Anda di halaman 1dari 65

KELOMPOK 10

ANDRE FERNALDY – 1820221139


LATIFA AULIA ANDINI – 1820221195
FERRANY THIFLA – 18202211180
DEA TASHA – 1820221191

PEMBIMBING:
dr. Adi Sukrisno, Sp.OG, FMAS

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
1. HIPERTENSI LANSIA
Definisi
 Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole
mengalami kenaikan yang melebihi batas normal yaitu tekanan darah
systole >140mmHg dan diastole > 90 mmHg
Hipertensi Menurut Usia
 batasan hipertensi dengan memperhatikan usia yaitu:

1) Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada
waktu berbaring lebih dari 120/90 mmHg
2) Pria berusia 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari
145/95 mmHg.
3) Wanita, hipertensi bila tekanan darah lebih dari 150/95 mmHg
https://www.escardio.org/Guidelines/Clinical-Practice-Guidelines/Arterial-Hypertension-Management-of
Klasifikasi TD
Epidemiologi
 Setelah umur 69 tahun, prevalensi hipertensi meningkat sampai 50%.
 National Health and Nutrition Examination Survey menemukan
prevalensi hipertensi pada kelompok umur 65-74 tahun sebagai
berikut:
- 49,6% untuk hipertensi derajat 1 (140-159/90-99 mmHg)
- 18,2% untuk hipertensi derajat 2 (160-179/100-109 mmHg)
- 6.5% untuk hipertensi derajat 3 (>180/110 mmHg)
Patofisiologi
 Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan
elastisitas pembuluh darah menurun sesuai usia → penurunan
compliance aorta dan pembuluh darah besar → TD ↑↑
 Penurunan elastisitas pembuluh darah→ peningkatan resistensi
vaskuler perifer
 Sensitivitas baroreseptor menurun sesuai peningkatan usia → kegagalan
refleks postural→ hipotensi ortostatik
Gejala HT Lansia
Gejala HT yang sering ditemukan pada lanjut seperti ditemukan pada the SYST-EUROPE trial adalah:
 Gejala yang menonjol yang ditemukan pada penderita perempuan dibandingkan penderita
laki-laki adalah;
 nyeri sendi tangan (35% pada perempuan, 22% pada laki-laki),
 berdebar (33% pada perempuan, 17% pada laki-laki)
 mata kering (16% pada perempuan, 6% pada laki-laki)
 penglihatan kabur (35% pada perempuan, 23% pada laki-laki)
 kramp pada tungkai (43% pada perempuan, 31 % pada laki-laki)
 nyeri tenggorok (15% pada perempuan, 7% pada laki-laki)
 Nokturia merupakan gejala tersering pada kedua jenis kelamin, sebesaar 68%
Tatalaksana HT Lansia
Sasaran tekanan darah
 Sasaran yang diajukan pada JNC VIII dimana pengendalian tekanan darah

(TDS<140 mmHg dan TDD<90mmHg)


Namun tampaknya terlalu ketat untuk penderita lanjut usia.
 Sys-Eur trial merekomendasikan penurunan TD Sistolik < 160 mmHg sebagai
sasaran intermediet tekanan darah, atau penurunan sebanyak 20 mmHg dari
tekanan darah awal.
Modifikasi pola hidup
 menurunkan berat badan jika ada kegemukan

 mengurangi minum alcohol


 meningkatkan aktivitas fisik aerobik

 mengurangi asupan garam

 mempertahankan asupan kalium yang adekuat

 mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat

 menghentikan merokok

 mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol


Terapi farmakologis
 Menurut JNC VIII, pilihan pertama untuk pengobatan pada

penderita hipertensi lanjut usia adalah diuretic dan atau beta


blocker.
Dosis obat-obat diuretic (mg/hari) misalnya:
 Bendrofluazid 1,25-2,5

 klortiazid 500-100

 klortalidon 25-50

 hidroklortiazid 12,5-25

 indapamid SR 1,5

Sumber: Kotchen TA, McCarron Da. Dietary electrolytes and blood pressure a statement for healthcare professionals from the
American Heart Associa-tion Nutrition Committee
Dosis obat-obat beta blocker yang direkomendasikan adalah:
 asebutolol 400 mg 1-2x/hari

 atenolol 50 mg 1x/hari

 bisoprolol 10-20 mg 1x/hari

 celiprolol 200-400 mg 1x/hari

 metoprolol 100-2000 mg 1x/hari

 oksprenolol 180-120 mg 2x/hari

 pindolol 15-45 mg 1x/hari

Sumber: Kotchen TA, McCarron Da. Dietary electrolytes and blood pressure a statement for healthcare professionals from the
American Heart Associa-tion Nutrition Committee
Dosis obat-obat ACE-inhibitor yang direkomendasikan adalah:
 kaptopril 6,25-50 mg 3x/hari

 lisinopril 2,5-40 mg 1x/hari


 perindropil 2-8 mg 1x/hari

 quinapril 2,5-40 mg 1x/hari

 ramipril 1,25-10 mg 1x/hari

Sumber: Kotchen TA, McCarron Da. Dietary electrolytes and blood pressure a statement for healthcare professionals from the
American Heart Associa-tion Nutrition Committee
Dosis obat-obat CCB yang dianjurkan adalah:
 Amlodipin 5-10 mg 1x/hari

 Diltiazem 200 mg 1x/hari

 Felodipin 5-20 mg 1x/hari

 nikardipin 30 mg 2x/ hari

 nifedipin 30-60 mg 1x/hari

 verapamil 120-240 mg 2x/hari


2. OSTEOPOROSIS PADA
LANSIA
Definisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo (tulang) dan porous (berlubang
-lubang/keropos). Osteoporosis merupakan suatu penyakit tulang sistemik yang
kronik dan progresif dengan karakteristik menurunnya massa tulang, kerusakan
mikroarsitektur, kerapuhan tulang yang selanjutnya meningkatkan resiko
terjadinya fraktur.

menurut World Health Organization (WHO) adalah nilai kepadatan tulang


dibawah 2,5 SD (standar deviasi) dari rerata orang dewasa yang sehat dengan jenis
kelamin yang sama (nilai T-score < -2,5). Namun pada wanita paska menopause,
nilai T < -1 telah dimasukkan dalam kategori densitas tulang rendah
(osteopenia) dan dimasukkan dalam kelompok berisiko tinggi osteoporosis
Epidemiologi
 Secara global, Osteoporosis merupakan penyakit metabolik tulang
yang paling banyak dijumpai berjumlah > 200 juta orang di seluruh
dunia.
 Osteoporosis senilis paling sering dijumpai di usia > 70 tahun,
sedangkan osteoporosis sekunder dapat dijumpai pada usia berapa
saja.
 Frekuensi osteoporosis paska menopause paling sering dijumpai
pada usia 50-70 tahun.
Klasifikasi
 Osteoporosis Primer
Osteoporosis paska-menopause
 Osteoporosis Sekunder (osteoporosis tipe I)

Osteoporosis terkait usia atau osteoporosis senilis


(osteoporosis tipe II)
Karakteristik Osteoporosis Senilis
 Dapat terjadi pada wanita dan pria dimana BMD (bone mass
density) menurun secara gradual terhadap pertambahan usia
 Hilangnya jaringan tulang terkait penuaan
 Fraktur yang terjadi biasanya berlokasi di korteks dan trabekular
tulang
 Fraktur yang terjadi biasanya melibatkan tulang belakang
(vertebra), pergelangan tangan (colles) dan tulang pangkal
paha/pinggul (hip)
Etiologi Osteoporosis
Fisiologi Remodeling Tulang

Immune Regulation of Osteoclast Function in Postmenopausal Osteoporosis: A Critical Interdisciplinary Perspective, Int J Med Sci 2012;
9(9):825-832. doi:10.7150/ijms.5180
Immune Regulation of Osteoclast Function in Postmenopausal Osteoporosis: A Critical Interdisciplinary Perspective, Int J
Med Sci 2012; 9(9):825-832. doi:10.7150/ijms.5180
Patogenesis

Deteksi Dini Osteoporosis Pasca Menopause, JMJ, Volume 5, Nomor 2, November 2017, Hal: 164 – 177
Diagnosis
1. Densitometri DXA (Dual Energy X-Ray
Absorptiometry)
• Keuntungan : Dapat menentukan kepadatan tulang
dengan baik & Paparan radiasi sangat rendah
• Kekurangan: Membutuhkan koreksi berdasarkan volume
tulang
• Hasil dinyatakan dalam table T-Score, dinilai dengan
melihat perbedaan BMD dari hasil pengukuran dengan
nilai rata-rata BMD puncak.

T-Score > -1 SD (normal), <-1 sampai -2,5 (osteopenia),


<-2,5 (osteoporosis)
2. Densitometri US (Ultra Sound)
Hasil pemeriksaan ditentukan oleh gelombang suara, jika suara
terasa lambat maka tulang bersifat padat. Jika suara terasa cepat,
maka kortikal luar dan trabecular interior tipis.
 Keuntungan: Tidak terpapar radiasi
 Kelemahan: Tidak memiliki ketelitian yang baik
3. Pemeriksaan CT (Computed Tomography)
 Kelebihan: Kepadatan tulang belakang & tempat terjadinya

fraktur dapat diukur secara akurat


 Kelemahan: Paparan radiasi tinggi
Tatalaksana
Tatalaksana Nonfarmakologi
Tatalaksana Farmakologi
Komplikasi
 Nyeri berkelanjutan
 Fraktur tulang
 Tinggi badan berkurang
 Deformitas tulang
3. OSTEOARTRITIS PADA
LANSIA
PENDAHULUAN
 WHO melaporkan 40% penduduk dunia yang lansia akan menderita
OA, dari jumlah tersebut 80% mengalami keterbatasan gerak sendi.
 Prevalensi Osteoartritis di Indonesia cukup tinggi yaitu 5% pada usia
> 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun dan 65% pada usia > 61
tahun.
 Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis
muncul paling sering pada sendi tangan, panggul, kaki, dan spine
meskipun bisa terjadi pada sendi sinovial mana pun. Prevalensi
kerusakan sendi sinovial ini meningkat dengan pertambahan usia
Definisi OA
 Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana
keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis.
 Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi,
meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang,
pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi,
timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–otot yang
menghubungkan sendi
Epidemiologi
 Osteoartritis merupakan sebagian besar bentuk arthritis dan penyebab
utama disabilitas pada lansia.
 WHO melaporkan 40% penduduk dunia yang lansia akan menderita
OA, dari jumlah tersebut 80% mengalami keterbatasan gerak sendi.
 Biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun. Bisa terjadi pada pria dan
wanita, tetapi pria bisa terkena pada usia yang lebih muda. Prevalensi
Osteoartritis di Indonesia cukup tinggi yaitu 5% pada usia > 40 tahun,
30% pada usia 40-60 tahun dan 65% pada usia > 61 tahun.
Faktor Risiko

Predisposisis Biomekanis

Usia

 Riw. Trauma Lutut
 Jenis Kelamin
 <50th  >> pada laki  Kelainan Anatomis
>50th  >> pada wanita

 Pekerjaan
 Ras
 Afrika Amerika >> ras Kaukasia  Aktivitas Fisik
Fx Genetik
Atlit


 Fx Gaya Hidup
 Obesitas
 Penyakit lain
 Namun, melihat hubungan antara usia dan risiko OA secara lebih
rinci, OA tampaknya berkembang sebagai hasil dari banyak faktor
yang berbeda, seperti:
 melemahnya otot,
 pengurangan propriosepsi,
 penipisan tulang rawan, dan
 respon yang tidak memadai terhadap stres sendi akibat kerusakan
mekanisme seluler dasar yang biasanya mempertahankan homeostasis
jaringan pada pasien yang lebih muda.
KLASIFIKASI

PRIMER SEKUNDER

 Disebut juga idiopatik  Didasari oleh inflamasi,


 Tidak ada hubungan dengan metabolik, heerediter, jejas
penyakit sistemik makro dan mikro serta
imobilisasi yang terlalu lama
Diagnosis

KU Px Fisik

 Nyeri sendi saat aktivitas ,  Bila akut  tanda inflamasi>>


menghilang saat istirahat  Pembengkakan lokal jaringan lunak
 Sendi-sendi kaku dan nyeri. Awalnya  Krepitasi tulang
hanya pada pagi hari <30 menit  Atrofi otot-otot sekitar sendi
 Bengkak dan radang pd sendi
 Deformitas tulang (stadium berat)
 Nyeri terus menerus/hilang timbul
 Peningkatan suhu pada area sendi
 Bunyi saat menggerakan sendi
 Sendi kehilangan pergerakan
 Perubahan bentuk tulang
 Osteoarthritis sering nya asimetris.
 Pasien mungkin merasakan keluhan yang sangat berat pada 1 sisi
lutut dengan hampir fungsi normal pada sisi yang berlawanan.
DERAJAT OA

