Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak
Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak
ً ق لَ ُك ْم ِم ْن أَ ْنفُ ِس ُك ْم أَ ْز َو
اجا لِتَ ْس ُكنُوا إِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َ ََو ِم ْن َءايَاتِ ِه أَ ْن َخل
َ ت لِقَ ْو ٍم يَتَفَ َّكر
ُون ٍ ك آَل يَا َ َِم َو َّدةً َو َرحْ َمةً إِ َّن فِي َذل
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Dengan demikian, sakinah, mawaddah dan rahmah merupakan suatu kondisi yang hendaknya diciptakan oleh
pasangan suami isteri di dalam rumah tangganya.Dan ini memerlukan suatu upaya yang sistematis dan konstruktif
dari kedua belah pihak. Tuntunan interaksi harmonis suami isteri dapat kita lihat dalam beberapa pesan Al-Qur’an
dan Hadis:
ُوف فَإِ ْن َك ِر ْهتُ ُموهُ َّن فَ َع َسى أَ ْن تَ ْك َرهُوا َش ْيئًا َويَجْ َع َل
ِ اشرُوهُ َّن بِ ْال َم ْعر ِ َو َع
هَّللا ُ ِفي ِه َخيْرًا َكثِيرًا
“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah)
karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. “ - (An
Nisaa: 19)
ِ ات لِ ْل َغ ْي
ُ ب بِ َما َحفِظَ هَّللا ٌ َات َحافِظ
ٌ َات قَانِت
ُ فَالصَّالِ َح
“…Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka...” ( An-Nisaa: 34)
c. Tahnik,
Yaitu sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW berupa pemberian makanan manis dan lembut di
saat-saat pertama kehidupan anak (bisa dengan kurma atau madu)
d. Menyusuinya dalam waktu yang cukup (2 tahun) .
َ ضع َْن أَ ْواَل َدهُ َّن َح ْولَي ِْن َكا ِملَي ِْن ِل َم ْن أَ َرا َد أَ ْن يُتِ َّم ال َّر
َضا َعة ُ َو ْال َوا ِل َد
ِ ْات يُر
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan” ( Al-Baqarah: 233)
e. Memberi nama yang baik.
Imam Ibnu Qayim mengatakan bahwa ada hubungan yang erat antara nama dengan kualitas anak. Pemberian nama yang
baik akan mendorong yang punya nama untuk berbuat baik sesuai dengan makna yang terdapat di dalam namanya, karena
nama yang diberikan orang tua mengandung do’a dan harapan. Sebaliknya seorang anak akan merasa malu dan rendah diri
apabila nama yang disandangnya buruk, atau tiada makna.
f. Aqiqah:
Menyembelih hewan qurban untuk kelahiran mereka pada hari ketujuh. Rasulullah saw. bersabda,
“Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua ekor kambing yang memenuhi syarat dan bayi perempuan cukup dengan satu ekor
kambing.” (Ad-Darami)
g. Cukur rambut:
Pada hari yang ketujuh pula dilakukan pencukuran rambut, dan menimbang rambut tersebut lalu dikonversi dalam satuan
emas atau perak yang selanjutnya disedekahkan kepada faqir miskin.
Sungguh indah bagaimana Islam memberikan pedoman-pedoman yang jelas dan rinci
bagaimana sebuah keluarga dibangun dengan cara-cara yang bersahaja dan penuh nilai-
nilai luhur.
B. HAK-HAK ANAK ATAS ORANG TUA
ُ فَقَبَّلَهُ وش َّمه، أَ َخ َذ النَبٍي ـ صلى هللا عليه وسلم ـ إبراهيم:عن أنس بن مالك ـ رضي هللا عنه ـ قال
Dari Anas bin Malik –ra. Berkata: Rasulullah saw menggendong Ibrahim dan menciuminya. (Al-Bukhari)
Ibnu Al Baththal berkata:
، ُ َما َل لَ ْم يَ ُكنْ َع ْو ِرة، وكذا الكبي ُر عند أ ْكثَ ُ ِر ال ُعلَما ِء، ُضو ِم ْنه
ُّ الولَ ِد الصغي ِر في ك ِّل َع
َ يَجو ُز تَ ْقبِي َل
الولَ ِد
َ فال تُقَبِ ُل عورة
Diperbolehkan mencium anak kecil, di semua anggota badannya. Demikian juga orang dewasa –menurut
mayoritas ulama-, kecuali auratnya. Maka tidak boleh hukumnya mencium aurat anak.
ُ صلَّى هَّللاَ ِ سو ُل هَّللا ُ ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل قَبَّ َل َر ِ عن أَبي ُه َر ْي َرةَ َر
س التَّ ِمي ِم ُّي ٍ ِع ْب ُن َحاب ُ س َن ْب َن َعلِ ٍّي َو ِع ْن َدهُ اأْل َ ْق َر َ سلَّ َم ا ْل َحَ َعلَ ْي ِه َو
ت ِم ْن ُه ْم أَ َح ًداُ ش َرةً ِمنْ ا ْل َولَ ِد َما قَبَّ ْل َ ع إِ َّن لِي َع ُ سا فَقَا َل اأْل َ ْق َر ً َِجال
سلَّ َم ثُ َّم قَا َل َمنْ اَل يَ ْر َح ُم َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َ ِ سو ُل هَّللا ُ فَنَظَ َر إِلَ ْي ِه َر
اَل يُ ْر َح ُم
Dari Abu Hurairah ra- berkata: Rasulullah saw menciumi Al
Hasan bin Ali, di hadapan Al Aqra’ bin Habis At Tamimiy yang
sedang duduk. Lalu Al Aqra’ berkata: Sesungguhnya aku memiliki
sepuluh anak, dan aku belum pernah menciumi seorang pun. Lalu
Rasululahn saw memandanginya dan bersabda: “Barang siapa yang
tidak menyayangi maka tidak akan disayangi” (Al Bukhari)
Kesimpulan hadits
Dan orang yang mendapatkan rahmat Allah, ia akan hidup dengan kehidupan yang
baik, mendapatkan nikmat lahir batin, dan akan berakhir dengan kebaikan (husnul
khatimah) .
ان لَهَا تَسْأ َ ُل فَلَ ْم ِ َت ا ْم َرأَةٌ َم َعهَا ا ْبنَت ْ َت َد َخل ْ َض َي هَّللا ُ َع ْنهَا قَال ِ َع ْن َعائِ َشةَ َر
ْط ْيتُهَا إِيَّاهَا فَقَ َس َم ْتهَا بَي َْن ا ْبنَتَ ْيهَا َولَ ْم تَأْ ُكل َ تَ ِج ْد ِع ْن ِدي َش ْيئًا َغ ْي َر تَ ْم َر ٍة فَأ َ ْع
ُصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَ ْينَا فَأ َ ْخبَرْ تُه َ ت فَ َد َخ َل النَّبِ ُّي ْ ت فَ َخ َر َج ْ ِم ْنهَا ثُ َّم قَا َم
ار
ِ َّ نال نْ م
ِ رًا ْ
ت س
ِ ُ هَ ل َّ
ن ُ
ك ءٍ يْ َ
ش ِ ب ت
ِ اَ نَ ب ْ
ال فَقَا َل َم ْن ا ْبتُ ِل َي ِم ْن هَ ِذ ِه
Dari Aisyah –isteri Rasulullah saw- berkata: Telah datang padaku seorang wanita
bersama dengan dua orang anaknya meminta sesuatu kepadaku. Aku hanya
memiliki sebutir korma, lalu aku berikan padanya. ibu itu kemudian membaginya
untuk kedua anaknya, lalu pergi. Kemudian Rasulullah saw datang dan aku
ceritakan kepadanya. Nabi bersabda: barangsiapa yang dikaruniai anak-anak
perempuan lalu berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak itu akan menjadi
penghalangnya dari neraka. (Al Bukhari, Muslim dan At Tirmidzi)
Hadits ini menegaskan tentang hak anak perempuan. Karena pada umumnya
mereka lemah dalam memenuhi kebutuhan pribadinya. Berbeda dengan laki-laki, yang secara
fisik lebih kuat, lebih cair dalam berfikir, mampu memenuhi kebutuhannya, pada umumnya.
Kesimpulan Hadits
1. Orang yang sangat membutuhkan diperbolehkan meminta-
minta. Seperti yang dilakukan oleh ibu dari dua anak perempuan
tadi kepada Aisyah ra
2. Sebaiknya bersedekah dengan apa yang ada, sedikit atau
banyak. Seperti yang dilakukan oleh Aisyah ra, dengan sebutir
kurma. Kurang berharganya sebutir kurma itu tidak
menghalanginya dari bersedekah.
3. Diperbolehkan menceritakan kebaikan yang dilakukan, selama
tidak bertujuan untuk membanggakan diri dan membangkit
pemberian. Seperti yang dilakukan oleh Ummul Mukminin
Aisyah ra dalam bercerita kepada Rasulullah tentang wanita itu
dan kedua anaknya.
4. Sesungguhnya menyayangi anak perempuan dan berbuat baik
kepadanya akan menjaga dari apai neraka, yang menjadi
pekerjaan orang-orang baik untuk berusaha terlindung dan
selamat darinya.
Allah sangat menyayangi anak melebihi kasih
sayang ibu terhadap anaknya
1. Tidak ada seorangpun yang lebih sayang melebihi Allah. Allah swt lebih sayang
dibandingkan dengan orang yang harus menyayangi. Tidak pernah ada dalam
makhluk Allah yang lebih sayang dari ibunya. Dan Rasulullah saw bersabda: Allah
lebih sayang dari pada ibu itu menyayangi anaknya.
2. Boleh melihat tawanan wanita. Rasulullah saw tidak melarang melihat wanita
dalam hadits di atas. Bahkan dalam hadits tadi termuat pembolehan melihatnya.
3. Penggunaan contoh sebagai alat bantu, sehingga bisa ditangkap secara fisik
untuk hal-hal yang tidak mudah difahami, agar mendapatkan pengertian yang
tepat, meskipun yang dijadikan contoh sesuatu yang tidak akan dapat terjangkau
hakekatnya. Itulah rahmat Allah yang tidak akan terjangkau oleh akal. Walau
demikian Rasulullah saw mendekatkan pemahaman itu kepada para pendengar
dengan keadaan wanita tersebut.
4. Pemanfaatan kesempatan untuk menyampaikan dakwah. Rasulullah saw
memanfaatkan kesempatan perhatian para sahabat terhadap fenomena kasih
sayang ibu kepada anaknya, lalu dialihkan kepada kasih sayang yang lebih besar,
untuk memenuhi kebutuhannya, dan menjadi tempat bergantung dalam semua
urusan.
2. Meletakkan Anak dalam pelukan atau Pangkuan
صلَّىَ يـ َّ ِض َي هللاُ َع ْنهَا ـ " أَ َّن النَّب ِ َع ْن َعائِ َشةَ ـ َر
، ُصبِيًّا فِي َح ْج ِر ِه ي َُحنِّ ُكه َ ض َع َ هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َّم ـ َو
” ُ فَ َد َعا بِ َما ٍء فَأ َ ْتبَ َعه، فَبَا َل َعلَ ْي ِه
Dari Aisyah ra, bahwa Nabi Muhammad saw meletakkan anak kecil di
pelukannya kemudian mentahniknya (menyuapi dengan kurma yang telah
dukunyahnya), lalu anak itu kencing di pelukannya, lalu meminta air dan
mengguyurnya. (Al-Bukhari)
Kesimpulan hadits:
1.Menyayangi anak kecil, dan memperhatikannya. Nabi
Muhammad saw meletakkan anak itu dalam pelukannya dan
mentahniknya
2.Bersabar menghadapi prilakunya, tidak membalasnya, karena
belum mukallaf (bertanggung jawab).
ُ صلَّى هَّللا َ ِ ان َرسُو ُل هَّللا ِ َع ْن أُ َسا َمةَ ب ِْن َز ْي ٍد َر
َ ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما َك
َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَأْ ُخ ُذنِي فَيُ ْق ِع ُدنِي َعلَى فَ ِخ ِذ ِه َويُ ْق ِع ُد ْال َح َس َن َعلَى فَ ِخ ِذ ِه
ار َح ْمهُ َما فَإِنِّي أَ ْر َح ُمهُ َما ُ َاأْل ُ ْخ َرى ثُ َّم ي
ْ ض ُّمهُ َما ثُ َّم يَقُو ُل اللَّهُ َّم
Dari Usamah bin Zaid –ra, berkata: Rasulullah saw pernah
mengangkatku dan mendudukkan aku di atas pahanya, dan Hasan
bin Ali duduk di paha yang lain, kemudian Rasulullah saw memeluk
kami berdua, dan bersabda: Ya Allah sayangilah keduanya, karena
sesungguhnya aku menyayanginya. (Al Bukhari)
Kesimpulan hadits:
Bahwa meletakkan anak kecil di pangkuan
adalah salah satu bentuk rahmat dan kasih
sayang. Hal ini membuktikan rasa cinta.
3. Larangan Membunuh Anak Karena takut berkurang makananannya