehabilitasi atau
optimalisasi pemanfaatan alat dan mesin pra-produksi,
produksi dan pengolahan hasil.
3. Digunakan untuk pengadaan sarana produksi, besarnya
dana dibatasi 60 % dari pagu Bansos yang diterima
kelompok sasaran, sehingga dana Bansos diarahkan untuk
kegiatan yang bersifat investasi.
4. Digunakan untuk pemenuhan tambahan pangan keluarga,
pengembangan aneka ragam pangan, cadangan pangan
masyarakat dan pemberian bantuan saprodi untuk
daerah rawan pangan.
29
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...

5. Digunakan untuk kegiatan pengembangan


kelembagaan, antara lain memperluas
pemasaran, pengembangan usaha penunjang
agribisnis, jaringan kerja dengan mitra usaha,
pengembangan simpan pinjam pola LKM.
6. Digunakan untuk peningkatan dan
pengembangan kemampuan melalui pelatihan
pengurus/anggota kelompok yang
dikoordinasikan dengan Balai Diklat Pertanian
setempat
7. Pembinaan kelompok difasilitasi Dinas
Teknis/Instansi Kelembagaan penyuluhan
dengan memanfaatkan penyuluh pertanian,
penyuluh swakarsa, Organisasi petani, Pusat

30
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...

3.4. PEMANFAATAN DANA PEMBINAAN OPERASIONAL

1. Dana pembinaan operasional Provinsi


digunakan a.l untuk memfasilitasi koordinasi
perencanaan, menyusun Juklak,sosialisasi,
perancangan/pedoman/penumbuhan/
pengembangan LKM, pemantauan, evaluasi dan
pelaporan serta lainnya.
2. Dana Bansos berada di Provinsi/Kabupaten/
Kota bersumber dari dana dekonsentrasi/tugas
pembantuan pada pos belanja Bantuan Sosial.
3. Untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan di
kabupaten perlu sinergi kegiatan antara
dekonsentrasi di Provinsi dan TP di Kabupaten.
Sehingga peran Tim teknis Kabupaten/Kota
mensinergikan seluruh kegiatan di daerahnya
seperti pengembangan komoditas dengan 31
kegiatan penyuluhan.
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...

Pelaksanaan kegiatan bimbingan/pelatihan teknis dan


manajemen usaha kelompok, pelayanan konsultasi serta
pendampingan kelompok dilakukan oleh Tim Teknis dan
dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi, lembaga
pelatihan, LSM dll. Materi disesuaikan dengan kebutuhan
kelompok.

32
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...

3.5. KONTRIBUSI KELOMPOK

Dana Bantuan Sosial hanya stimulan untuk


kelompok.
Anggota kelompok diharapkan berkontribusi
dalam penyediaan modal usaha yang besarnya
ditetapkan sesuai kesepakatan anggota seperti
untuk saprodi, sedangkan sarana kelompok,
alsintan dibiayai dari Bansos. Kelompok
sasaran harus semangat untuk menumbuh
kembangkan modal dengan kegiatan yang
produktif
33
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...

3.6. PERAN PEMDA, SWASTA DAN MASYARAKAT

• Pelaksanaan pemberdayaan kelompok usaha, akan berhasil


secara optimal apabila pihak Pemda, Swasta dan Masyarakat
memberikan dukungn sepenuhnya.

 Pemda : Peraturan dan Kebijakan, Pembinaan


Lanjutan(supervisi,monev&pelaporan)
 Swasta : (Pengusaha, Asosiasi Komoditi, LSM),
Membantu Penyediaan Saprodi, Alsin,
Pengolahan & Pemasaran, Diklat,
transfer teknologi,kemitraan usaha.
 Masyarakat : (KTNA, Asosiasi Petani, Tokoh
Masyarakat), kontrol pemanfaatan dana

34
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...

3.7. PENDAMPINGAN KELOMPOK USAHA

• Kegiatan pendampingan mencakup pengembangan


kelembagaan, manajemen dan usaha kelompok dapat
dilakukan oleh Penyuluh Pertanian dan Penyuluh Swakarsa,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Balai Proteksi
Tanaman, Balai Pengawas Benih, swasta, LSM, Perguruan
Tinggi, Organisasi Petani dan lainnya.
• Pendampingan terkait pengembangan kelembagaan,
manajemen dan usaha kelompok mulai dari tahapan
perencanaan, pelaksanaan dan pasca kegiatan.
• Pendampingan disinergikan dengan kegiatan pendampingan/
penyuluhan pertanian dari pos kegiatan pemberdayaan/
penyuluhan.

35
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...

