Anda di halaman 1dari 17

GIZI BURUK

Disusun oleh :
Putri Vega Wati (20360152)
Preceptor :
dr. Aspri Sulanto, M.Sc Sp. A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI


KEPANITRAAN KLINIS ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
BANDAR LAMPUNG 2020
1 DEFINISI
Gizi buruk atau severe acute malnutrition (SAM) masih
merupakan masalah kesehatan anak di Indonesia yang
berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang.

Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat


berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi atau
menderita sakit dalam waktu lama, hal itu ditandai dengan status
gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor
atau marasmik kwashiorkor
2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi gizi buruk atau severe acute malnutrition (SAM) yang
secara klinis dikenal karena anak tampak “sangat kurus” disertai
dengan atau tanpa edema bilateral yang bersifat pitting pada anak
balita di Indonesia. Walaupun terjadi penurunan dari tahun 2017 ke
2018, namun dengan jumlah balita diprediksi sebanyak 23 juta
orang, maka terdapat 805.000 anak balita menderita gizi buruk
tahun 2018.
Menurut data Riskesdas tahun 2018, prevalensi gabungan gizi
buruk dan gizi kurang terendah di Indonesia ialah Kalimantan Utara
(4,6%), sedangkan tertinggi ialah Nusa Tenggara Barat (14,4%).
Prevalensi untuk seluruh Indonesia ialah 10,2%. Prevalensi
tersebut dikategorikan sebagai “serius” (prevalensi 10-14%), “berat”
(prevalensi 5-9%) dan “dapat diterima”(prevalensi <5%).
3 ETIOLOGI
 Pola makan yang buruk
 Infeksi yang parah dan berulang
 Kerawanan pangan
 Sosial ekonomi
 Rendahnya tingkat pendidikan
 Terbatasnya pengetahuan keluarga tentang gizi
 Pengetahuan seorang ibu atau calon ibu
 Malnutrisi secara signifikan berkontribusi terhadap kematian anak dibawah usia
lima tahun

Gambar 4. Proporsi penyebab kematian anak di bawah lima tahun


4 KLASIFIKASI
Klasifikasi gizi buruk terbagi menjadi 2 :

1. Secara garis besar malnutrisi sendiri dapat dibagi menjadi empat katagori besar, yaitu

 Stunting – Anak terlalu pendek untuk usia mereka, disebabkan oleh pola makan yang buruk dan
seringnya infeksi, umumnya terjadi sebelum usia 2 tahun, dan efeknya sebagian besar tidak dapat
diubah.

 Wasting – Berat badan anak terlalu rendah untuk tinggi badan mereka, disebabkan oleh malnutrisi akut
dimana kekurangan makanan atau penyakit yang parah merupakan prediktor kuat kematian di antara
anak-anak di bawah usia 5 tahun.

 Underweight – Berat badan anak terlalu rendah untuk usia mereka. Seorang anak bisa kurus karena
dia stunting, wasting atau keduanya. Defisit berat badan (underweight) dapat diatasi jika nutrisi dan
kesehatan diperbaiki dan diperhatikan dengan baik. Kurang berat badan dikaitkan dengan 19%
kematian anak.

 Defisiensi Mikronutrien - Anak kekurangan vitamin atau mineral penting. Ini termasuk vitamin A, besi
dan seng, disebabkan oleh kekurangan makanan bergizi dalam jangka panjang atau oleh infeksi seperti
cacingan. Kekurangan mikronutrien dikaitkan dengan 10% kematian anak-anak, atau sekitar sepertiga
dari semua kematian anak karena kekurangan gizi.
2. Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

KWASHIORKOR MARASMUS
• Seperti anak gemuk (suger baby) • Tampak sangat kurus kering
• Wajah membulat dan sembab • Wajah seperti orang tua
• Mata sayu
• Cengeng dan rewel
• Rewel
• Perut cekung
• Perubahan warna rambut , mudah
• Rambut tipis, jarang & kering
dicabut tanpa rasa sakit, rontok ,
kusam, kering • Kulit kering, dingin, kendor &
• Anoreksia keriput
• Edem pada ke-2 punggung kaki- • Otot-otot atrofi hingga tulang –
seluruh tubuh tulang terlihat lebih jelas
• Kelainan kulit (dermatosis) • Pantat kendur & keriput (baggy
• Pembesaran hati pant)
• Pertumbuhan terganggu • Iga gambang
• Gejala gastrointestinal • Disertai diare, infeksi kronik-
• Sering disertai anemia ringan, diare,
berulang
infeksi
2. Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

Marasmiks - Kwashiorkor Tipe


marasmik-kwashiorkor
merupakan gabungan
beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus
dengan Berat Badan (BB)
menurut umur (U) <60%
Baku Median WHO-NCHS
disertai edema yang tidak
mencolok.
5 PATOFISIOLOGI

Adanya faktor pencetus ( host, agent, lingkungan) Defisiensi nutriet


delepsi cadangan nutriet jaringan tubuh kadar dalam darah menurun
nutrien tidak cukup ketingkat seluler sintesis protein pembentukan dan
penggunaan energy, oksidasi terganggu terus – menerus
gangguan pertumbuhan dan gejala klinis
6 GEJALA KLINIS
 Gejala klinis malnutrisi berbeda-beda tergantung dari derajat dan lamanya deplesi protein dan energi,
umur penderita, modifikasi disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang
menyertainya.

 Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan
yang kurang seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. Gizi buruk ringan
sering ditemukan pada anak-anak dari 9 bulan - 2 tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula pada anak
yang lebih besar. Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari pertumbuhan linier
mengurang/terhenti, kenaikan berat badan berkurang/terhenti dan adakalanya beratnya menurun, ukuran
lingkar lengan atas menurun, maturasi tulang terlambat, rasio berat terhadap tinggi, normal atau
menurun, tebal lipatan kulit normal/mengurang, anemia ringan, aktivitas dan perhatian berkurang jika
dibandingkan dengan anak sehat, adakalanya dijumpai kelainan kulit dan rambut.

 Gizi buruk berat memberi gejala yang kadang-kadang berlainan, tergantung dari dietnya, fluktuasi
musim, keadaan sanitasi dan kepadatan penduduk.
7 DIAGNOSA
Diagnosis malnutrisi dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan pemeriksaan laboratorium.
 Seorang anak disebut menderita gizi buruk bila memenuhi kriteria seperti tersebut di bawah ini :
1. Berdasarkan Usia
• Usia < 6 bulan dengana berat badan menurut panjang badan (BB/PB) < - 3 SD atau edema bilateral
yang bersifat pitting (tidak kembali setelah ditekan)
• Usia 6-59 bulan dengan berat badan menurut panjang badan (BB/PB) atau berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) < - 3 SD atau lingkar lengan atas LiLA < 11,5 cm atau edema bilateral yang bersifat
pitting
2. Berdasarkan Komplikasi
• Gizi buruk tanpa komplikasi, yang ditandai oleh LiLA < 11,5 cm untuk balita berusia 6-59 bulan, atau
BB/PB atau BB/TB < -3 SD dan atau edema bilateral dengan derajat +1 atau +2,
• Gizi buruk dengan komplikasi, yang ditandai oleh hal tersebut di atas dan adanya satu atau lebih
komplikasi berikut, yaitu : anoreksia, muntah terus-menerus, dehidrasi berat, letargi atau penurunan
kesadaran, demam tinggi atau hipotermia, sulit bernafas atau bernafas cepat (termasuk pneumonia
berat), anemia berat, edema derajat +3, dan lesi kulit parah
 Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri lebih ditujukan untuk menemukan gizi buruk ringan dan sedang
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas


(Z-Score)
  Berat badan sangat kurang <-3 SD
Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak (severely underweight)
usia 0- 60 bulan Berat badan kurang (underweight) - 3 SD sd <- 2 SD
Berat badan normal -2 SD sd +1 SD
Risiko Berat badan lebih > +1 SD
Panjang Badan atau Tinggi Badan Sangat pendek (severely stunted) <-3 SD
Pendek (stunted) - 3 SD sd <- 2 SD
menurut Umur (PB/U atau TB/U) anak
Normal -2 SD sd +3 SD
usia 0 - 60 bulan
 

Tinggi > +3 SD
  Gizi buruk (severely wasted) <-3 SD
Berat Badan menurut Panjang Badan atau Gizi kurang (wasted) - 3 SD sd <- 2 SD
Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB) anak usia Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Berisiko gizi lebih (possible risk of > + 1 SD sd + 2 SD
0 - 60 bulan
overweight)
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
  Gizi buruk (severely wasted) <-3 SD
 
Gizi kurang (wasted) - 3 SD sd <- 2 SD
Indeks Massa Tubuh menurut Umur Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
(IMT/U) anak usia 0 - 60 bulan Berisiko gizi lebih (possible risk of > + 1 SD sd + 2 SD
overweight)
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd +3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
(Z-Score)
Gizi buruk (severely thinness) <-3 SD
Umur (IMT/U) anak usia Gizi kurang (thinness) - 3 SD sd <- 2 SD
5 - 18 tahun Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Gizi lebih (overweight) + 1 SD sd +2 SD
Obesitas (obese) > + 2 SD

 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar hemoglobin darah merah dan
kadar protein (albumin/globulin) darah. Dengan pemeriksaan laboratorium yang lebih rinci, dapat
pula lebih jelas diketahui penyebab malnutrisi dan komplikasi - komplikasi yang terjadi pada anak
tersebut.
8 FAKTOR RESIKO
Faktor risiko terjadinya malnutrisi antara lain :
Asupan makanan
Status sosial ekonomi
ASI
Pendidikan ibu
Pengetahuan ibu
Penyakit Penyerta
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Kelengkapan Imunisasai
9 TATALAKSANA
Pemeriksaan BB TB / LILA pemeriksaan
klinis dengan menggunakan formulir
MTBS di pustu atau puskesmas

Bayi < 6 bulan Bayi 6-59 bulan

Dengan 1 atau lebih Dengan atau lebih tanda berikut : Dengan 1 atau lebih Dengan 1 atau
tanda berikut : tanda berikut : lebih tanda berikut
 Edem pada seluruh tubuh
(edem derajat +3) :
 Z skor BB/PB < -3  Edem minimal pada
SD (jika panjang >  Z skor BB/PB atau BB/TB < -3 SD
kedua punggung  Z skor BB/PB
 LiLA <11,5 cm
45 cm kaki/tangan atau BB/TB < -
 Ada edem Dengan salah satu atau lebih tanda (derajat +1/+2) 2 SD sampai - 3
 Terlalu lemah untuk –tanda komplikasi berikut :  Z skor BB/PB atau SD
menyusu BB/TB < -3 SD  LiLA <11,5 -
 Anoreksia
 Berat badan tidak  Muntah terus menerus  LiLA <11,5 cm <12,5cm
naik/turun  Dhidrasi berat
 Terdapat tanda-  Letargi / penurunan kesadaran Dan TANPA komplikasi Dan TANPA edem
tanda komplikasi  Demam tinggi dan Komplikasi
 Hipotermia
 Pneumonia berat
 Sulit bernafas / cepat bernafas
 Anemia berat
 Lesi kulit berat

RAWAT INAP RAWAT JALAN MASA PENYEMBUHAN


Tata Laksana Gizi Buruk

Tata-laksana gizi buruk mempunyai 3 fase: fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi. Setelah selesai fase rehabilitasi,
dilanjutkan dengan fase tindak lanjut
DAFRTAR PUSTAKA

1. Gandini, A.L.A., Kalsum, U. and Sutrisno, S., 2017. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEJADIAN MALNUTRISI PADA BALITA. MNJ (Mahakam Nursing Journal), 1(2), pp.90-98.
2. Hendarto, A, dkk., 2019. 3rd Indonesian Pediatric Nutrition and metabolic Update (3rd NUTRIMET) “All
About Controversies in Nutrition and Metabolic”. Emerald Ballroom - Solo Paragon Hotel
3. Manshur, A., 2020. Malnutrisi, Intervensi dan Administrasi: Tinjauan Kebijakan Publik. Majalah Media
Perencana, 1(1), pp.97-116.
4. Kaswandani, N,dkk., 2017. Prosiding Simposium LXXIII Masalah Kesehatan Neonatus sampai Remaja.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Jakarta, 22-23 Oktober
5. Liansyah, T.M., 2015. Malnutrisi pada anak balita. Buah Hati Journal, 2(1), pp.1-12.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai