Anda di halaman 1dari 11

Kaidah Tafsir

Pengertian Kaidah Tafsir


Kaidah tafsir berasal dari dua kata yaitu qawaid dan tafsir.
Qawaid secara bahasa artinya adalah asal atau pokok
segala sesuatu yang dibangun atasnya selainnya dan
berpegang padanya. Setiap kaidah asal bagi sesuatu yang
berada di atasnya baik dalam perkara yang bisa diindra
atau tidak. Maka kaidah sebuah rumah sama artinya
dengan pokok atau dasar dari rumah tersebut.
Sedangkan menurut istilah, para ahli ilmu menyebutkan
pengertian yang berbeda-beda dan saling berdekatan
pemahamannya. Kaidah secara istilah adalah hukum
umum yang berlaku atasnya bagian-bagiannya.
Tafsir secara bahasa berarti penyingkapan atau
penjelasan. Kata “menafsirkan perkataan” berarti
menjelaskan makna perkataan tersebut.
Tafsir secara istilah adalah ilmu yang membahas
keadaan al-Qur’an dalam memahami yang
dimaksudkan oleh Allah berdasarkan kemampuan
manusia.
Jadi kaidah tafsir adalah hukum yang bersifat umum
yang dapat mengantarkan pada pemahaman makna
al-Qur’an dan cara mengambil faidah darinya.
Sumber Kaidah Tafsir
Al-Qur’an (berdasarkan penelitian atas ketentuan-
ketentuan al-Qur’an)
Sunnah Nabi
Ushul fiqh, karena hakikat kaidah tafsir adalah
meneliti dalil-dalil yang umum.
Ilmu bahasa, ilmu bayan, nahwu dan sharraf
Kitab-kitab ulumul qur’an dan sebagian muqaddimah
kitab-kitab tafsir.
Sejarah Kaidah Tafsir
Sejak dahulu para pakar ulumul qur’an sudah
mengisyaratkan dan menyajikan kaidah-kaidah tafsir dalam
karya mereka, baik dalam kitab-kitab tafsir maupun dalam
ilmu-ilmu al-Qur’an, dan dalam disiplin ilmu lainnya seperti
ushul fiqh, ilmu balaghah dan sebagainya.
Penulisan kaidah tafsir secara mandiri baru dikenal jauh
setelah generasi pertama umat islam. Adalah Ibnu
Taimiyah (661-728 H) yang merintis penulisan kaidah tafsir
secara mandiri dalam kitabnya Muqaddimah Ushul al-Tafsir.
Dalam kitab tersebut Ibnu Taimiyah mengemukakan
banyak persoalan yang disebut sebagai kaidah tafsir seperti
asbabun nuzul, israiliyat dan sebagainya.
Faidah Mempelajari Kaidah Tafsir
Faidah dalam mempelajari kaidah tafsir adalah adanya
ukuran-ukuran dalam mengeluarkan dan memahami
makna al-Qur’an berdasarkan cara yang benar
mengungkap tafisr al-Qur’an dengan kaidah yang
benar.
Setelah Ibnu Taimiyah lahir tokoh besar yang banyak menyumbangkan ilmunya
berkaitan dengan kaidah tafsir yakni Muhammad bin Sulaiman al-Kafiji (w.
879 H) dalam karyanya: Tafsin al-Tafsir fi Qawaid Ilm al-Tafsir, Badruddin
Muhammad bin Abdillah al-Zarkasyi (745-794 H) dalam kitab al-Burhan fi
Ulum al-Qur’an, Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthi (w. 911 H) dalam kitab
al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, dan masih banyak lagi ulama’ yang lain.
Penulisan kaidah tafsir tersebut terhenti dan baru dimulai kembali pada akhir-
akhir ini. Kitab yang relatif baru berkaitan dengan kaidah tafsir adalah Ushul al-
Tafsir wa Qawaiduhu karya Khalid Abdurrahman al-’Ak, Qawaid al-Tarjih ‘Inda
al-Mufassirun karya Husai bin Ali bin al-Husain al-Harbi, Qawa’id al-Tafsir
Jami’an wa Dirasatan karya Kahlid bin Utsman al-Tsabt dan lain sebagainya.
Di Indonesia juga ada ulama’ yang menulis tentang kaidah tafsir yakni Quraish
Shihab dalam karyanya Kaidah Tafsir; Syarat, Ketentuan dan Aturan yang Patut
Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-Ayat al-Qur’an.
Perbedaan Tafsir dan Kaidah Tafsir
Kaidah tafsir membahas tentang ketentuan umum
yang wajib diketahui untuk sampai pada pemahaman
ayat.
Sedangkan tafsir adalah menjelaskan makna dan
penjelasan ayat berdasarkan pokok dan ketentuan
yang disebut dengan kaidah.
Perbedaan Kaidah Tafsir dan Ulumul
Qur’an
Kaidah tafsir merupakan bagian dari pentingnya
ulumul qur’an dan penisbatan kaidah tafsir dengan
ulumul qur’an adalah penisbatan juz’i dengan kulli.
Perbedaan Kaidah Tafsir dengan Kaidah
Ushul dan Kaidah Bahasa
Kaidah tafsir membahas tentang firman Allah
berdasarkan dalalahnya untuk menyingkap maksud
Allah SWT dalam ayat al-Qur’an.
Sedangkan kaidah bahasa membahas tentang bahasa
arab dari segi afrad dan susunannya, hakikat dan
majaznya.
Adapun kaidah ushul membahas dalil-dalil fiqh yang
umum berdasarkan pada cara mengambil faidah
(mengamalkan dalil kaitannya dengan ta’arud dan
tarjih) darinya dan keadaan mujtahid.
Sekian
Sampai Jumpa
Minggu Depan

Anda mungkin juga menyukai