Anda di halaman 1dari 28

KEGAWATDARURATAN OBSTETRI

PRE-EKLAMSIA
KELOMPOK 7

• ADITYA MAULVI GUMILAR 15200002


• ARIF PRASETYO 15200010
• NITA FEBRILIA ROBI 15200024
Definisi
• Preeklampsia (PE) merupakan kumpulan
gejala atau sindroma yang mengenai wanita
hamil dengan usia kehamilan di atas 20
minggu dengan tanda utama berupa adanya
hipertensi dan proteinuria. Bila seorang
wanita memenuhi kriteria preeklampsia dan
disertai kejang yang bukan disebabkan oleh
penyakit neurologis dan atau koma maka ia
dikatakan mengalami eklampsia.
Etiologi
• Etiologi preeklampsia sampai sekarang belum
diketahui dengan pasti. Banyak teori
dikemukakan, tetapi belum ada yang mampu
memberi jawaban yang memuaskan. Oleh
karena itu, preeklampsia sering disebut
sebagai “the disease of theory”.
Ada beberapa faktor yang dapat memicu
terjadinya pre-eklamsia:
• Nullparitas
• Ras Afrika-Amerika
• Riwayat pre-eklamsia sebelumnya
• Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
• Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migraine, dan
tekanan darah tinggi)
• Usia ibu yang eksterm (<15 atau >35 tahun)
• Riwayat pre eklamsia dalam keluarga
• Kehamilan kembar
• Hipertensi kronik
• Penyakit ginjal kronik
• Sindrom antibodi antifasfolipid
• Penyakit vaskular kolagen
• Mutasi gen angioglutensinogen
Klasifikasi

1. Preeklampsia ringan
• Hampir termasuk semua ibu dengan diagnosa pre-eklamsia, tetapi
dikatakan preeklampsia ringan bila :
• Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih;
atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa
1 jam, sebaiknya 6 jam.
• Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1
kg atau lebih per minggu.
• Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitas 1 + atau
2 + pada urin kateter atau midstream.
Preeklampsia berat

• Gejala-gejala disfungsi sistem saraf pusat (sakit kepala


berat, penglihatan kabur, skotomata)
• Gejala-gejala peregangan kapsul hati (nyeri kuadran
kanan atas dan atau epigastrik)
• Peningkatan TD yang berat (Didefinisikan sebagai TD
>160/110 pada dua kali pengukuran dengan jarak
setidaknya 6 jam)
• Edema paru
• Eklamsia (kejang menyeluruh atau koma yang tidak
dapat dijelaskan)
• Cidera serebrovaskular
• Proteinurias (>5 g/24jam)
• Gagal ginjal atau oliguria (<500 mL/24jam)
• Cedera hepatoseluler (kadar transaminase serum
>2x normal)
• Trombositopenia (<100.000 trombosit/mm3)
• Koagulopati
• Terjadi HELP syndrome (hemolisis, enzim hati
meningkat, trombosit rendah) . (sumber: ilmu
kebidanan, penyakit kandungan, dan KB untuk
pendidikan bidan. Dalam Buku NANDA NIC NOC,
2016)
Patofisiologi
• Perubahan pokok yang didapatkan pada preeklampsia
adalah adanya spasme pembuluh darah disertai
dengan retensi garam dan air. Bila spasme arteriolar
juga ditemukan di seluruh tubuh, maka dapat
dipahami bahwa tekanan darah yang meningkat
merupakan kompensasi mengatasi kenaikan tahanan
perifer agar oksigenasi jaringan tetap tercukupi.
Sedangkan peningkatan berat badan dan edema yang
disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam
ruang interstitial belum diketahui penyebabnya.
Manifestasi Klinis

• Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang
diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit
kepala tersebut terus menerus dan tidak berkurang dengan
pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain.
• Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya,
pandangan kabur, dan terkadang bhisa terjadi kebutaan
sementara.
• Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan
suara berisik atau gangguan lainnya.
• Nyeri perut pada bagian ulu hati (bagian epigastrium) yang kadang
disertai dengan mual dan muntah.
• Gangguan pernafasan sampai cyanosis.
Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan
darah.
• Penururnan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar
normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah
12-14 gr%)
• Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37-43 vol %)
• Trombosit menurun ( nilai rujukan 150-450
ribu/mm3)
2. Urinalisis.
• Ditemukan protein dalam urine
3. Pemeriksaan fungsi hati
• Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )\
• LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
• Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
• Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT)
meningkat (N=15-45 u/ml)
• Serum glutamat oxaloacetic
trasaminase(SGOT) meningkat (N=<31 u/l)
• Total protein serum menurun (N=6,7-8,7)
4. Tes kimia darah
• Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl)
5. Radiologi
• Ultrasonografi
• Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra
uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas
janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
• Kardiografi
• Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
Komplikasi
1. Komplikasi jangka pendek
• Hipertensi tidak terkontrol DIC HELLP
(hemolisis, enzim hati meningkat, trombosit
rendah) (4%)
• Edema paru (2%) aspirasi bronkial ARDS
• Scedera hepatoseluler, gagal hati dan
perlemakan hati
2. Komplikasi jangka panjang
• Komplikasi pre-eklamsia hampir selalu
menyembuh sepenuhnya (dengan
pengecualian cedera serebrovaskular)
• Tidak ada peningkatan resiko hipertensi kronik
• Tidak membuat penggunaan pil kontrasepsi
oral dilarang
• Meningkatnya resiko pre-eklamsia/eklamsia
pada kehamilan berikutnya (+25%) bergantung
pada keparahan, usia gestasi, dan tekanan dari
kondisi medis yang mendasari penyakit ini
Penatalaksanaan

1. Pre-eklamsia ringan
• Istirahat ditempat tidur merupakan terapi utama dalam
penanganan pre-eklamsia ringan. Istirahat dengan berbaring
pada sisi tubuh menyebabkan aliran darah ke plasenta dan
aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada
ekstremitas bawah menurun dan reabsorpsi cairan bertambah.
Selain itu dengan istirahat di tempat tidur mengurangi
kebutuhan volume darah yang beredar dan juga dapat
menurunkan tekanan darah. Apabila pre-eklamsia tersebut
tidak membaik dengan penganan konservatif, dalam hal ini
kehamilan harus diterminasi jika mengancam nyawa maternal.
2. Pre-eklamsia berat
• Pada pasien pre-eklamsia berat segera harus diberi obat sedatif
kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24
jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan terbaik adalah
menghentikan kehamilan. Sebagai pengobatan mencegah
timbulnya kejang, dapat diberikan larutan magnesium sulfat
(MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena loading dose
dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40%
sebanyak 12 gram dalam 500 cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14
tetes/menit. Tambahan magnesium sulfat hanya dapat diberikan
jika diuresis pasien baik,refleks patella positif dan frekuensi
pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek
menenangkan , menurunkan tekanan darah dan meningkatkan
diuresis. Selain magnesium sulfat , pasien dengan pre-eklampsia
dapat juga diberikan klopromazin dengan dosis 50 mg secara
intramuskular ataupun diazepam 2o mg secara intramuskular.
Diit makanan pada pasien pre eklamsia

• Tujuan Diit Ibu Hamil dengan Pre Eklamsi dan


Eklamsi :
• Mengganti protein yang hilang karena proteinuria.
• Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air.
• Menjaga agar penambahan berat badan tidak
melebihi normal
• Memberi nutrisi secukupnya sesuai kemampuan
penderita.
• Menjaga agar tumbuh kembang bayi optimal
• Tujuan dari pemberian diet pre eklampsia ialah :
• Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
• Mencapai dan mempertahankan tekanan darah agar
tetap norma
• Mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan
• Mencapai keseimbangan nitrogen
• Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi
normal
• Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain
atau
• penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah
melahirkan
Masalah yang lazim muncul (Nanda 2015)

• Gangguan pertukaran gas b/d penimbunan cairan


pada paru (oedem paru)
• Kelebihan volume cairan b/d kerusakan fungsi
glumerolus sekunder terhadap penurunan cardiac
output.
• Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
• Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d terjadinya
vasospasme arterional, edema serebral, perdarahan.
Discharge Planning