3.7. PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN


LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS

• LKM di pedesaan dikembangkan berdasarkan semangat


untuk membantu dan memfasilitasi masyarakat yang pada
umumnya petani untuk pembiayaan kegiatan produktif.
• LKM merupakan pelayanan pembiayaan dengan prinsip :
(1) LKM tumbuh dari,oleh dan untuk anggota.
(2) Penuh kehati-hatian.
(3) Modal bersumber dari anggota sendiri.
(4) Kredit diberikan kepada anggota dan calon anggota.
(5) Jaminan barang/agunan boleh diterapkan.
(6) Dioperasikan melalui badan hukum koperasi atau lainnya.

36
IV. PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

4.1. PEMBINAAN
Pembinaan kelompok dilakukan secara berkelanjutan sehingga
kelompok mampu mengembangkan usahanya secara mandiri.
Untuk itu diperlukan dukungan dana pembinaan lanjutan yang
bersumber dari APBD.
4.1.1. STRUKTUR ORGANISASI
a. Prinsip Pemerintah yang baik (Good Governance)
dan Pemerintah yang bersih (Clean Governance),
adalah :
1) Mentaati peraturan dan perundangan;
2) Bebas KKN;
3) Keterbukaan informasi, transparansi dan
demokratis;
4) Akuntabilitas.

37
LANJUTAN PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

b. Tanggung Jawab :
1) Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan di
Dinas/kantor yang menangani bidang perkebunan di tingkat
Kabupaten/Kota, sekaligus memfasilitasi kegiatan koordinasi dan
pelaksanaan teknis operasional dan membentuk Tim Teknis
Kabupaten/ Kota yang ditetapkan oleh bupati/ Walikota atau Kepala
Dinas setempat.
2) Tanggung jawab koordinasi pembinaan program di Dinas
yang menangani perkebunan di tingkat Provinsi
atas nama Gubernur, sekaligus memfasilitasi lintas
Kabupaten/kota dan membentuk Tim Pembina Provinsi.
3) Tanggung jawab program dan kegiatan adalah Direktorat
Jenderal Perkebunan, sekaligus memfasilitasi program dan
kegiatan tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

38
LANJUTAN PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

4.1.2. PENANGGUNG JAWAB PROGRAM

Direktur Jenderal Perkebunan memfasilitasi koordinasi


persiapan, pemantauan dan evaluasi kegiatan

dengan tugas a.l :


• Menyusun pedoman teknis;
• Menggalang kemitraan dengan Provinsi dan
Kabupaten/Kota dalam hal advokasi, pemantauan/
pengendalian dan evaluasi;
• Menyusun laporan pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat.

39
LANJUTAN PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

4.1.3. TIM PEMBINA PROVINSI


Tim Pembina Provinsi terdiri dari unsur dinas yang menangani
perkebunan, instansi terkait, UPT lingkup pertanian, perguruan
tinggi, asosiasi profesi, organisasi petani dan masyarakat LSM dll.
sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran .

dengan tugas :
• Menyusun Juklak dengan mengacu kepada Pedum
Pemberdayaan Masyarakat Pertanian melalui dana Bantuan
Sosial sesuai kondisi setempat;
• Koordinasi lintas sektoral antar instansi ditingkat Provinsi unt
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan bansos;
• Koordinasi dengan Tim Teknis Kabupaten/Kota unt monev dan
mengatasi masalah lapangan.
• Menyusun laporan hasil pemantauan dan pengendalian untuk
disampaikan a.l. ke Direktorat Jenderal Perkebunan;
• Fasilitasi pembentukan dan berfungsinya Unit Pengaduan
Masyarakat tingkat Provinsi 40
LANJUTAN PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

4.1.4. TIM TEKNIS KABUPATEN/KOTA


Tim Teknis Kabupaten/Kota beranggotakan dinas teknis yang
menangani perkebunan, instansi terkait, lembaga
penyuluhan pertanian Kabupaten/Kota, perguruan tinggi,
organisasi petani/petani ahli/asosiasi petani, LSM dan
lainnya sesuai kebutuhan dan ketersediaan anggaran.

dengan tugas :
• Menyusun Juknis dengan mengacu kepada Pedum dan J,
uklak disesuaikan kondisi sosial budaya setempat dan
usaha yang dikembangkan;
• Melakukan sosialisasi dan seleksi calon kelompok sasaran;
• Melakukan pembinaan, pemantauan dan pengendalian;
• Membuat laporan hasil pemantauan dan pengendalian.

41
LANJUTAN PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

4.2. PERENCANAAN OPERASIONAL

• Kegiatan operasional yang tertuang didalam Juklak dan Juknis agar


disusun secara fleksibel mengacu pada Pedum Pemberdayaan Masyarakat
dan Pedum Teknis Ditjenbun dengan memperhatikan aspirasi dan kondisi
masing-masing wilayah.
• Agar Juklak dan Juknis dapat bersifat operasional, penyusunannya
memuat butir-butir pada lampiran 2 Pedum.

4.3. SOSIALISASI
• Sosialisasi dilaksanakan untuk penyamaan persepsi, membangun
komitmen, transparansi, dan akuntabilitas pelaksanaan program
sekaligus untuk menampung aspirasi masyarakat melalui
konsultasi publik sehingga lebih terarah dan bermanfaat bagi
masyarakat.
• Sosialisasi dilakukan secara berjenjang mulai ditingkat Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota sampai tingkat Desa/Kelompok.
• Sosialisasi di tingkat desa/kelompok untuk membangun komitmen,
transparansi pelaksanaan kegiatan,meningkatkan minat dan
memotivasi masyarakat dalam pembangunan pertanian sekaligus
menjelaskan Hak, Kewajiban, Sanksi dan Penghargaan 42 bagi
kelompok sasaran yang akan mengelola dana Bantuan Sosial.
LANJUTAN PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

4.3. PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN


• Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan oleh Tim Teknis
Kabupaten/Kota, Tim Pembina Provinsi dan Pusat
• Pengendalian kegiatan dilakukan oleh PPK dan KPA
• Proses pengendalian setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh masing-
masing instansi
• Pengawasan dilakukan oleh : a) Pemerintah melalui aparat pengawas
fungsional (ITJEN, BPD maupun lembaga/instansi pengawas lainnya) dan b)
Masyarakat, sehingga diperlukan penyebarluasan informasi kepada pihak
yang terkait.
Ada 6 tahapan kritis dalam pelaksanaan penyaluran dana Bansos :
1) Tahap sosialisasi oleh Tim Pengarah/Pembina Pusat/Provinsi
dan Tim Teknis Kabupaten/Kota.
2) Tahap persiapan pelaksanaan seleksi calon kelompok sasaran
dan calon lokasi yang dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota.
3) Tahap penyaluran dana bantuan sosial ke rekening
kelompok.
4) Tahap pencairan dana bantuan sosial yang dilakukan oleh
kelompok.
5) Tahap kebenaran serta ketepatan pemanfaatan dana bansos
penguatan modal yang dilakukan oleh kelompok.
6) Tahap pengembangan usaha produktif oleh kelompok.
Pada tingkat desa/kelompok, pengawasan masyarakat thdp ketepatan
sasaran dilakukan oleh perangkat desa, anggota kelompok, penyuluh dan43
LSM. Laporan pengaduan disampaikan ke Tim teknis Kab/Kota dan
ditanggapi langsung oleh pihak terkait.
V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
 Penanggungjawab pengelolaan dana  KELOMPOK SASARAN
 MONEV : - Berkala, berjenjang sesuai tahapan kegiatan
(Kelompoktani/gapoktan membuat laporan fisik kegiatan
termasuk permasalahan/kendala yang dihadapi dan
menyampaikan kepada Tim Teknis Kabupaten/Kota sebagai
bahan pelaporan dan evaluasi, selanjutnya laporan
tersebut disampaikan kepada instansi terkait lainnya secara
berjenjang). Monev dilakukan saat sebelum mulai kegiatan
(ex-ante), saat dilakukan kegiatan (on going) dan setelah
kegiatan (ex-post)

 Tim Teknis Kabupaten dan Tim Pembina Propinsi Wajib melaksanakan monev
dan pelaporan dalam semesteran dan tahunan secara berjenjang ke Pusat
meliputi :

1. Kemajuan Pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja.


2. Permasalahan dan penyelesaian masalah yang dihadapi
3. Format pelaporan menggunakan format yang disepakati oleh daerah dan
dituangkan dalam Juklak dan Juknis.
4. Laporan mencakup perkembangan kelompok sasaran (fisik dan keuangan).
5. Laporan disampaikan secara berkala dan berjenjang mulai dari tingkat
kelompok sampai ke Pusat. Format laporan sesuai kebutuhan 44
Ketaatan, kelengkapan dan
kelancaran pelaporan
menjadi pertimbangan
pengalokasian anggaran
pada tahun berikutnya.

45
CONTOH PERSYARATAN TEKNIS (TAN.TAHUNAN) PENERIMA BANSOS

 Memiliki lahan untuk kelapa minimal 50 ha/KT, minimal 50 btg/ha;


untuk jambu mete luas BPT minimal 50 ha/KT minimal 50 phn/ha blok
monokultur.
 Pembibitan : untuk karet/kelapa/jb mete minimal luas 0,5 ha/KT;
lokasi dekat wilayah pengembangan; dekat dg sumber air dan drainase
baik; kepemilikan jelas; mudah dijangkau dan transportasi baik;
diutamakan lahan milik KT/swadaya/kas desa.
 Pembangunan kb entres : unt karet/jb mete luas minimal 1 ha/KT;
topografi rata dan subur; bebas dari sumber penyakit; mudah
dijangkau; dekat sumber air; bebas gangguan alam (banjir, air pasang);
terdiri dari petak dan blok; memiliki jalan kontrol dan batas petak
berupa parit; lahan milik kelompok/swadaya/kas desa.
 Kemampuan kelompok : KT maju dan berpengalaman melaksanakan
pembibitan atau pemb. kb entres; atas keinginan sendiri; bersedia
rajin; mampu menerapkan teknologi sec. utuh ; administrasi kelompok
lengkap (a.l kepemilikan pembibitan, kb entres dll.)
 Penggunaan Benih unggul karet baik unt btg bawah maupun entres
 Penggunaan Benih unggul kelapa berasal dari BPT terseleksi.

46
CONTOH PERSYARATAN TEKNIS (TAN.SEMUSIM)
PENERIMA BANSOS
 Memiliki lahan untuk
1. Usahatani benih sebar : kapas luas minimal 10 ha/KT;
mudah dijangkau; subur,drainase baik dan dkt sumber air;
isolasi jarak thdp tan sekeliling 200 m; satu areal hanya
satu varietas dan satu kelas benih.
2. Pembibitan : lahan sebelumnya tdk ditanami sejenis;
subur, dkt sumber air, drainase baik, mudah dijangkau;
dekat dg areal pengembangan.
 Kemampuan KT : KT maju;punya lahan subur dan kompak;
mengusahakan atas keinginan sendiri; bersedia rajin dan
mengikuti petunjuk teknis; menerapkan teknologi sec
utuh.
 Penggunaan benih unggul kapas yang telah dilepas sesuai
SK Mentan; benih sesuai kondisi setempat baik agroklimat
maupun sosial masyarakat

47
BUTIR-BUTIR POKOK PENYUSUNAN JUKLAK DAN JUKNIS
JUKLAK
1. Memuat penjabaran Pedum sesuai kebutuhan;
2. Memuat rekapitulasi data KT yg pernah mendapat BLM/PMUK tahun-tahun
sebelumnya di seluruh Kabupaten/ Kota;
3. Memuat penjelasan model pemberdayaan masyarakat pertanian (agribisnis
dan ketahanan pangan);
4. Memuat kriteria umum calon kel sasaran dan metode seleksi calon kel
sasaran
JUKNIS
1. Memuat penjabaran Pedum dan Juklak Provinsi sesuai kebutuhan;
2. Memuat hasil inventarisasi KT yg pernah mendapat BLM/PMUK tahun-tahun
sebelumnya;
3. Memuat penjelasan model pemberdayaan masyarakat pertanian (agribisnis
dan ketahanan pangan);
4. Memuat kriteria spesifik calon KT sasaran dan mekanisme seleksi kel sasaran;
5. Memuat kriteria, standar minimal kualitas proposal serta prosedur penilaian
usulan/proposal/RUK;
6. Memuat hasil inventarisasi data dasar kel sasaran sebelum dan sesudah
menerima penguatan modal (Bansos);
7. Memuat mekanisme rinci pemupukan modal;
8. Memuat profil lembaga keuangan mikro agribisnis di perdesaan tingkat
Kab/Kota.
48
IX. PENUTUP

 Pedum ini dimaksudkan sebagai salah satu acuan bagi


semua pihak terkait dalam melaksanakan program dan
kegiatan pembangunan perkebunan.
 Pedum ini akan ditunjang dengan Pedum Teknis dari
Ditjen. Perkebunan untuk menjelaskan kegiatan
pemberdayaan masyarakat perkebunan dalam
mengakomodasi program dan kegiatan.
 Pedum ini masih memerlukan penjabaran lebih lanjut
ke dalam Juklak dan Juknis, serta disesuaikan dengan
kekhasan dan kondisi masing-masing wilayah.
 Keberhasilan Pembangunan Perkebunan sangat
tergantung komitmen dari semua pihak dalam
melaksanakan kegiatan pembangunan perkebunan.

49
DITJENBUN

50

Anda mungkin juga menyukai