Fluid Management
Fluid Management
& TRANFUSION
• Semua pasien yg akan menjalani operasi
memerlukan akses cairan iv bahkan tranfusi
darah, kecuali pasien bedah minor
Ada Jelas
Perubahan Ortostatik Tidak ada ada HR > 15 bpm
T > 10 mmHg
• Terapi Cairan IV
▫ Cairan Kristaloid,
▫ Cairan Koloid
▫ Gabungan keduanya
• Natural koloid
Human Albumin 5% dan 25%
Fraksi Plasma Protein (5%) berisi α dan β globulin
yang ditambahkan pada albumin reaksi hipotensi
• Koloid sintetik
Dextran 40 dan 70
Dextrose starch
Gelatin
(Starch & gelatin : histamin mediated reaksi alergi)
DEXTRAN
Efek dextran :
• Me↓kan viskositas darah me↑kan aliran
darah mikrosirkulasi dengan efek antiplatelet
Misalnya :
- Perdarahan pre-operatif
- Muntah
- Diuresis
- Diare
KEBUTUHAN CAIRAN INTRAOPERATIF
• Sistem Rh
- Ditandai 2 gen yang menempati kromosom 1
- Ada 5 antigen utama : D, C, c, E, e.
- Allele plg imunogenic & umum → D antigen
- Antigen D → 80-85% orang putih.
Kekurangan allele ini disebut Rh Negatif.
• Sistem lain
meliputi antigen Lewis, P, Ii, MNS, Kidd, Kell,
Duffy, Lutheran, Xg, Cartright, YK, dan Chido
Rodgers antigen.
TES KOMPATIBILITAS
Tujuan : untuk memprediksi dan mencegah
terjadinya reaksi antigen-antibodi.
• Reaksi tranfusi yg paling berat
inkompatibilitas ABO
• Indikasi :
- Jumlah platelet 10.000-20.000 yang
disertai perdarahan spontan.
- Pasien dgn disfungsi trombosit dan
peningkatan perdarahan pada pembedahan.
• Indikasi :
Pasien neutropenia dengan infeksi bakteri yang
tidak respon terhadap antibiotik
1. Reaksi Hemolitik
a. Reaksi Hemolitik Akut.
- Biasanya karena inkompatibilitas gol darah
ABO
- Pasien sadar gejalanya :
→kedinginan, demam, mual, dan nyeri dada
- Pasien yg dianestesi reaksinya berupa:
→kenaikan suhu, takikardi, hipotensi,
hemoglobinuria, oozing difus dari lapangan
operasi.
b. Reaksi Hemolitik Lambat
Hemolisis ekstravaskuler
Biasanya ringan & disebabkan oleh
antibodi- antigen non-D dari sistem Rh.
Manajemen reaksi hemolitik akut :
• Jika dicurigai suatu reaksi hemolitik → hentikan
transfusi segera.
• Cek ulang darah → slip darah dan identitas
pasien.
• Pasang kateter urin → cek adanya hemoglobin
• Aktifkan osmostic diuresis → berikan mannitol
dan cairan ke dalam pembuluh darah.
• Bila perdarahan akut→ indikasi pemberian
platelets dan FFP.
2. Reaksi Imun non hemolitik
sensitisasi resipien terhadap sel putih,
platelet dan protein plasma donor.
Bentuknya berupa :
• Reaksi demam
• Reaksi urticaria
• Reaksi anafilaktik
• Reaksi Edema paru non cardiogenik
• Penyakit Graft versus Host
• Purpura posttransfusi
• Supresi Imun
KOMPLIKASI INFEKSI
1. Infeksi Virus
• Hepatitis
insiden 7-10%, 90% hepatitis C virus.
- 75% anikterik, 50% → penyakit hati kronis,
10-20% → sirosis
• AIDS
penyebab HIV-1, tjd 1:1.900.000 transfusi
• Infeksi Virus lain
CMV & Epstein Barr virus
Biasanya tdk menimbulkan gejala atau timbul
gejala ringan.
2. Infeksi Parasit
malaria, toxoplasma, chagas’ disease
Jarang terjadi
3. Infeksi Bakteri
• Penyebab ke 2 kematian melalui transfusi
• Mencegah kontaminasi → harus diberikan
dalam waktu < 4 jam
• Penyebab :
gram positif (staphylococus)
gram negatif (yersinia & citrobacter)
TRANSFUSI DARAH MASIF
- Kebutuhan transfusi 1-2x volume darah pasien
- Equivalent dengan 10-20 unit (pada dewasa)
Koagulopathy
• Disebabkan perdarahan yg diikuti dengan
tranfusi drh masif trombositopenia dilusi
Keracunan Citrat
• Ca terikat oleh Pengawet Citrat transfusi
masif
• Scr klinis hipocalcemia depresi cardiac
Hipothermia
• Transfusi masifdarah & cairan dihangatkan
• Aritmia ventrikuler fibrilasi (pada suhu 30⁰C)
TRANSFUSI AUTOLOGOUS
• 4-5 mgg sblm operasi, pasien diambil
darahnya untuk disimpan.
HEMODILUSI NORMOVOLEMIK