Anda di halaman 1dari 22

Iman, Islam dan Ihsan dan

Pembentukan Insan Kamil


Oleh :
DR. FUJI RAHMADI P, S.HI, MA. CIQaR, CIQnR
Pendidikan Agama
Disampaikan Dalam Kuliah Bersama
Universitas Pembangunan Panca Budi
Pengertian Iman

1. Iman secara etimologi berasal dari bahasa arab amana-


yukminu-imanan yang artinya percaya. Sedangkan
menurut istilah Iman adalah keyakinan yang
menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa
dicampuri keraguan sedikitpun.
2. Kriteria bertambahnya Iman hingga sempurnanya Iman,
yaitu:
a) Diyakini dalam hati
b) Diucapkan dengan lisan          
c) Diamalkan dengan anggota tubuh.
Iman dengan Hati

1. Membenarkan dengan hati” maksudnya


adalah menerima kebenaran atas segala
sesuatu yang di sampaikan dan di ajarkan
oleh rasulullah salallahu alaihi wasalam serta
rasul sebelumnya.
2. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan
lisan” maksudnya adalah menyatakan dengan
lisan bahwa dirinya beriman kepada allah
dengan mengucapkan dua kalimat syahadat
Iman dengan Ucapan

ِ‫ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّم ًدا َرس ُْو ُل هللا‬i
"Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa
asyhaduanna muhammadar rasuulullah".
Artinya:
"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah
Iman dengan Perbuatan

Mengamalkan dengan perbuatan” maksudnya


adalah sesuatu yang di yakininya dalam hati dan
yang di ikrarkannya dengan lisan di
implementasikan dengan perbuatan sebagai
bukti bahwa dirinya benar-benar beriman
kepada allah. Mengamalkannya dengan ibadah-
ibadah yang di perintahkan allah kepadanya dan
menjauhi larangan-larangan-Nya.
Dalil Iman deng Perbuatan

 ‫ك هُ ُم‬ َ ِ‫ أُ ْولَئ‬,‫صاَل ةَ َو ِم َّما َر َز ْقنَا هُ ْم يُ ْنفِقُ ْو َ َِِن‬


َّ ‫ا َلَّ ِد ْي َن يُقِ ْي ُم ْو َن ال‬
‫ِم‬+ ٌِ ‫ق َك ِر ْي‬ ً ‫ْال ُم ْؤ ِمنُ ْو َن َحقا‌ ً لَهُ ْم َد َر َجاة ِع ْن ِد َربِّ ِه ْم َو َم ْعفِ َرةٌ َّو ِر ْز‬
Artinya : “Orang-orang yang mendirikan sholat dan
yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang
kami berikan kepada mereka.Itulah orang yang
beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka
akan memperoleh beberapa derajat ketinggian
di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki
(nikmat) yang mulia.
Rukun Iman ad 6

1. Iman kepada Alloh


2. Iman kepada malaikatNya
3. Iman kepada kitabNya
4. Iman kepada rosulNya
5. Iman kepada Qodho dan Qodar
6. Iman kepada hari akhir
Pengertian Islam

Defenisi dari secara etimologi berasal dari bahasa


arab aslama-yuslimu-islaman yang artinya pasrah,
atau tunduk. Sacara istilah islam yaitu agama
yang berisi ajaran tauhid menyerah diri serta
tunduk kepada Tuhan Allah maha Esa yang di
bawa nabi Muhammad Salallahu alaihi wasalam
untuk menunjukkan jalan yang lurus kepada
ummatnya.
Agama Islam menurut Endang
Saifuddin Anshari

Islam merupakan:
Wahyu yang diurunkan oleh Allah SWT kepada
Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap
umat manusia sepanjang masa dan setiap persada.
Suatu sistem keyakinan dan tata-ketentuan yang
mengatur segala perikehidupan dan penghidupan
asasi manusia dalam pelbagai hubungan: dengan
Tuhan, sesama manusia, dan alam lainnya
Lanjutan

 Bertujuan: keridhaan Allah, rahmat bagi segenap


alam, kebahagiaan di dunia dan akhirat
 Pada garis besarnya terdiri atas akidah, syariatm
dan akhlak
 Bersumberkan Kitab Suci Al-Quran yang
merupakan kodifikasi wahyu Allah SWT sebagai
penyempurna wahyu-wahyu sebelumnya yang
ditafsirkan oleh Sunnah Rasulullah Saw. Wallahu
a'lam.
Rukun-rukun Islam

  Mungucapkan Syahadat
Mengucapkan syhadat  
(  ‫َو َاش َْه ُد َ َّان محمد ال َّر ُس ْو ُلهللا‬ ‫ َاش َْه ُد َا ْن إَل ِ َاله ِ ااَّلهللا‬ ) adalah
sesuatu yang harus dilakukan oleh orang islam
maupun orang yang menghendaki masuk islam
 Mendirikan Sholat
 Menunaikan Zakat
 Mellaksankan Puasa
 Menunaikan Haji
Pengertian Ihsan

Ihsan berasal dari bahsa arab ahsana-yuahsinu-


ihsanan berarti baik atau penuh perhatian. Sedangkan
secara terminologi/istiah ihsan adalah menyembah Allah
seakan-akan kita melihat-Nya, atau setidaknya kita selalu
merasa di awasi oleh-Nya.
Ihsan sendiri merupakan usaha untuk selalu melakukan yang
lebih baik, yang lebih afdhal, dan bernilai lebih sehingga
seseorang tidak hanya berorientasi untuk menggugurkan
kewajiban adalah beribadah, melainkan justru berusaha
bagaimana amal ibadahnya diterima dengan sebaik-baiknya
oleh Allah.
Hadis tentang Ihsan

Umar bin Khattab, ketika nabi ditanya


mengenai Ihsan oleh malaikat Jibril dan nabi
menjawab:
…‫… َ ْأن َ ت ْعبُ َد َهّللا َ كأَنَّ َك َ ت َر ُاه َ ف ْإن َ ْلم َ ت ُك ْن َ ت َر ُاه َ فإنَّ ُه َ ي َرا َك‬
…Artinya, Hendaklah engkau beribadah
kepada Alloh seolah-olah engkau melihatNya.
Tapi jika engkau tidak melihatNya, maka
sesungguhnya Alloh melihatmu
Contoh Ihsan

Sebagai contoh, seseorang yang melakukan sholat, cukup


dengn melakukan syarat dan rukun sholat saja, tanpa  harus
khusu’ maupun khudu’. Orang itu sudah tidak dituntut lagi
kelak karena dia sudah melakukan kewajibannya walaupun
hanya sebatas menggugurkan kewajiban belaka. Beda
dengan orang yang muhsin (ihsan), maka dia akan
melakukan sholat tersebut dengan sesempurna mungkin, dia
tidak hanya memperhatikan syarat dan rukun saja, melainkan
adab dalam sholat, kekhusyu’an, khudu’, dan hal-hal yang
dapat menghalangi sampainya ibadah tersebut sampai
kepada hadroh sang kholiq.
Hubungan Iman, Islam dan Ihsan

Islam, iman dan ihsan adalah satu


kesatuan yang tidak bisa di pisahkan,
ketiganya saling berhubungan atau
terdapat sangkut paut yang perlu di
terapkan untuk menuju keridhoa-Nya
Lanjutan hubungan iman, islam dan ihsan

Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar


akidah, keyakinan tersebut di implementasikan
melalui islam yang di dalamnya terdapat rukun-
rukun yang wajib di kerjakan, kemudian
pelaksanaannya di lakukan dengan ikhlas
setulus hati karena Allah Subhanallahu ta’ala
merasa seakan-akan kita melihat Allah, atau
setidaknya merasa Allah melihat dan
mengawasi kita.
Insan Kamil

Secara bahasa istilah insan kamil (al-insan al-


kamil) terdiri adari dua kata: kata al-insan yang
diartikan sebagai manusia dan kata al-kamil yang
berarti sempurna.
Mencapai Derajat Insan Kamil

Dalam mencapai derazat insan kamil, seseorang harus


memulainya dengan melakukan pengalaman rukun Islam
secara baik dan dilakukan secara lahir dan batin. Dari segi lahir
hendaknya manusia dalam melakukan amalanamalan tersebut
dilakukan dengan merujuk pada ketentuan syari’at, sementara
dari segi batin adalah dengan melakukan penghayatan
terhadap amalan-amalan yang dilakukan tersebut.
Konsep Insan Kamil

Dengan merujuk kepada seluruh ayat Al-Quran


tentang term “manusia” ternyata untuk dapat
selamat kembali kepada Tuhan (masuk surga-
Nya) kita harus melepaskan kemanusiaan
(dalam arti basyar, al-insān, dan an-nās). Kita
harus mencapai derajat insan kamil.
Konsep Insan Kamil

Dengan merujuk kepada seluruh ayat Al-Quran


tentang term “manusia” ternyata untuk dapat selamat
kembali kepada Tuhan (masuk surga-Nya) kita harus
melepaskan kemanusiaan (dalam arti basyar, al-insān,
dan an-nās). Kita harus mencapai derajat insan kamil.
Untuk itu, kita perlu mengenali struktur manusia agar
kita dapat mengembangkan diri untuk mencapai
derajat insan kamil. Dengan merujuk kepada filsuf dan
sufi muslim, manusia itu terdiri dari empat unsur, yang
dapat divisualisasikan dalam gambar berikut (Rahmat,
2010). Gambar: Empat Unsur Manusia
Konsep Insan Kamil

Untuk mencapai derajat Insan Kamil, kita harus dapat menundukkan


nafsu dan syahwat hingga mencapai tangga nafsu muthma innah,
sebagimana firman Alah SWT:
ْ ‫يَا أَيَّتُهَا النَّ ْفسُ اْل ُم‬
ُ‫ط َمئِنَّة‬
ً‫ضيَّة‬ِ ْ‫اضيَةً َمر‬ ِ ‫ارْ ِج ِعي إِلَ ٰى َرب ِِّك َر‬
‫فَا ْد ُخلِي فِي ِعبَا ِدي‬
‫َوا ْد ُخلِي َجنَّتِي‬
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-
hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30)
Abdulkarim Al – Jilli membagi insan kamil
atas tiga tingkatan.

 Tingkat Pemula ( al – bidayah ). Pada tingkat ini insan kamil


mulai dapat merealisasikan asma dan sifat – sifat ilahi pada
dirinya.
 Tingkat menengah ( at – tawasuth ). Pada tingkat ini insan
kamil sebagai orbit kehalusan sifat kemanusiaan yang terkait
dengan realitas kasih Tuhan ( al – haqaiq ar – ramaniyyah ).
Pengetahuan yang dimiliki oleh insan kamil pada tingkat ini
telah meningkat dari pengetahuan biasa, karena sebagian
dari hal – hal yang gaib telah dibukakan Tuhan kepadanya.
 Tingkat terakhir ( al – khitam ). Pada tinhgkat ini insan kamil
telah dapat merealisasikan citra Tuhan secara utuh. Iapun
telah dapat mengetahui rincian dari rahasia penciptaan takdi

Anda mungkin juga menyukai