Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS JURNAL

JUDUL
“HUBUNGAN SOSIAL BUDAYA DENGAN PEMILIHAN METODE
KONTRASEPSI”
HASSANUDIN ASSALIS

Di susun Oleh : Susi Susanti Nugraha


Latar Belakang Penelitian
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif
yang paling dasar dan utama bagi wanita. peningkatan dan perluasan pelayanan
Keluarga Berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang
dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang
sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga
karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan
kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya
untuk memperoleh kontrasepsi (Maryani, 2008).
Latar Belakang Penelitian
World Health Organization (WHO) mengatakan jumlah pengguna kontrasepsi
suntik sebanyak 100 juta orang. Di Amerika Serikat jumlah pengguna
kontrasepsi suntik sebanyak 30%. Cakupan KB Nasional Tahun 2013
pengguna suntik (46,87%), pil (24,54%), IUD (11,41%), susuk KB (9,75%),
Sterilisasi wanita (3,52%), Kondom (3,22%), dan Sterilisasi pria (0,69%),
(Depkes RI, 2014).
pada tahun 2013 Cakupan KB aktif di Propinsi Lampung yang terbanyak
adalah Suntik (39,24%), Pil (31,28%), Implan (13,22%), IUD (10,75%),
Kondom (3,41%), MOP (1,05%), dan MOW (0,91%). Secara umum cakupan
peserta KB aktif di Provinsi Lampung tahun 2013 masih dibawah target
Depkes RI (Depkes RI, 2014).
Study pendahuluan Buku Register KIA Puskesmas Branti Natar Lampung
Selatan diperoleh data peserta KB aktif berjumlah 163, menggunakan KB
suntik 72 akseptor (44,31%), IUD 33 akseptor (19,84%), pil 30 akseptor
(18,31%), Kondom 17 akseptor (10,43%) MOW 7 akseptor (4,47%), implan 4
(2,64%) akseptor.
Latar Belakang Penelitian
Hasil wawancara 7 orang (70%) dari 10 orang, mengatakan memiliki kepercayaan
memiliki banyak anak maka meningkatkan rezeki, budaya di lingkungan mereka
tidak menganjurkan mengikuti program KB, sedangkan 3 orang (30%) mengatakan
belum memahami program KB seperti cara pemilihan alat kontrasepsi yang efektif
dan sesuai dengan kebutuhan.
Hasil observasi :Masyarakat cukup kuat memegang teguh ajaran agama Islam,
meskipun petugas kesehatan secara rutin melakukan sosialisasi program KB
kepada masyarakat. Namun dukungan dari tokoh agama dan tokoh masyarakat
masih menjadi kendala bagi pasangan usia subur dalam menentukan metode
kontrasepsi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan..

Data di atas menunjukkan bahwa masyarakat belum sepenuhnya sadar akan


keluarga berencana walaupun pemerintah telah berusaha dengan berbagai program
untuk menarik simpati masyarakat dalam berpartisipasi mensukseskan Program
Keluarga Berencana.
Metodologi
Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan
pendekatan Cross-Sectional yang bertujuan mencari
hubungan antara faktor risiko dengan efek pengamatan
atau observasi antar variabel yang dilakukan bersamaan.
Populasi penelitian: seluruh akseptor KB puskesmas
Branti Natar Lampung Selatan bulan Januari-April 2015
sebanyak 163 orang.
Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat
untuk mendeskripsikan semua variabel penelitian
dengan betuk tabel dan grafik, pada bagian deskripsi
sosial budaya dan pemilihan metode kontrasepsi
menggunakan analisa bivariat dengan menggunakan uji
chi-square antar variabel.
Hasil analisa Univariat di dapatkan distribusi frekuensi berdasarkan
pemilihan metode kontrasepsi (57.8%) menggunakan kontrasepsi dan
(42.2%) tidak meggunakan metode kontrasepsi. berdasarkan sosial budaya
(51.7%) tidak mendukung dan (48.3%) mendukung.

Hasil analisa Bivariat didapatkan hasil bahwa ada hubungan dengan


pemilihan metode kontrasepsi dengan p-value 0.05. Responden yang
menyatakan sosial budaya memiliki peluang 3.574 kali lebih besar untuk
menggunakan kontrasepsi dibandingkan dengan responden yang
menyatakan bahwa sosial budaya tidak mendukung.
HASIL

“ADA HUBUNGAN ANTARA SOSIAL


BUDAYA DENGAN PEMILIHAN METODE
KONTRASEPSI”
Pembahasan
1. Pemilihan Metode Kontrasepsi
Hasil penelitian didapatkan 67 responden (57.8%) dari 116 responden menggunakan
metode kontrasepsi.
Sejalan dengan teori Notoatmodjo (2012) perilaku sesorang/ masyarakat ditentukan
oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi ddl. selain itu tersedianya fasilitas, sikap,
perilaku dari petugas kesehatan juga dapat mendukung dan memperkuat perilaku.
Seseorang tidak mau menggunakan alat kontrasepsi dapat disebabkan karena tidak tahu
atau belum tahu manfaat kontrasepsi, rumah yang jauh dari fasilitas kesehatan dan
lingkungan masyarakat tidak menggunakan kontrasepsi.
Hal ini disebabkan pengaruh pola komunikasi orang sekitar yang mempengaruhi
keyakinan dan sikap sehingga mempengaruhi keputusan dalam memilih kontrasepsi.
Pembahasan
2. Sosial Budaya
Hasil penelitian didapatkan 60 responden (51.7%) dari 116 responden memiliki sosial
budaya yang tidak mendukung.
Sejalan dengan teori Handayani (2010) bahwa kondisisosial budaya dan kondisi
lingkungan berpengaruh pada pemilihan kontrasepsi. masyarakat Indonesia terbiasa
menganggap mengikuti program KB adalah hal yang tidak wajib, hal ini berkaitan
dengan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya program KB.
Sebagian budaya masyarakat sekitar berkeyakinan menggunakan kontrasepsi
bertentangan dengan ajaran agama dan adanya mitos yang menyatakan bahwa banyak
anak banyak pula rezeki. Sehingga kultur budaya yang terbangun tidak mendukung
pemilihan metode kontrasepsi ini.
Pembahasan
3. Hubungan sosial budaya dengan pemilihan metode kontrasepsi.
Hasil penelitian : ada hubungan sosial budaya dengan pemilihan metode kontrasepsi.
Tercapainya keberhasilan program pembangunan dalam masyarakat perlu dipahami apa yang
terdapat diadatkan dalam masyarakat. Masyarakat lampung cenderung sebagai masyarakat
patrineal yaitu laki-laki lebih dominan dari perempuan.

Budaya menyangkut adat istiadat, tradisi, kebiasaan, aturan-aturan dan pendapat. Penggunaan
alat kontrasepsi juga dipengaruhi oleh faktor budaya mengingat penggunanya hidup dalam
lingkungan budaya. selain itu tata cara penggunaan atau pemasangannya yang tidak dapat
diterima oleh budaya dilingkungan tertentu.

Peran tokoh agama dan tokoh masyarakat sebagai panutan (istrinya menggunakan KB) untuk
ikut andil dalam melakukan penyuluhan mengenai ketode kontrasepsi ini menjadi sangat penting
agar dapat menjadi refrensi untuk masyarakat sekitarnya.
Kelebihan
Tokoh agama, tokoh Masyarakat dapat ikut andil melakukan
upaya prefentif dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu yang tinggi dan menekan tingginya jumlah
penduduk yang tidak terkendali.
mengaktifkan kembali pelatihan kader tentang metode
kontrasepsi, penyuluhan melalui posyandu dan lain-lain
dengan menggunakan strategi-strategi penyuluhan yang
efektif, sehingga menjadi tepat sasaran, terutama untuk
masyarakat yang tidak dapat mengikuti penyuluhan secara
langsung dikarenakan kesibukannya sehari-hari, seperti
penyebaran leaflet alat kontrasepsi, penyiaran di media massa
dan lain-lain.
Kekurangan
Dukungan Tokoh agama, tokoh masyarakat serta
lingkungan menjadi kendala bagi pasangan usia subur
dalam menentukan metode kontrasepsi yang tepat dan
sesuai dengan kebutuhan sehubungan dengan
kepercayaan dan sosial budaya masyarakat yang
belum memahami pentingnya kontrasepsi dalam
mengatur jarak kehamilan serta merencanakan
keluarga.
Manfaat
 Penelitian ini dapat lebih mengintensifkan penyuluhan
tentang penggunaan Kb diwilayah kerja puskesmas Branti
Natar lampung selatan, dengan mengaktifkan kembali
pelatihan kader menggunakan strategi-strategi penyuluhan
yang efektif tentang metode kotrasepsi.
 Hasil penelitian ini dapat digunakan seagai bahan
informasi tambahan bagi petugas kesehatan lainnya yang
berhubungan dengan objek penelitian yang lebih banyak
sehingga didapatkan hasi yang maksimal
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai