Pembimbing : dr Cahyono Kaelan PhD Sp. PA (K), Sp.S
DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF MAKASSAR 2016 ANATOMI TELINGA Telinga dalam terdiri dari dua bagian yaitu labirin tulang dan labirin membranosa. Labirin tulang merupakan susunan ruangan yang terdapat dalam pars petrosa os temporalis ( ruang perilimfatik) dan merupakan salah satu tulang terkeras. Labirin tulang terdiri dari vestibulum, kanalis semisirkularis dan kokhlea. DEFINISI Vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo adalah suatu perasaan gangguan keseimbangan. Vertigo seringkali dinyatakan sebagai rasa pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia sekelilingnya berputar- putar (vertigo subjektif atau objektif), dan berjungkir balik EPIDEMIOLOGI Insiden vertigo secara umum beragam yaitu 5 sampai 30% dari populasi dan mencapai 40% pada orang yang berumur di atas 40 tahun. Vertigo meningkatkan resiko cedera akibat trauma sampai 25% pada penderita yang berumur diatas 65 tahun. Di Amerika, dari data pada tahun 1999 sampai 2005 didapatkan bahwa vertigo merupakan 2,5% dari diagnosis pasien yang datang ke ruang gawat darurat. ETIOLOGI 1. Keadaan lingkungan Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut) 2. Obat-obatan Alkohol Gentamisin 3. Kelainan sirkulasi Transient ischemic attack ETIOLOGI 4. Kelainan di telinga Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo) Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri Herpes zoster Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga) Peradangan saraf vestibuler Penyakit Meniere ETIOLOGI 5. Kelainan neurologis Sklerosis multipel Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya Tumor otak Tumor yang menekan saraf vestibularis KLASIFIKASI KLASIFIKASI Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi dua : 1. Vertigo vestibular 2. Vertigo non vestibular Perbedaan vertigo vestibular dan non- vestibular Perbedaan vertigo vestibular perifer dan sentral PATOFISIOLOGI Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. PATOFISIOLOGI Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan proprioseptif, jaras-jaras yang menghubungkan nuclei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. PEMERIKSAAN 1. Fungsi vestibular dan serebral a. Tes romberg b. Tandem Gait c. Uji Unterberger d. past-ponting test e. Fukuda test 2. Pemeriksaan neuro-otologi Uji dix hallpike 3. Pemeriksaan fungsi pendengaran Tes garpu tala Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif, dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach. Pada tuli konduktif tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi yang tuli, dan Schwabach memendek. Vertigo pada Lansia BPPV Meniere disease Neurontitis vestibuler Presybistasis Trauma kapitis Obat obatan Stroke Tumor Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain sesuai indikasi. 2. Foto Rontgen tengkorak, leher, Stenvers (pada neurinoma akustik). 3.Neurofisiologi:Elektroensefalografi(EEG),Elektromiogr afi (EMG), Brainstem Auditory Evoked Pontential (BAEP). 4. Pencitraan: CT Scan, Arteriografi, Magnetic Resonance Imaging (MRI). Penatalakasanaan 1. Kausal Sebagian besar kasus vertigo tidak diketahui kausanya sehingga terapi lebih banyak bersifat simptomatik dan rehabilitatif. 2. simptomatik Penatalaksanaan 3. Rehabilitatif a. Metode brand-daroff b. Latihan visual vestibuler Cara 1 :Pada pasien yang masih berbaring (Melirik ke atas, kebawah, kesamping kiri, kanan, selanjutnya gerakan serupa sambil menatap jari yang digerakkan pada jarak 30 cm, mula-mula lambat, makin lama makin cepat). Cara 2 :Untuk pasien yang sudah bisa duduk (Gerakan kepala dengan cepat ke atas dan ke bawah sebanyak 5 kali, lalu tunggu 10 detik sampai vertigo hilang, ulangi latihan sebanyak 3 kali). c. Latihan berjalan Jalan menyeberang ruangan dengan mata terbuka dan mata tertutup, berjalan tandem dengan mata terbuka dan tertutup dan terbuka bergantian, jalan turun naik pada lantai miring atau tangga, mata tertutup dan terbuka bergantian jalan mengelilingi seseorang sambil melempar bola. Prognosis Prognosis pasien dengan vertigo vestibular tipe perifer umumnya baik, dapat terjadi remisi sempurna. Sebaliknya pada tipe sentral, prognosis tergantung dari penyakit yang mendasarinya. Infark arteri basilar atau vertebral, misalnya, menandakan prognosis yang buruk Daftar pustaka Aris CB, Dani R. Vertigo. Benign Paroxysmal Positional Vertigo( BPPV). Badan penerbit Universitas Diponegoro,Semarang, Indonesia;2006:hal 11-8 Frotscher.M, Baehr.M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Batang otak: nervus kranialis(system vestibular). Edisi ke 4. 2007: Jakarta. Halaman 163-171. Sasmoyohati. Vertigo dalam pengenalan dan penatalaksanaan kasus-kasus neurologi, buku kedua. Jakarta: Departemen Saraf RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. h.80-6. Budi RW. Vertigo: Aspek Neurologi. Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004.h. 41-6. Ropper AH, Brown RH, editors. Adams and Victors principles of neurology. 8thed. New York: Mc Graw Hill; 2005. p.256-70. Baehr M, Fotscher M. Diagnosis topic neurologi Duus: anatomi, tanda, gejala. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010. h.22-4,60-80. Taylor Danette C. Vertigo. Edisi : 29 Januari 2014. Diunduh dari: http://www.medicinenet.com/vertigo_overview/article.htm, 1 Juli 2015. Marill Keith A. Central vertigo. Edisi: 8 Oktober 2014. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/794789-overview, 1 Juli 2015. Demyer WE. Deafness, Dizziness and Disorder Of Equilibrium. In: Ropper AH, Brown RH (eds). Adams and Victor’s Principles of Neurology, Eighth edition. New York: McGraw-Hill, 2005.p.262 Sjahrir hasan. Nyeri kepala & vertigo. Penerbit Pustaka Cendekia Press, Yogyakarta, Indonesia;2008:hal 188-211. Amar aboe, dkk. Pedoman Tatalaksana Vertigo. Penerbit PT. Abbott Indonesia, 2012:hal 3-19. TERIMA KASIH