• Segera periksakan ke dokter jika sudah


mengetahui hamil, untuk mengetahui secara
dini apakah ada gejala penyakit yang
menyertai.
• Mencegah dan kenali gejala terjadinya pre-
eklamsia
Tinjauan kasus
Seorang ibu berusia 28 tahun datang ke IGD
dengan keadaan mengeluh sering pusing dan akan
bertambah jika banyak beraktivitas, nyeri
kepala, nyeri pada ulu hati, penglihatan
berkunang-kunang, badan terasa lemah dan
kurang nafsu makan. Pasien sedang hamil anak ke
tiga (G3 P2 A0 H2) dengan usia kehamilan 19-20
minggu.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan keadaan umum baik, kedaran Compos Mentis
(GCS :15) berat badan 50 Kg, tinggi badan 156 cm, tekanan darah 140/80 mm Hg, suhu 36,8 0C (normal
36,50C – 37,50C), nadi 84 kali permenit (normal 60- 100 kali permenit), pernafasan 20 kali permenit
(normal 16-20 kali permenit). Kepala : tampak besih, tidak ada lesi, tidak ada rambut rontok dan tdak ada
keringat. Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva sub anemis pada mata kiri dan kanan, reflek cahaya
positif pada mata kiri dan kanan, sklera tidak ikterik pada mata kiri dan kanan, reflek pupil positif isokor
pada mata kiri dan kanan, udema palpebra negatif. Hidung: simetris, besih dan pernafasan cuping hidung
tidak ada. Bibir : tidak sianosis, mukosa mulut dan bibir lembab, dan tampak ada karies gigi. Telinga:
tampak simetris, sejajar kontus mata, dan tampak bersih Leher: tidak teraba pembesaran kelenjer getah
bening dan kelenjer thyroid. Pemeriksaan jantung ditemukan iktus kordis tidak terlihat, iktus kordis
teraba, dan perkusi jantung terdengar pekak serta irama jantung teratur. Inspeksi pada paru-paru
pergerakan dinding dada tampak simetris, tidak ada tarikan dinding dada saat bernafas, fremitus kiri dan
kanan sama, perkusi paru paru redup dan terdengar bunyi vesikuler saat paru-paru di auskultasi. Pada
pemeriksaan abdomen: tampak perut membesar, dan pusat tampak belum meonjol, bising usus 8 kali
permenit. Tidak ada nyeri saat pemeriksaan genito urinaria. Otot sendi dan tulang tidak ada nyeri, sistem
persyarafan normal, dan keadaan emosional baik. Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien
didapatkan keadaan umum baik, kedaran Compos Mentis (GCS :15) berat badan 50 Kg, tinggi badan 156
cm, tekanan darah 140/80 mm Hg, suhu 36,8 0C (normal 36,50C – 37,50C), nadi 84 kali permenit (normal
60- 100 kali permenit), pernafasan 20 kali permenit (normal 16-20 kali permenit). Kepala : tampak besih,
tidak ada lesi, tidak ada rambut rontok dan tdak ada keringat. Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva
sub anemis pada mata kiri dan kanan, reflek cahaya positif pada mata kiri dan kanan, sklera tidak ikterik
pada mata kiri dan kanan, reflek pupil positif isokor pada mata kiri dan kanan, udema palpebra negatif.
Hidung: simetris, besih dan pernafasan cuping hidung tidak ada. Bibir : tidak sianosis, mukosa mulut dan
bibir lembab, dan tampak ada karies gigi. Telinga: tampak simetris, sejajar kontus mata, dan tampak
bersih Leher: tidak teraba pembesaran kelenjer getah bening dan kelenjer thyroid. Pemeriksaan jantung
ditemukan iktus kordis tidak terlihat, iktus kordis teraba, dan perkusi jantung terdengar pekak serta
irama jantung teratur. Inspeksi pada paru-paru pergerakan dinding dada tampak simetris, tidak ada
tarikan dinding dada saat bernafas, fremitus kiri dan kanan sama, perkusi paru paru redup dan terdengar
bunyi vesikuler saat paru-paru di auskultasi. Pada pemeriksaan abdomen: tampak perut membesar, dan
pusat tampak belum meonjol, bising usus 8 kali permenit. Tidak ada nyeri saat pemeriksaan genito
urinaria. Otot sendi dan tulang tidak ada nyeri, sistem persyarafan normal, dan keadaan emosional baik.
Wajah tampak tidak ada cloasma gravidarum, an tidak ada edema
pada wajah. Leher tampak tidak menghitam atau belum mengalami
hiperpigmentasi. Payudara tamp dan tidak ada teraba pembengkakan
pada payudara. Pada pemriksaan perut tampak tidak ada striae,
tampak ada linea alba. Pemeriksaan leopold 1, tinggi fudus uteri
teraba setinggi pusat . leopold II belum bisa ditentukan bagian
janin. Leopold III kepala atau bokong janin belum memasuki PAP.
Leopold IV kepala atau bokong janin belum memasuki PAP. DJJ janin
positif. Genetalia tidak ada varises. Ekstermitas bawah tidak ada
bengkak, dan tidak terdapat varises. Reflek patela positif dan anus
tidak mengalami hemoroid. ak simetris, areola mammae menghitam,
papila tampak menonjol dan menghitam, Hasil pemeriksaan
laboratorium tanggal 23 Mei hemoglobin 11 g/dl ( normal 12 - 14
g/dl).
Setelah dilakukan penegakkan diagnosa keperawatan ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
tentang risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan hipertensi, intervensi keperawatan direncanakan selama 5x
kunjungan dengan tujuan agar perfusi jaringan ke serebral efektif pada Ny.
Mdengan kriteria hasil:tekanan darah sistolik normal, tekanan darah
diastolik normal, nilai rata-rata tekanan darah normal, tidak ada sakit
kepala, tidak ada kegelisahan. Rencana keperawatan yaitu: pantau tekanan
darah, menganjurkan mengurangi makanan yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah, anjurkan istirahat yang cukup, kolaborasi
dengan tim kesehatan untuk memberikan obat hipertensi, gunakan strategi
manajemen stress, menggunakan teknik relaksasi, monitor posisi pasien
untuk membantu masuknya oksigen, menganjurkan melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin.
Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada diagnosis keperawatan yang sudah
ditegakkan tentang risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan hipertensi pada pertemuan pertama adalah melakukan pengukuran tekanan
darah saat kunjungan, menganjurkan mengurangi makanan yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah, menganjurkan istirahat yang cukup, menganjurkan
menggunakan teknik relaksasi atau nafas dalam, mengajarkan posisi untuk membantu
masuknya oksigen yaitu berbaring dengan miring ke kiri, menganjurkan melakukan
pemeriksaan kehamilan secara rutin. Pada kunjungan ke empat tanggal pertemuan
kedua tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu pengukuran tekanan darah saat
kunjungan,menganjurkan istirahat yang cukup, mengevaluasi cara responden
melakukan teknik relaksasi,menganjurkan berbaring dengan miring ke
kiri,menganjurkan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Pada kunjungan ke
lima pertemuan ketiga tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu melakukan
pengukuran tekanan darah saat kunjungan,menganjurkan istirahat yang cukup,
mengevaluasi cara responden melakukan teknik relaksasi,menganjurkan berbaring
dengan miring ke kiri,menganjurkan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
Pada kunjungan ke tujuh tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu melakukan
pengukuran tekanan darah saat kunjungan, mengevaluasi cara responden melakukan
teknik relaksasi,menganjurkan berbaring dengan miring ke kiri,menganjurkan
melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Pada kunjungan ke delapan tindakan
keperawatan yang dilakukan yaitu melakukan pengukuran tekanan darah saat
kunjungan, mengevaluasi cara responden melakukan teknik relaksasi,menganjurkan
berbaring dengan miring ke kiri.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai