Anda di halaman 1dari 24

KEHAMILAN ABNORMAL

dr Rimonta F Gunanegara,SpOG
KEHAMILAN DENGAN KOMPLIKASI
1. Hipertensi Dalam Kehamilan
Hipertensi gestational

 Tekanan darah ≥140/90 mmHg untuk pertama kali selama kehamilan.


 Tidak ada proteinuria
 Tekanan darah kembali ke normal < 12 minggu post partum
 Diagnosis akhir hanya dapat dibuat post partum
 Mungkin memperlihatkan tanda-tanda lain preeclampsia, misalnya nyeri
epigastrium atau trombositopenia.1
Preeklamsi
Preeklamsi
 Kriteria minimum
 TD ≥ 140 / 90 mmHg setelah gestasi 20 minggu
 Proteinuria ≥ 300 mg / 24 jam atau ≥ +1 pada dipstick
 Peningkatan Kepastian preeclampsia
 TD ≥ 160 / 100 mmHg
 Proteinuri serum 2,0 g / 24 jam atau ≥ +2 pada dipstick
 Kreatinin serum > 1,2 mg / dl kecuali apabila diketahui telah meningkat sebelumnya
 Trombosit < 100000 / mm3
 Hemolisis mikroangiopati ( LDH meningkat )
 SGPT (ALT) atau SGOT (AST) meningkat
 Nyeri kepala menetap atau gangguan serebrum atau gangguan penglihatan lain
 Nyeri epigastrium menetap 1

Eklamsi
 Kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang wanita dengan preeclampsia.1
Penyakit Gangguan Trofoblas
vaskuler ibu Plasentasi Berlebihan

Patogenesis Faktor genetik,


Imunologi,

Preeklamsi atau, Inflamasi

Penurunan
Perfusi
Uteroplasenta

Zat Vasoaktif : Aktivasi Zat perusak :


Prostaglandin, Endotel Sitokin,
Nitro-oksida, Peroksidase
Endotelin Lemak

Kebocoran Aktivasi
Vasospasme
kapiler koagulasi

Iskemia
Hipertensi oliguria Edema Proteinuria
hepar

Trombositopenia
Kejang Solusio Hemokonsentrasi
 Preeklamsi pada Hipertensi Kronik
 Proteinuria awitan baru ≥ 300 mg /24 jam pada wanita pengidap hipertensi
tetapi tanpa proteinuria sebelum gestasi 20 minggu.
 Terjadi peningkatan proteinuria atau tekanan darah atau hitung trombosit <
100000/mm3 secara mendesak pada wanita dengan hipertensi dan proteinuria
sebelum gestasi 20 minggu. 1

 Hipertensi Kronik
 TD ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum gestasi 20
minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah gestasi 20 minggu
dan menetap setelah 12 minggu post partum. 1
Pengelolaan hipertensi pada kehamilan
 Perawatan Aktif
 Indikasi
 Bila didapatkan 1 atau lebih dari keadaan dibawah ini :
 Ibu :
 Kehamilan ≥ 37 minggu
 Adanya gejala impending eklampsi
 Janin :
 Adanya tanda-tanda gawat janin
 Adanya tanda-tanda PJT yang disertai hipoksia
 Laboratorium :
 Adanya HELLP syndrome
 Atas indikasi tersebut maka dilakukan :
 Pengobatan Medicinal
 Infuse larutan ringer laktat
 Pemberian MgSO4
Pengelolaan Konservatif
 Indikasi :
 Kehamilan preterm (<37 minggu ) tanpa disertai tanda-tanda impending
eklampsi dengan keadaan janin baik.
 Atas indikasi tersebut dilakukan :
 Pengobatan Medicinal :
 Sama dengan pengobatan medicinal tetapi MgSO4 diberikan secara i.m. pemberian
MgSO4 dihentikan bila sudah mencapai tanda-tanda preeklampsi ringan selambat-
lambatnya dalam waktu 24 jam.
 Pengelolaan Obstetrik 1
2. Perdarahan antepartum
 Perdarahan dari jalan lahir pada wanita hamil dengan usia
kehamilan 20 minggu atau lebih. Perdarahan antepartum
dibagi menjadi: 3
 Tidak berhubungan dengan kehamilan
Erosi portio
Varises
Trauma jalan lahir
Ca cervix
 Berhubungan dengan kehamilan
Solutio plasenta
 Definisi :
 Terlepasnya plasenta sebagian atau seluruhnya pada plasenta
yang implantasi nya normal sebelum janin lahir. 3
Faktor predisposisi :
 Hipertensi
 Gemelli anak ke dua
 Polihidroamnion
 Defisiensi nutrisi
 Trauma abdomen
 Versi luar 3
Pemeriksaan klinis
 Perdarahan dari jalan lahir dengan atau tanpa disertai rasa nyeri (tergantung
derajat solusio plasenta)
 Perabaan uterus pada umumnya tegang, palpasi bagian-bagian janin biasanya
sulit.
 Janin dapat dalam keadaan baik, gawat janin atau mati ( tergantung derajat
solusio plasenta).
 Pada pemeriksaan dalam, bila ada pembukaan teraba ketuban yang tegang dan
menonjol. 3
Pengelolaan
 Derajat ringan
 Solusio derajat ringan sangat jarang ditemukan di rumah sakit, pada umumnya di
diagnosis secara kebetulan pada pemeriksaan USG karena tidak memberikan gejala
klinis yang khas. 3
  
 Derajat sedang atau berat
 Perbaikan keadaan umum
 Resusitasi cairan atau transfusi darah
 Berikan darah lengkap segar
 Jika tidak tersedia pilih salah satu dari plasma beku segar, PRC, kriopresipitat, konsentrasi trombosit
 Atasi kemungkinan gangguan perdarahan
 Melahirkan janin
 Janin hidup (biasanya gawat janin) : dilakukan sectio caessaria, kecuali bila pembukaan
sudah lengkap. Pada keadaan ini, dilakukan amniotomi, drip oksitosin, dan bayi dilahirkan
dengan ekstraksi forceps.
 Janin mati : dilakukan persalinan per vaginam dengan cara melakukan amniotomi, drip
oksitosin satu labu saja. Bila bayi belum lahir dalam waktu 6 jam dilakukan tindakan SC. 3
Plasenta previa
 Definisi
 Plasenta yang letaknya tidak normal sehingga menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. 3

 Faktor predisposisi :
 Grande multipara
 Riwayat kuretage berulang 3

 Pemeriksaan klinis :
 Perdarahan dari jalan lahir berulang tanpa disertai rasa
nyeri.
 Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi.
 Pada pemeriksaan luar biasanya bagian terendah janin
belum masuk pintu atas panggul atau ada kelainan letak.
 Pemeriksaan spekulum, darah berasal dari ostium uteri
eksternum 3
Pengelolaan
 Ekspektatif
 Syarat :
 Keadaan umum ibu dan anak baik
 Perdarahan sedikit
 Usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau taksiran berat badan janin kurang dari 2500 gram
 Tidak ada his persalinan
 Penatalaksanaan :
 Pasang infus, tirah baring
 Bila ada kontraksi prematur, bisa diberikan tokolitik
 Pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan KTG setiap minggu 3

 b. Aktif
 Persalinan pervaginam :
 Dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta marginalis atau plasenta previa lateralis di
anterior ( dengan anak letak kepala). Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
USG, perabaan fornises atau pemeriksaan dalam di kamar operasi tergantung indikasi.
 Dilakukan oksitosin drip disertai pemecahan ketuban.
Plasenta previa

 Persalinan perabdominal
 Dilakukan pada keadaan :
 Plasenta previa dengan perdarahan banyak
 Plasenta previa totalis
 Plasenta previa lateralis di posterior
 Plasenta letak rendah dengan anak letak sungsang 3

Vasa previa
 Definisi
 Perdarahan akibat insersi filamentosa tali pusat disertai ruptur dan perdarahan dari
pembuluh darah janin pada saat pecahnya selaput ketuban. 1
3. Ketuban Pecah Dini
 Definisi
 Robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan ( sebelum onset persalinan
berlangsung ).
 Dibedakan :
 PPROM ( Preterm Premature Rupture of Membranes ) : ketuban pecah pada
saat usia kehamilan < 37 minggu
 PROM ( Premature Rupture of Membranes ) : ketuban pecah pada saat usia
kehamilan ≥ 37minggu dan pembukaan dibawah 4 cm. 3

 Kriteria Diagnosis
 Umur kehamilan > 20 minggu
 Keluar cairan ketuban dari vagina
 Pemeriksaan speculum : terlihat cairan keluar dari ostium uteri eksterna
 Kertas nitrazin merah akan menjadi biru
 Mikroskopis : terlihat lanugo dan verniks cavenosa 3
Diagnosis Banding
 Fistula vesikovaginal dengan kehamilan
 Stress inkontinensia 3

 Pengelolaan
 Konservatif
 Tirah baring, diberikan antibiotika dan tokolitik serta tidak boleh coitus.
 Dilakukan bila tidak ada penyulit ( baik pada ibu maupun janin ), pada umur
kehamilan 28 - 36 minggu dirawat selama 2 hari.
 Aktif
 Pengelolaan aktif pada KPD dengan umur kehamilan 20 – 28 minggu dan ≥ 37
minggu
 Ada tanda – tanda infeksi
 Timbulnya tanda – tanda persalinan
 Gawat janin 3
4. Pertumbuhan Janin Terhambat
 Definisi
 Terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, sehingga
beberapa parameter janin berada dibawah 10 persentil (<2 SD) dari umur
kehamilan yang seharusnya. 3

Etiologi
1. Faktor plasenta:
 Infark plasenta
 Solutio plasenta
 Plasenta previa
 Kelainan pembuluh darah plasenta
 Insersi velamentosa
 Korioangioma
 Plasenta sirkumvalata 3
4. Pertumbuhan Janin Terhambat

 2. Faktor ibu:  3. Faktor janin:


 Faktor konstitusi  Kelainan kromosom
 Faktor nutrisi  Malformasi janin
 Kondisi hipoksia  Kehamilan multifetus
 Problem vaskular  Infeksi janin 3

 Penyakit ginjal
 Faktor lingkungan
 Riwayat obstetri buruk 3
4. Pertumbuhan Janin Terhambat
 3. Pemeriksaan Klinis:
 Diagnosis:  Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) dan lingkar
Usia kehamilan harus diketahui perut (LP)
dengan pasti. Kecurigaan PJT ditegakan apabila TFU ditemukan
 1. Anamnesis: menetap pada 2 kali pemeriksaan dengan selang
1-2 minggu atau menurun dibawah garis 10
 Ada riwayat atau faktor resiko : persentil.
 Hipertensi  4. USG:
 Penyakit paru kronis Untuk menentukan biometri dan keadaan fungsi
organ janin:
 Penyakit jantung sianosis
 Diameter biparietal
 Pemakaian obat- obatan  Panjang femur
 Merokok  Lingkar kepala
 Infeksi janin  Lingkar perut
 Riwayat PJT sebelumnya  Tafsiran berat badan janin(TBBJ)
 2. Pemeriksaan untuk mencari  Doppler
faktor resiko
 Cairan amnion 3
Pengelolaan
 Terapi kausal terhadap penyebab atau penyulit yang mendasari.
 Konservatif
 Tirah baring ( tidur miring )
 Pemberian kalori ≥ 2600 kalori per hari oral atau parenteral
 Pemberian kortikosteroid
 Pertimbangkan pemberian aspirin bila tidak ada kontraindikasi
 Terminasi kehamilan :
 Tergantung pada perkembangan hasil terapi. Dilakukan apabila ditemukansatu dari hal
berikut :
 Hamil aterm ( ≥ 37 minggu )
 Sudah mendapat terapi kortikosteroid ( kehamilan 24 – 34 minggu ) yang disertai tanda
– tanda dibawah ini :
 Score biofisik < 2 ( terutama bila ditemukan oligohodramnion )
 Deselarasi lambat, variabel yang berulang
 Doppler a. umbilicalis : RED ( Reverse End Diastolic-flow velocity blood flow ), atau AED
( Absent End Diastolic-flow velocity blood flow ) 3
5. Kehamilan Ganda
 Definisi
 Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. 2

 Etiologi
 Janin kembar umumnya terjadi akibat pembuahan dua ovum yang berbeda yaitu kembar ovum
ganda, dizigotik,atau fraternal. Sekitar spertiga janin kembar berasal dari satu ovum yang
dibuahi, lalu membelah menjadi dua struktur serupa, masing-masing berpotensi berkembang
menjadi individu terpisah, yaitu kembar ovum tunggal, monozigotik atau identik. 1

 Anamnesis dan Pemeriksaan Klinis:


 Riwayat kembar, usia maternal lanjut, paritas tinggi, dan ukuran ibu besar pada keluarga dari
pihak ibu serta riwayat pernah hamil kembar merupakan petunjuk yang lemah, tetapi riwayat
baru mendapat klomifen atau gonadotropin atau kehamilan yang diperoleh dari teknologi
reproduksi dengan bantuan merupakan petunjuk yang kuat. 1
 Pemeriksaan klinis disertai pengukuran akurat tinggi fundus merupakan hal penting. Selama
trimester kedua, ukuran uterus lebih besar daripada yang diperkirakan untuk usia gestasi yang
dihitung dari data haid. Rousse, dkk (1993) mengukur tinggi fundus pada 336 kehamilan kembar
yang data usia gestasinya pasti. Antara usia 20 dan 30 minggu, tinggi fundus rata - rata 5 cm
lebih besar daripada yang diperhitungkan untuk janin tunggal dengan usia kehamilan setara. 1
Kehamilan Ganda
 Apabila terdapat wanita dengan uterus yang tampak lebih besar dibandingkan
usia gestasinya, perlu dipertimbangkan kemungkinan - kemungkinan berikut :
 Janin multiple
 Elevasi uterus oelh kandung kemih yang penuh
 Anamnesis haid yang tidak akurat
 Hidramnion
 Mola hidatidosa
 Mioma uteri
 Massa adneksa yang melekat erat
 Makrosomia janin pada tahap lanjut kehamilan 1
Kehamilan Ganda
 Penyulit Khusus
 - Kembar monoamnionik
 - Kembar siam
 - Kembar akardiak
 - Komunikasi vaskular antar janin 1

 Penatalaksanaan Antepartum
 Untuk mengurangi morbiditas dan mortalias pada kehamilan dengan penyulit
kembar, kita perlu;
 1. Mencegah kelahiran janin yang terlalu preterm
 2. Mengidentifikasi gangguan pertumbugan salah satu atau kedua janin dan janin
yang mengalami pnya dilahirkan sebelum sekarat
 3. Mengeleminasi trauma janin selama persalinan dan pelahiran
 4. Mempersiapkan dokter yang ahli dalam perawatan neonatus 3
Daftar Pustaka

 Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD.
Williams Obstretics. Edisi ke 23. McGraw Hill, United States, 2010.
 Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke 5. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2010.
 Sofie R. K., dkk. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstreti dan Ginekologi RS DR
Hasan Sadikin. Bagian Obstreti Ginekologi FK Unpad RS Hasan Sadikin,
Bandung, 2005.

Anda mungkin juga menyukai