DEPARTEMEN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN 1
DASAR PELAKSANAAN BANSOS
1. UU NO. 17 TAHUN 2003 ttg KEUANGAN NEGARA
Mengatur ttg pola penganggaran terpadu (unified
budget) dan berbasis kinerja (perfomance budget)
3
LANJUTAN PENDAHULUAN...
SASARAN
1. Menguatnya modal pelaku usaha kelompok dalam
mengembangkan usaha agribisnis berbasis perkebunan.
5
LANJUTAN PENDAHULUAN...
INDIKATOR KEBERHASILAN
OUTCOME
1. Tumbuhnya usaha kelompok yang mampu
mengelola permodalan sesuai kaidah-kaidah
bisnis.
2. Terjadinya peningkatan produktivitas
usahatani kelompok tani perkebunan.
3. Terjadinya pemupukan modal usaha
kelompok.
6
LANJUTAN PENDAHULUAN...
2. KELOMPOK SASARAN
Kelompok (termasuk gapoktan dan koperasi) yang
menjalankan usaha agribisnis, dengan pertimbangan :
diprioritaskan kelompok yang memiliki kendala modal krn
akses ke sumber modal terbatas
prospek pengembangan usaha dan aspek jender
proses seleksi kelompok sasaran dan calon lokasi
dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota sec terbuka
kelompok sasaran ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau Kepala
Dinas yang membidangi perkebunan atau pejabat yang ditunjuk
atas usul Tim Teknis Kab/Kota dengan tembusan KPPN setempat.
Bila dana DIPA Provinsi penetapan kelompok oleh Kepala Dinas
Perkebunan Provinsi dengan proses seleksi sesuai pedoman
kegiatan dimaksud.
Seleksi Tahap II :
- Tim Teknis Kabupaten/Kota melakukan penilaian
terhadap usulan/proposal/rencana usaha dari
kelompok pelaku usaha.
12
LANJUTAN KELOMPOK ...
13
LANJUTAN KELOMPOK ...
Pembentukan Tim
Teknis Kab./Kota
KPA SPM LS KPPN
Menyusun RUK
Forum Musyawarah & Membuka
Berita Acara CP/CL rekening di Bank
Kelompok BANK
Terdekat
Penetapan Kelompok Sasaran
Pencairan dana 14
dari rekening
LANJUTAN KELOMPOK ...
5. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
Organisasi kelompok adalah organisasi yang berorientasi
bisnis bukan bersifat sosial dan mempunyai prinsip-prinsip
pengembangan organisasi sebagai berikut :
1) mempunyai Struktur Organisasi berikut uraian
tugas dan fungsi secara jelas yang disepakati
anggota.
2) pengurus dipilih secara demokratis oleh anggota,
bertanggung jawab kepada anggota dan
pertanggungjawabannya disampaikan dalam
rapat kelompok yang dilakukan secara periodik.
3) mekanisme dan tata hubungan kerja antar
anggota didalam kelompok maupun antar
kelompok dalam gabungan krlompok (gapoktan)
disusun secara partisipatif.
4) Proses pengambilan keputusan dilakukan secara
musyawarah dan dituangkan dalam berita acara
atau risalah rapat yang ditandatangani oleh
pengurus dan di ketahui oleh unsur pembina atau 15
instansi terkait.
LANJUTAN KELOMPOK ...
16
LANJUTAN KELOMPOK ...
PROSES PENGAJUAN DAN PENYALURAN
19
• Proses pemberdayaan perlu waktu panjang sehingga
harus dirancang secara sistematis dengan tahapan
kegiatan yang jelas secara terus menerus dalam
waktu yang cukup sesuai kemampuan dan potensi
usaha agribisnis masyarakat.
20
LANJUTAN KELOMPOK ...
24
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...
25
3.2.2.PENGEMBANGAN MANAJEMEN
26
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...
ACUAN :
• Pedoman Teknis Eselon I
• Besarnya alokasi dana sesuai kemampuan
anggaran
28
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...
30
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...
32
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...
34
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...
35
LANJUTAN PEMBERDAYAAN DAN ...
36
IV. PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
4.1. PEMBINAAN
Pembinaan kelompok dilakukan secara berkelanjutan sehingga
kelompok mampu mengembangkan usahanya secara mandiri.
Untuk itu diperlukan dukungan dana pembinaan lanjutan yang
bersumber dari APBD.
4.1.1. STRUKTUR ORGANISASI
a. Prinsip Pemerintah yang baik (Good Governance)
dan Pemerintah yang bersih (Clean Governance),
adalah :
1) Mentaati peraturan dan perundangan;
2) Bebas KKN;
3) Keterbukaan informasi, transparansi dan
demokratis;
4) Akuntabilitas.
37
LANJUTAN PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
b. Tanggung Jawab :
1) Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan di
Dinas/kantor yang menangani bidang perkebunan di tingkat
Kabupaten/Kota, sekaligus memfasilitasi kegiatan koordinasi dan
pelaksanaan teknis operasional dan membentuk Tim Teknis
Kabupaten/ Kota yang ditetapkan oleh bupati/ Walikota atau Kepala
Dinas setempat.
2) Tanggung jawab koordinasi pembinaan program di Dinas
yang menangani perkebunan di tingkat Provinsi
atas nama Gubernur, sekaligus memfasilitasi lintas
Kabupaten/kota dan membentuk Tim Pembina Provinsi.
3) Tanggung jawab program dan kegiatan adalah Direktorat
Jenderal Perkebunan, sekaligus memfasilitasi program dan
kegiatan tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
38
LANJUTAN PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
39
LANJUTAN PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
dengan tugas :
• Menyusun Juklak dengan mengacu kepada Pedum
Pemberdayaan Masyarakat Pertanian melalui dana Bantuan
Sosial sesuai kondisi setempat;
• Koordinasi lintas sektoral antar instansi ditingkat Provinsi unt
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan bansos;
• Koordinasi dengan Tim Teknis Kabupaten/Kota unt monev dan
mengatasi masalah lapangan.
• Menyusun laporan hasil pemantauan dan pengendalian untuk
disampaikan a.l. ke Direktorat Jenderal Perkebunan;
• Fasilitasi pembentukan dan berfungsinya Unit Pengaduan
Masyarakat tingkat Provinsi 40
LANJUTAN PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
dengan tugas :
• Menyusun Juknis dengan mengacu kepada Pedum dan J,
uklak disesuaikan kondisi sosial budaya setempat dan
usaha yang dikembangkan;
• Melakukan sosialisasi dan seleksi calon kelompok sasaran;
• Melakukan pembinaan, pemantauan dan pengendalian;
• Membuat laporan hasil pemantauan dan pengendalian.
41
LANJUTAN PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
4.3. SOSIALISASI
• Sosialisasi dilaksanakan untuk penyamaan persepsi, membangun
komitmen, transparansi, dan akuntabilitas pelaksanaan program
sekaligus untuk menampung aspirasi masyarakat melalui
konsultasi publik sehingga lebih terarah dan bermanfaat bagi
masyarakat.
• Sosialisasi dilakukan secara berjenjang mulai ditingkat Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota sampai tingkat Desa/Kelompok.
• Sosialisasi di tingkat desa/kelompok untuk membangun komitmen,
transparansi pelaksanaan kegiatan,meningkatkan minat dan
memotivasi masyarakat dalam pembangunan pertanian sekaligus
menjelaskan Hak, Kewajiban, Sanksi dan Penghargaan 42 bagi
kelompok sasaran yang akan mengelola dana Bantuan Sosial.
LANJUTAN PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
Tim Teknis Kabupaten dan Tim Pembina Propinsi Wajib melaksanakan monev
dan pelaporan dalam semesteran dan tahunan secara berjenjang ke Pusat
meliputi :
45
CONTOH PERSYARATAN TEKNIS (TAN.TAHUNAN) PENERIMA BANSOS
46
CONTOH PERSYARATAN TEKNIS (TAN.SEMUSIM)
PENERIMA BANSOS
Memiliki lahan untuk
1. Usahatani benih sebar : kapas luas minimal 10 ha/KT;
mudah dijangkau; subur,drainase baik dan dkt sumber air;
isolasi jarak thdp tan sekeliling 200 m; satu areal hanya
satu varietas dan satu kelas benih.
2. Pembibitan : lahan sebelumnya tdk ditanami sejenis;
subur, dkt sumber air, drainase baik, mudah dijangkau;
dekat dg areal pengembangan.
Kemampuan KT : KT maju;punya lahan subur dan kompak;
mengusahakan atas keinginan sendiri; bersedia rajin dan
mengikuti petunjuk teknis; menerapkan teknologi sec
utuh.
Penggunaan benih unggul kapas yang telah dilepas sesuai
SK Mentan; benih sesuai kondisi setempat baik agroklimat
maupun sosial masyarakat
47
BUTIR-BUTIR POKOK PENYUSUNAN JUKLAK DAN JUKNIS
JUKLAK
1. Memuat penjabaran Pedum sesuai kebutuhan;
2. Memuat rekapitulasi data KT yg pernah mendapat BLM/PMUK tahun-tahun
sebelumnya di seluruh Kabupaten/ Kota;
3. Memuat penjelasan model pemberdayaan masyarakat pertanian (agribisnis
dan ketahanan pangan);
4. Memuat kriteria umum calon kel sasaran dan metode seleksi calon kel
sasaran
JUKNIS
1. Memuat penjabaran Pedum dan Juklak Provinsi sesuai kebutuhan;
2. Memuat hasil inventarisasi KT yg pernah mendapat BLM/PMUK tahun-tahun
sebelumnya;
3. Memuat penjelasan model pemberdayaan masyarakat pertanian (agribisnis
dan ketahanan pangan);
4. Memuat kriteria spesifik calon KT sasaran dan mekanisme seleksi kel sasaran;
5. Memuat kriteria, standar minimal kualitas proposal serta prosedur penilaian
usulan/proposal/RUK;
6. Memuat hasil inventarisasi data dasar kel sasaran sebelum dan sesudah
menerima penguatan modal (Bansos);
7. Memuat mekanisme rinci pemupukan modal;
8. Memuat profil lembaga keuangan mikro agribisnis di perdesaan tingkat
Kab/Kota.
48
IX. PENUTUP
49
DITJENBUN
50