KELLGREN-LAWRENCE WOMAC

 Nilai tingkat keparanan OA lutut dengan  Indikator: VAS, Knee


x-ray
Osteoarthritis Outcome Score
 Grade:
 0  fungsi sendi normal, nyeri (-) (KOOS)
 1  mulai oembentukan osteofit/spurs
 2  penyempitan ruang sendi (+)
 3  50% penyempitan sendi, subkondral
sklerosis yang luas, osteofit (+)
 4  nyeri saat berjalan, ruang sendi hilang,
kista subkondral (+)
Diagnosa Prevalensi OA

Knee OA Hip OA

 Mengeluhkan nyeri lutut yang  Mengeluhkan nyeri pinggul


difus atau lokal bagian depan atau daerah inguinal
 Kesulitan menaiki tangga dan  Sedikit sering, nyeri nya terasa
jalan bahkan pada waktu pada daerah lateral dan menjalar
sampai ke lutut
singkat
 Pasien mungkin kesulitan
menyilangkan kaki atau memakai
sepatu
Hand OA OA of the Cervical spine

 Pasien melaporkan keterlibatan  Neck pain


dari DIP, PIP dan sendi jari.  Nyeri radikular yang berat
 Memegang, mencubit,  Sakit kepala bagian depan
mengangkat benda mungkin
terasa sulit bagi pasien dengan
Hand OA
Imaging Techniques

Radiographs

Paling banyak
digunakan dan
paling murah
Ciri-ciri tulang
dengan OA:
• Penyempitan celah
sendi
• Osteofit
• Sklerosis subkondral
kista
MRI

• Dibandingkan radiografi, MRI


lebih unggul dalam memberikan
informasi jaringan lunak, berikut
struktur sendi jaringan:
• tulang rawan artikular,
• meniscus, ligamen, sinovium,
• efusi sendi,
• Tulang, lesi sumsum tulang
(BML),
• dan struktur kapsuler
Komplikasi OA
 Kaku sendi lutut  atrofi otot
 Deformitas tulang
 Pada OA knee  gout
Management
Goals Therapy for OA
 To reduce pain
 To slow progression
 Improve function and quality of life
LIFE STYLE MODIFICATION Biomechanical Approaches

 Patient education  Reducing the load in affected


 Exercise programs joints include the use of:
 Weight reduction
 walking aids,
 wedges insoles that change the
angle of the legs
 Shock absorbing
Physical therapy modalities
 Therapeutic ultrasound (significant reduction of pain)
 Transcutaneous electrical nerve stimulation (no significant reduction
of pain)
 Manual therapy
 Application of heat and/or cold modalities temporary benefits
 Stretching/traction
Farmakologi
 Pain killer  acetaminophen (Tylenol) 2,5 – 5gr/hari
 OAINS:
 aspirin, ibuprofen dan naxoprofen  hati-hati penggunaan jangka panjang
 gangguan mukosa lambung
 Inj. Cortisone pd sendi
Operasi
 Dengan OA yang parah
 Joint debridement / mengangkat serpihan tulang rawan
 Dekompresi tulang
 Artoplasti / penggantian sendi menggunaka prostesis

 Dapat menghilangkan nyeri  namun tidak ada jaminan


memperbaiki fungsi sendi
Daftar Pustaka

1. ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure, 2018
2. Fundamental Hypertension (Potter dan Perry, 2016)
3. Kaplan NM. Hypertension in the elderly. London: Martin Dunitz, 2015
4. Kotchen TA, McCarron Da. Dietary electrolytes and blood pressure a statement for healthcare professionals from the
American Heart Association Nutrition Committee, 2015
5. Maghfiroh NL, Fahrun NR. Upaya Penurunan Nyeri Pada Pasien Osteoarthritis Post Total Knee Replacement di RSOP Dr.
Soeharso Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Program DIII Keperawatan.Fakultas Ilmu Kesehatan. 2016.
6. Pratintya AD, dkk. Kompres Hangat Menurunkan Nyeri Persendian Osteoartritis pada Lanjut Usia. Jurnal kebidanan dan
Keperawatan. Vol 10 No.1, Juni 2014.
7. Purwanto H. Asuhan Keperawatan Pada Ny. E dengan Osteoartritis di Ruang Kirana RS TK.III Dr. Soetarno Yogyakarta.
Politeknik Kesehatan Yogyakarta. 2018.
8. The Sixth Report of the Joint National Committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure.
NIH publication 2014
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai